WHO: Ada kemiripan antara corona dan influenza
4 Maret 2020 01:36 WIB
Direktur General WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan Munich Security Conference di Jerman (15/2/2020). Tedros menyatakan optimismenya pada COVID-19 bisa dikendalikan. (REUTERS/ANDREAS GEBERT)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa virus corona (Covid-19) dan virus influenza memiliki kemiripan pada beberapa hal dan berbeda dari segi kemampuan menular serta dampak yang ditimbulkan.
Tedros dalam keterangannya kepada media pada Selasa petang waktu Swiss sebagaimana dikutip dalam laman resmi WHO di Jakarta, Rabu dinihari, kemiripan dari corona dan influenza ialah keduanya sama-sama menularkan melalui percikan kecil cairan dari hidung ataupun mulut seseorang yang sedang sakit.
Meski memiliki beberapa kesamaan, menurut Tedros, terdapat sejumlah perbedaan yang mendasar antara kedua virus.
Tedros mengatakan corona tidak seefisien virus influenza dalam menular dari manusia ke manusia. Terjadinya penularan pada virus influenza sering kali dari orang yang terinfeksi tapi belum sakit, kepada orang lain. Sedangkan corona tidak bisa banyak melakukan hal tersebut.
"Bukti dari China bahwa hanya satu persen dari kasus yang dilaporkan tanpa ada gejala dan sebagian besar dari kasus tersebut mengalami gejala dalam dua hari," kata Tedros.
Baca juga: Pemerintah fokus pantau WNI di negara signifikan terdampak corona
Baca juga: Pemeriksaan PCR dua ABK Diamond Princess diulang
Beberapa negara berupaya mendeteksi kasus corona dengan menggunakan sistem pengawasan untuk influenza dan penyakit pernapasan lainnya. Namun dengan cara seperti itu negara-negara seperti China, Ghana, Singapura dan lainnya hanya menemukan sangat sedikit kasus corona atau tidak ada kasus sama sekali.
Dia menyebutkan satu-satunya cara untuk memastikannya adalah dengan mencari antibodi corona pada sejumlah besar orang yang sedang dilakukan oleh beberapa negara.
Perbedaan lain antara corona dan flu musiman, yaitu bahwa virus baru ini menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih parah daripada virus influenza musiman.
"Ketika banyak orang secara global telah membangun kekebalan tubuh terhadap jenis flu musiman, COVID-19 adalah virus baru yang mana tidak ada orang yang memiliki kekebalan. Itu berarti lebih banyak orang yang rentan terhadap infeksi dan beberapa akan menderita penyakit parah," kata Tedros.
Secara global, sekitar 3,4 persen kasus corona yang dilaporkan menyebabkan kematian. Sebagai perbandingan, flu musiman bisa menyebabkan kematian lebih kecil dari satu persen.
Selain itu, vaksin influenza dan obat-obatan sebagai terapi telah tersedia, sementara hingga saat ini belum ada vaksin atau obat-obatan untuk corona.
Baca juga: Penghentian rute internasional tidak berdampak terhadap Kualanamu
Tedros menyebutkan uji klinis obat virus corona saat ini sedang dilakukan dan 20 vaksin sedang dalam pengembangan.
Perbedaan lainnya antara flu musiman dan corona adalah bahwa virus influenza tidak mungkin dikendalikan dan corona sangat mungkin dikendalikan. Tedros menegaskan bahwa setiap negara harus melacak riwayat kontak pasien corona untuk mencegah terjadinya infeksi dan menyelamatkan nyawa banyak orang.
Dia menegaskan bahwa perbedaan antara corona dan influenza membuat penanganan terhadap dua virus menjadi berbeda. Namun ada kesamaan antara keduanya yang membuat negara-negara di dunia tidak harus berjuang melawan virus dari nol.
"Selama beberapa dekade, banyak negara telah berinvestasi dalam membangun sistem mereka untuk mendeteksi dan menangani influenza. Karena COVID-19 juga merupakan patogen pernapasan, sistem tersebut bisa, seharusnya bisa dan sedang diadaptasi untuk penanganan COVID-19," kata Tedros.
Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menggunakan beberapa sistem untuk melacak suatu kasus corona, khususnya apabila di suatu daerah dilalui oleh orang yang positif virus corona jenis baru tersebut.
Salah satu yang digunakan adalah sentinel influenza like illness dan juga pneumonia illness. Kementerian Kesehatan memantau apakah di suatu daerah memiliki peningkatan data orang yang sakit influenza atau pneumonia pada waktu tertentu yang bisa mengarah pada terjadinya penularan virus corona di masyarakat.
