KPK rampungkan penyidikan penyuap eks anggota KPU Wahyu Setiawan
5 Maret 2020 21:53 WIB
Kepala Seksi Penyidikan dan Penindakan Kementerian Komunikasi dan Informasi Syofian Kurniawan (tengah) dalam jumpa pers terkait simpang siur kepulangan tersangka kasus suap proses pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI periode 2019—2024 Harun Masiku (HAR) dari Singapura ke Indonesia di Gedung Ditjen AHU, Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Rabu (19-2-2020). ANTARA/Fathur Rochman
Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi merampungkan penyidikan terhadap Saeful (SAE), penyuap mantan anggota KPU RI Wahyu Setiawan (WSE) dalam kasus tindak pidana korupsi suap pengurusan pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI periode 2019—2024.
"Hari ini informasi dari penuntut umum untuk pemberkasan dari tersangka Saeful telah dinyatakan lengkap dan rencananya besok akan dilakukan penyerahan tahap dua. Jadi, penyerahan tersangka dan barang bukti untuk tersangka Saeful lebih dahulu tentunya," kata Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri di Gedung KPK RI, Jakarta, Kamis.
Setelah dilakukan penyerahan tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut umum KPK, kata Ali, proses selanjutnya adalah melimpahkan perkara tersebut ke Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.
"Setelah penuntut umum menyusun surat dakwaan, segera melimpahkan ke pengadilan," kata Ali.
KPK pada tanggal 9 Januari 2020 telah mengumumkan empat tersangka dalam kasus tersebut.
Sebagai penerima, yakni Wahyu Setiawan (WSE) dan mantan anggota Badan Pengawas Pemilu atau orang kepercayaan Wahyu, Agustiani Tio Fridelina (ATF), sedangkan sebagai pemberi kader PDIP Harun Masiku (HAR) dan Saeful (SAE) dari unsur swasta.
Baca juga: Advokat PDIP Donny Tri dicecar bukti percakapan kasus suap PAW
Baca juga: KPK buka peluang tetapkan tersangka baru kasus suap pengurusan PAW
Baca juga: KPK telah periksa 16 saksi kasus suap pengurusan PAW
Ali mengatakan meski masih terdapat satu tersangka yang menjadi buronan (HAR), hal tersebut tidak menjadi kendala dalam pengungkapan kasus tersebut.
"Saya kira perkara ini tetap berjalan bagi empat tersangka dan tidak ada halangan untuk bisa melanjutkan ke tingkat penuntutan, baik itu pemberi maupun penerima, meski ada satu orang tersangka yang sampai saat ini belum ditangkap," ucap Ali.
Ada dugaan Wahyu meminta dana operasional Rp900 juta untuk membantu Harun menjadi anggota DPR RI dari Dapil Sumatera Selatan I menggantikan calon terpilih anggota DPR dari PDIP Dapil Sumatera Selatan I Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, Wahyu menerima Rp600 juta.
Sebelumnya, berdasarkan catatan Imigrasi, Harun telah keluar Indonesia menuju Singapura pada hari Senin (6/1) melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang sekitar pukul 11.00 WIB. Sejak saat itu, Harun disebut belum kembali lagi ke Indonesia.
Namun, berdasarkan pengakuan istri Harun, Hildawati Jamrin, dan rekaman kamera pengawas di Bandara Soekarno-Hatta yang beredar, Harun telah berada di Jakarta pada hari Selasa (7/1).
Pada saat Ronny F. Sompie menjabat Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM membenarkan Harun telah berada di Jakarta sejak 7 Januari 2020.
"Saya sudah menerima informasi berdasarkan pendalaman di sistem, termasuk data melalui IT yang dimiliki stakeholder terkait di Bandara Soetta bahwa HM (Harun Masiku) telah melintas masuk kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat Batik Air pada tanggal 7 Januari 2020," ujar Ronny saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Rabu (22/7).
Ronny mengakui terdapat keterlambatan waktu (delay time) dalam pemrosesan data perlintasan di Terminal 2 F Bandara Soekarno-Hatta, ketika Harun Masiku melintas masuk pada tanggal 7 Januari 2020.
"Hari ini informasi dari penuntut umum untuk pemberkasan dari tersangka Saeful telah dinyatakan lengkap dan rencananya besok akan dilakukan penyerahan tahap dua. Jadi, penyerahan tersangka dan barang bukti untuk tersangka Saeful lebih dahulu tentunya," kata Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri di Gedung KPK RI, Jakarta, Kamis.
Setelah dilakukan penyerahan tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut umum KPK, kata Ali, proses selanjutnya adalah melimpahkan perkara tersebut ke Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.
"Setelah penuntut umum menyusun surat dakwaan, segera melimpahkan ke pengadilan," kata Ali.
KPK pada tanggal 9 Januari 2020 telah mengumumkan empat tersangka dalam kasus tersebut.
Sebagai penerima, yakni Wahyu Setiawan (WSE) dan mantan anggota Badan Pengawas Pemilu atau orang kepercayaan Wahyu, Agustiani Tio Fridelina (ATF), sedangkan sebagai pemberi kader PDIP Harun Masiku (HAR) dan Saeful (SAE) dari unsur swasta.
Baca juga: Advokat PDIP Donny Tri dicecar bukti percakapan kasus suap PAW
Baca juga: KPK buka peluang tetapkan tersangka baru kasus suap pengurusan PAW
Baca juga: KPK telah periksa 16 saksi kasus suap pengurusan PAW
Ali mengatakan meski masih terdapat satu tersangka yang menjadi buronan (HAR), hal tersebut tidak menjadi kendala dalam pengungkapan kasus tersebut.
"Saya kira perkara ini tetap berjalan bagi empat tersangka dan tidak ada halangan untuk bisa melanjutkan ke tingkat penuntutan, baik itu pemberi maupun penerima, meski ada satu orang tersangka yang sampai saat ini belum ditangkap," ucap Ali.
Ada dugaan Wahyu meminta dana operasional Rp900 juta untuk membantu Harun menjadi anggota DPR RI dari Dapil Sumatera Selatan I menggantikan calon terpilih anggota DPR dari PDIP Dapil Sumatera Selatan I Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, Wahyu menerima Rp600 juta.
Sebelumnya, berdasarkan catatan Imigrasi, Harun telah keluar Indonesia menuju Singapura pada hari Senin (6/1) melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang sekitar pukul 11.00 WIB. Sejak saat itu, Harun disebut belum kembali lagi ke Indonesia.
Namun, berdasarkan pengakuan istri Harun, Hildawati Jamrin, dan rekaman kamera pengawas di Bandara Soekarno-Hatta yang beredar, Harun telah berada di Jakarta pada hari Selasa (7/1).
Pada saat Ronny F. Sompie menjabat Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM membenarkan Harun telah berada di Jakarta sejak 7 Januari 2020.
"Saya sudah menerima informasi berdasarkan pendalaman di sistem, termasuk data melalui IT yang dimiliki stakeholder terkait di Bandara Soetta bahwa HM (Harun Masiku) telah melintas masuk kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat Batik Air pada tanggal 7 Januari 2020," ujar Ronny saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Rabu (22/7).
Ronny mengakui terdapat keterlambatan waktu (delay time) dalam pemrosesan data perlintasan di Terminal 2 F Bandara Soekarno-Hatta, ketika Harun Masiku melintas masuk pada tanggal 7 Januari 2020.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: