Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar modal Yanuar Rizky mengatakan investor perlu menyadari bahwa kerugian merupakan salah satu risiko dari berinvestasi di pasar modal, yang tidak sekedar menjanjikan keuntungan.

"Jadi, kondisi penurunan aset investasi para investor di reksa dana tersebut, juga merupakan bagian risiko berinvestasi," ujar Yanuar di Jakarta, Kamis.

Beberapa waktu lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi sanksi kepada salah satu manajer investasi atau MI yang menjanjikan imbal hasil pasti dalam produk reksa dana yang ditawarkan, yang berdampak pada menyusutnya aset investasi investor.

Baca juga: Bahana TCW ungkap tips aman investasi reksa dana

Yanuar menuturkan sebenarnya dalam kontrak perjanjian atau prospektus, isinya sudah diketahui bersama secara transparan baik investor maupun MI itu sendiri.

Oleh karena itu, investor seharusnya lebih jeli dan teliti dalam membaca isi prospektus sehingga apabila ada permasalahan di kemudian hari, tidak sepenuhnya menjadi kesalahan salah satu pihak.

"Tergantung isi kontraknya atau prospektus. Jika MI melakukan tindakan sesuai dengan isi prospektus tidak bisa disalahkan," kata Yanuar.

Sementara itu, dari sisi regulator Yanuar menilai OJK pasti bekerja secara aturan dan juga berpegang teguh pada isi prospektus dalam memberikan sanksi. Otoritas akan bertindak jika menemukan indikasi pelanggaran.

Baca juga: OJK dan Ajaib Technologies berantas hoaks investasi ilegal

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, penyusutan aset investasi merupakan bagian dari konsekuensi dan sebetulnya banyak investor yang mengetahui akan hal ini.

Investor pun sebaiknya melapor jika ada MI yang menjanjikan tingkat pengembalian (return) investasi pasti kepada calon investor.

"Jika MI menjanjikan secara tertulis, tentu bisa dilaporkan. Karena ada resiko 'bubble', jika tidak disetop dengan janji 'fixed return'," ujar Hans.

Baca juga: OJK: Peninjauan reksa dana investor tunggal ciptakan investasi sehat

Salah satu jenis reksa dana dalam portofolio investasi yaitu reksa dana saham. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari jenis reksa dana lainnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang juga tinggi.

Saat ini, pasar saham tengah lesu yang diindikasikan dengan kinerja IHSG yang turun hingga 14,89 persen sepanjang 2020.

Laju penurunan tersebut tergolong paling buruk di antara bursa utama dunia lainnya. Dua bursa lainnya lebih buruk dari IHSG adalah SETi (Thailand) turun 15,46 persen dan Merval (bursa Argentina) turun 16,07 persen.

Baca juga: Asosiasi reksa dana harapkan plaform digital dongkrak investasi mikro