Jakarta (ANTARA) - Terkadang, ada sejumlah perbedaan antara Anda dan pasangan yang kemudian berujung pertentangan hubungan dari orang-orang sekitar. Pada satu titik, Anda mungkin bertanya-tanya, cinta dan hubungan dengan si dia pantas untuk diperjuangkan atau tidak. Bagaimana menentukannya?
Baca juga: Kisah cinta Tasya Kamila dan Randi Bachtiar
“Tergantung dinamika pasangan ini. Saya tidak bisa bilang ada satu checklist. Tetapi menurut saya bisa diperjuangkan ketika dua-duanya sama-sama yakin. Saya tahu apa yang saya butuhkan, mau saya tuju, apa yang penting untuk saya,” ujar psikolog di bidang hubungan cinta, Pingkan Rumondor di Jakarta belum lama ini.
Hal sama juga harus dirasakan pasangan Anda. Jika dia tak merasakan hal sama, Pingkan tak menyarankan Anda meneruskan hubungan karena sangat berisiko.
“Tetapi kalau salah satu merasa bisa diperjuangkan dan satunya tidak, sangat berisiko. Sebaiknya ketika dua-duanya berkomitmen untuk mau mejalani hubungan ini,” tutur dia.
Baca juga: Kisah cinta Ani Yudhoyono dan SBY, jatuh hati dari pandangan pertama
Sebaiknya berdiskusi dulu dengan pasangan Anda. Jika pada akhirnya Anda dan pasangan merasa punya kebutuhan yang sama, saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan, punya visi yang sama, ada usaha, ada komitmennya, maka hubungan pun bisa diperjuangkan.
Pingkan menilai, saat ini ada perilaku sliding daripada deciding di antara pasangan-pasangan muda. Mereka cenderung patuh pada batas-batas yang ditentukan masyarakat, tanpa aktif mengekspresikan dan secara sadar memutuskan pilihannya sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan, pria dan wanita akan lebih mampu merasakan hubungan yang rewarding saat mereka berani memutuskan dan mengungkapkan hal-hal yang dianggap penting dalam hubungan dibandingkan hanya mengikuti arus.
Baca juga: Kisah cinta Pangeran Harry-Meghan Markle terbit dalam buku bergambar
“Salah satu tahapan yang paling penting adalah memahami apa yang ingin kita rasakan dan dapatkan dari sebuah hubungan sehingga kita dapat lebih percaya diri menyuarakan isi hati kepada pasangan, dan akhirnya mencintai orang yang sesuai dengan nilai-nilai kita,” kata Pingkan.
Namun sayangnya, sebuah survei dari tim global Closeup yang melibatkan 514 orang anak muda di Indonesia, memperlihatkan hanya satu dari dua anak muda atau 50 persen yang percaya mereka bebas menentukan pilihan Bersama orang yang mereka cintai, tanpa memandang latar belakangnya.
Head of Marketing Oral Care PT Unilever Indonesia, Tbk Fiona Anjani Foebe mengungkapkan, survei itu menunjukkan pasangan-pasangan yang menjalani hubungan “tidak konvensional”—ada perbedaan semisal usia, latar belakang suku bangsa, ras dan sebagainya, cenderung menghadapi tekanan sangat kuat sehingga kehilangan suara mereka.
“Sebanyak 43 persen dari mereka akan merahasiakan hubungan karena tidak disetujui orang tua, 31 persen merasa bersalah terhadap mereka, 58 persen merasa didiskriminasi, di-judge atau dipermalukan dan 44 persen bahkan terpaksa mengakhiri hubungan karena tidak direstui orang tua ataupun masyarakat,” ungkap Fiona.
Baca juga: Habibie pun bertemu kembali dengan cinta sejatinya
Baca juga: Lika-liku cinta beda 16 tahun Natasha Rizky-Desta Mahendra
Baca juga: Kisah cinta John Lennon dan Yoko Ono siap jadi film baru
Kapan cinta layak diperjuangkan?
6 Maret 2020 11:06 WIB
Ilustrasi (Pixabay)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: