Washington (ANTARA News/Reuters) - Keputusan penting pemerintah AS mengenai nasib jet tempur F-22 buatan Lockheed Martin Corp baru akan dinyatakan bertepatan dengan penyampaian APBN tahun fiskal 2010 April mendatang, bukan 1 Maret seperti diinginkan Kongres.

"Rencana pemerintahan Obama mengenai F-22 Raptor, seperti program berbiaya besar lainnya dan program-program yang secara khusus menghadapi masalah pengeksekusiannya, belum akan diumumkan sebelum anggaran belanja distrukturisasi dan dirilis," kata sekretaris pers Pentagon, Geoff Morrell, Selasa WIB.

F-22 yang mampu mengelabui radar ini adalah pesawat tempur paling modern dalam sistem wahana tempur udara AS.

Pesawat ini menjadi simbol perdebatan mengenai perlindungan untuk perang skala besar menghadapi gerilya di tempat-tempat seperti Irak dan Afghanistan, serta menjadi inti perselisihan setelah pemerintah berupaya mencari pendanaan bagi program stimulus besar-besaran untuk membangkitkan kembali perekonomian yang tengah oleng.

Rincian anggaran belanja 2010 pemerintahan Presiden Barack Obama, termasuk anggaran pertahanan, diperkirakan baru disampaikan kepada Kongres April nanti, setelah kesimpulan umum disampaikan Kamis ini. Tahun fiksal 2010 dimulai sejak 1 Oktober 2009.

Kongres menyediakan 140 juta dolar AS sebagai dana bantuan untuk mempertahankan produksi F-22 yang berlangsung sampai setidaknya pada 1 Maret, saat wakil rakyat menginginkan pemerintah memutuskan apakah akan membeli lebih banyak F-22 dari 183 unit yang dipesannya sekarang atau sudah cukup dengan jumlah yang telah ada.

Sam Grizzle, juru bicara Lockheed, menyatakan minggu lalu bahwa beberapa pemasok F-22 telah mengumumkan bahwa Lockheed akan mulai menutup kegiatan produksi pada 1 Maret kecuali Presiden menjamin bahwa terus berlanjutnya produksi F-22 adalah kepentingan nasional AS.

Jeffery Adams, juga juru bicara Lockheed, Senin malam (Selasa siang WIB) tidak bersedia mengomentari ini.

Angkatan Udara AS telah memperhitungkan bahwa kebanyakan F-22 yang baru saja dibelinya menghabiskan dana 143 juta dolar AS per unit, tidak termasuk ongkos pemeliharaan. Dari 183 unit yang telah dianggarkan, 135 telah dikirimkan ke AU minggu lalu.

Menteri Pertahanan Robert Gates, satu-satunya anggota Kabinet Obama yang menjadi mantan anggota kabinet George W. Bush, mendukung produksi Jet Penempur Serang Bersama F-35 dari Lockheed, sebuah proyek pertahanan multinasional.

Pembuatan F-35 memakan biaya hampir setengah dari ongkos produksi F-22, kata Gates.

Pemerintah berencana memberitahu Kongres pada atau sekitar 1 Maret mengenai rencana terakhirnya yang bernilai 90 juta dolar AS yang membutuhkan persetujuan pembiayaan dari Kongres untuk pembuatan F-22 yang belum dibelanjakan Pentagon, kata Morrell.

"Anda tak perlu menafsirkan bahwa upaya ini adalah peta langkah dimana kami tetap mengembangkan pesawat itu," tambahnya.

Sebaliknya itu akan membuat Kongres memperbarui bagian-bagian yang mesti dipesan kembali sampai siap waktu untuk diproduksi.

"Apapun yang kami putuskan pada 1 Maret dengan merujuk pada kerangka jangka panjang, tidak bisa menjadi indikasi dimana kita mempertahan program ini secara keseluruhan," kata Morrell.

Sebagai bagian dari desakannya untuk mendapatkan lebih banyak dana untuk F-22,
Lockheed Martin menyatakan lebih dari 95 ribu karyawan terancam jika tidak ada lagi pesawat yang dibeli diatas jumlah 183 yang telah direncanakan dan akan mengakhiri kegiatan produksi tidak lewat dari tahun 2011.

Dengan menggunakan dua teknik penghitungan yang berbeda, William Hartung dari New America Foundation mengkritik gambaran ini.

Dia menyatakan F-22 telah membuka lowongan pekerjaan dari 35 ribu sampai 37 ribu per tahun, kurang dari 40 persen dari level yang diklaim Lockheed Martin.

Dalam hal ini, Hartung menyatakan bahwa setiap kehilangan lapangan kerja sebagai akibat dari diakhirinya produksi F-22 akan membuat perusahaan tidak beroperasi selama 2,5 tahun atau lebih. Ini menunjukkan bahwa hal itu terjadi setelah akhir resesi.

Adams, juru bicara Lockheed lainnya berkilah: "Berdasarkan perhitungan saksama kami, ada sekitar 25 ribu dan 70 ribu pekerjaan informal di 44 negara bagian dan 1.000 perusahan atau pemasok yang membantu program pembuatan F-22." (*)