Baca juga: Menkes sebut kecemasan bisa pengaruhi imunitas tubuh
Tedros dalam keterangannya kepada media pada Selasa petang waktu Swiss sebagaimana dikutip dalam laman resmi WHO di Jakarta, Rabu dinihari, kemiripan dari corona dan influenza ialah keduanya sama-sama menularkan melalui percikan kecil cairan dari hidung ataupun mulut seseorang yang sedang sakit.
Meski memiliki beberapa kesamaan, menurut Tedros, terdapat sejumlah perbedaan yang mendasar antara kedua virus.
Tedros mengatakan corona tidak seefisien virus influenza dalam menular dari manusia ke manusia. Terjadinya penularan pada virus influenza sering kali dari orang yang terinfeksi tapi belum sakit, kepada orang lain. Sedangkan corona tidak bisa banyak melakukan hal tersebut.
"Bukti dari China bahwa hanya satu persen dari kasus yang dilaporkan tanpa ada gejala dan sebagian besar dari kasus tersebut mengalami gejala dalam dua hari," kata Tedros.
Baca juga: Pemerintah fokus pantau WNI di negara signifikan terdampak corona
Baca juga: Pemeriksaan PCR dua ABK Diamond Princess diulang
Beberapa negara berupaya mendeteksi kasus corona dengan menggunakan sistem pengawasan untuk influenza dan penyakit pernapasan lainnya. Namun dengan cara seperti itu negara-negara seperti China, Ghana, Singapura dan lainnya hanya menemukan sangat sedikit kasus corona atau tidak ada kasus sama sekali.
Dia menyebutkan satu-satunya cara untuk memastikannya adalah dengan mencari antibodi corona pada sejumlah besar orang yang sedang dilakukan oleh beberapa negara.
Perbedaan lain antara corona dan flu musiman, yaitu bahwa virus baru ini menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih parah daripada virus influenza musiman.
"Ketika banyak orang secara global telah membangun kekebalan tubuh terhadap jenis flu musiman, COVID-19 adalah virus baru yang mana tidak ada orang yang memiliki kekebalan. Itu berarti lebih banyak orang yang rentan terhadap infeksi dan beberapa akan menderita penyakit parah," kata Tedros.
Secara global, sekitar 3,4 persen kasus corona yang dilaporkan menyebabkan kematian. Sebagai perbandingan, flu musiman bisa menyebabkan kematian lebih kecil dari satu persen.
Selain itu, vaksin influenza dan obat-obatan sebagai terapi telah tersedia, sementara hingga saat ini belum ada vaksin atau obat-obatan untuk corona.
Baca juga: Penghentian rute internasional tidak berdampak terhadap Kualanamu
Tedros menyebutkan uji klinis obat virus corona saat ini sedang dilakukan dan 20 vaksin sedang dalam pengembangan.
Perbedaan lainnya antara flu musiman dan corona adalah bahwa virus influenza tidak mungkin dikendalikan dan corona sangat mungkin dikendalikan. Tedros menegaskan bahwa setiap negara harus melacak riwayat kontak pasien corona untuk mencegah terjadinya infeksi dan menyelamatkan nyawa banyak orang.
Dia menegaskan bahwa perbedaan antara corona dan influenza membuat penanganan terhadap dua virus menjadi berbeda. Namun ada kesamaan antara keduanya yang membuat negara-negara di dunia tidak harus berjuang melawan virus dari nol.
"Selama beberapa dekade, banyak negara telah berinvestasi dalam membangun sistem mereka untuk mendeteksi dan menangani influenza. Karena COVID-19 juga merupakan patogen pernapasan, sistem tersebut bisa, seharusnya bisa dan sedang diadaptasi untuk penanganan COVID-19," kata Tedros.
Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menggunakan beberapa sistem untuk melacak suatu kasus corona, khususnya apabila di suatu daerah dilalui oleh orang yang positif virus corona jenis baru tersebut.
Salah satu yang digunakan adalah sentinel influenza like illness dan juga pneumonia illness. Kementerian Kesehatan memantau apakah di suatu daerah memiliki peningkatan data orang yang sakit influenza atau pneumonia pada waktu tertentu yang bisa mengarah pada terjadinya penularan virus corona di masyarakat.
Baca juga: Menkes sebut kecemasan bisa pengaruhi imunitas tubuh
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: