RSSA Malang pastikan satu pasien meninggal negatif Corona
4 Maret 2020 21:10 WIB
Ketua Tim Corona RSSA Malang Didi Candradikusuma (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait penanganan pasien yang diduga terpapar virus Corona di RSSA Malang, Rabu (4/3) (Endang Sukarelawati)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang memastikan pasien yang meninggal dan diduga karena virus corona, setelah dilakukan uji laboratorium di Surabaya dinyatakan negatif.
Belum lama ini, ramai diperbincangkan ada satu pasien meninggal karena virus corona di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
"Hasil uji laboratoriumnya negatif, bahkan uji laboratoriumnya sempat ditolak oleh Kemenkes karena tidak memenuhi standar baku (SOP). Pasien meninggal karena penyakit radang paru akut," kata Ketua Tim Corona RSSA Malang, Didi Candradikusuma kepada wartawan di RSSA Malang, Rabu.
Ia mengakui ada satu pasien terduga terkena virus corona. Selain kecurigaan awal dari gejala demam yang tak kunjung usai, pasien sebelumnya beraktivitas dengan menghadiri acara di luar kota dengan akses bersama warga negara asing (WNA).
"Setelah kembali ke Malang akhir Feburari lalu, pasien mengalami batuk dan berobat jalan di rumah sakit swasta. Dari dasar riwayat itu, pasien diduga terinfeksi virus corona, sehingga dirujuk ke RSSA dan kami menangkap ini dugaan virus corona," paparnya.
Setelah menjalani perawatan, pemeriksaan sesuai standart operasional prosedure (SOP) penanganan pasien corona selama kurang lebih 9 jam, pasien ini meninggal dunia.
Meski begitu, pihak RSSA telah menjamin pasien tersebut bukan terindikasi virus corona. Sebab, pengambilan sampel telah dilakukan dan saat dikirimkan ke Kemenkes tidak mendapat persetujuan lantaran tidak memenuhi kriteria sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), atau di luar negeri namanya suspect, dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Ini juga merujuk pada WNA yang ditemui pasien bebas dari infeksi Corona.
"Di sini kita juga lakukan analisa lagi, semakin memburuk dan pasien meninggal. Tapi kami sempat mengambil prosedur pengambilan sampling, cuma saat pengiriman itu tidak diterima (Kemenkes). Karena kasus ini tidak masuk kriteria PDP," katanya.
Namun, pihak RSSA mengakui jika ada gejala yang mirip dengan virus corona menggunakan asas praduga, artinya benar-benar ditangani sesuai prosedur sampai dipastikan tidak terinfeksi, bahkan untuk memastikannya, RSSA mengirimkan sampel ke Institute of Tropical Disease (ITD) Unair. Hasilnya tetap negatif.
"Karena memang kalau ada kasus yang diduga kita harus menggunakan asas praduga, jangan sampai kita biarkan saja dengan cara biasa terus tahu-tahu positif itu akan jadi masalah. Jadi berprasangka jelek dulu, baru dilakukan penanganan, kalau tidak terjangkit langsung dipindah ke ruang biasa," tuturnya.
Untuk penanganan pasien yang diduga terpapar virus corona, RSSA Malang menyiapkan ruangan khusus yang diisi lima bed yang ditangani oleh tim medis dan paramedis khusus.
Untuk masuk ruang khusus pasien yang diduga corona tersebut, juga melalui jalur khusus, tidak melewati koridor rumah sakit, melainkan jalur khusus yang bisa dilewati mobil ambulans dan langsung menuju ruang khusus.
"Kami sudah siap, apalagi RSSA Malang sebagai rumah sakit rujukan utama untuk penanganan pasien yang diduga Corona," kata Didi.
Belum lama ini, ramai diperbincangkan ada satu pasien meninggal karena virus corona di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
"Hasil uji laboratoriumnya negatif, bahkan uji laboratoriumnya sempat ditolak oleh Kemenkes karena tidak memenuhi standar baku (SOP). Pasien meninggal karena penyakit radang paru akut," kata Ketua Tim Corona RSSA Malang, Didi Candradikusuma kepada wartawan di RSSA Malang, Rabu.
Ia mengakui ada satu pasien terduga terkena virus corona. Selain kecurigaan awal dari gejala demam yang tak kunjung usai, pasien sebelumnya beraktivitas dengan menghadiri acara di luar kota dengan akses bersama warga negara asing (WNA).
"Setelah kembali ke Malang akhir Feburari lalu, pasien mengalami batuk dan berobat jalan di rumah sakit swasta. Dari dasar riwayat itu, pasien diduga terinfeksi virus corona, sehingga dirujuk ke RSSA dan kami menangkap ini dugaan virus corona," paparnya.
Setelah menjalani perawatan, pemeriksaan sesuai standart operasional prosedure (SOP) penanganan pasien corona selama kurang lebih 9 jam, pasien ini meninggal dunia.
Meski begitu, pihak RSSA telah menjamin pasien tersebut bukan terindikasi virus corona. Sebab, pengambilan sampel telah dilakukan dan saat dikirimkan ke Kemenkes tidak mendapat persetujuan lantaran tidak memenuhi kriteria sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), atau di luar negeri namanya suspect, dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Ini juga merujuk pada WNA yang ditemui pasien bebas dari infeksi Corona.
"Di sini kita juga lakukan analisa lagi, semakin memburuk dan pasien meninggal. Tapi kami sempat mengambil prosedur pengambilan sampling, cuma saat pengiriman itu tidak diterima (Kemenkes). Karena kasus ini tidak masuk kriteria PDP," katanya.
Namun, pihak RSSA mengakui jika ada gejala yang mirip dengan virus corona menggunakan asas praduga, artinya benar-benar ditangani sesuai prosedur sampai dipastikan tidak terinfeksi, bahkan untuk memastikannya, RSSA mengirimkan sampel ke Institute of Tropical Disease (ITD) Unair. Hasilnya tetap negatif.
"Karena memang kalau ada kasus yang diduga kita harus menggunakan asas praduga, jangan sampai kita biarkan saja dengan cara biasa terus tahu-tahu positif itu akan jadi masalah. Jadi berprasangka jelek dulu, baru dilakukan penanganan, kalau tidak terjangkit langsung dipindah ke ruang biasa," tuturnya.
Untuk penanganan pasien yang diduga terpapar virus corona, RSSA Malang menyiapkan ruangan khusus yang diisi lima bed yang ditangani oleh tim medis dan paramedis khusus.
Untuk masuk ruang khusus pasien yang diduga corona tersebut, juga melalui jalur khusus, tidak melewati koridor rumah sakit, melainkan jalur khusus yang bisa dilewati mobil ambulans dan langsung menuju ruang khusus.
"Kami sudah siap, apalagi RSSA Malang sebagai rumah sakit rujukan utama untuk penanganan pasien yang diduga Corona," kata Didi.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: