KKP jamin ketersediaan benih dan calon induk unggul perikanan
3 Maret 2020 18:37 WIB
Petugas menunjukkan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus) varietas Larasati di kolam Loka Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (6/12/2019). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjamin ketersediaan benih dan calon induk unggul komoditas kelautan dan perikanan sebagai upaya untuk memperkokoh bidang pembenihan ikan di Tanah Air.
"KKP telah melakukan beberapa langkah penguatan di bidang pembenihan ikan diantaranya dengan menjamin ketersediaan benih dan calon induk unggul, penerapan biosecurity secara ketat, melakukan sertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik, serta melakukan monitoring residu dan kesehatan ikan," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, dalam rilis di Jakarta, Selasa.
Menurut Slamet, khusus untuk pakan benih ikan, KKP juga telah mengembangkan percontohan pakan ikan alami untuk memenuhi kebutuhan pakan di level pembenih.
Selain itu, ujar dia, pada tahun ini juga akan mulai dibangun pengembangan budidaya cacing sutera sistem apartemen di masyarakat, khususnya di sentra pembenihan ikan.
Secara umum, target produksi perikanan budidaya secara nasional tahun 2020 sebesar 18.440.000 ton, di mana 4.685.446 ton di antaranya adalah komoditas ikan air tawar (ikan mas, nila, lele, patin, dan gurame). Untuk menghasilkan 4.685.446 ton ikan konsumsi tersebut, maka dibutuhkan benih sebanyak 29 miliar.
"Selain itu untuk menunjang kebutuhan benih di masyarakat, KKP juga telah memasyarakatkan teknologi pembenihan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri," ucap Slamet.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan pihaknya menggunakan teknologi recirculation aquaculture system (RAS) dalam rangka menyiapkan pengembangan industri benih ikan nasional.
Menteri Edhy menyatakan teknologi perbenihan RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga tujuh kali lipat dibandingkan sistem konvensional.
Selain itu, menurut dia, teknologi ini juga mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup, dan tingkat keseragaman ukuran.
"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan menyadari bahwa harga benih saat ini masih cukup tinggi di beberapa daerah. Penyebabnya adalah kondisi wilayah, jarak pengantaran serta ketersediaan yang belum merata.
Sedangkan teknologi pembenihan sistem RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga 28-30 ekor per liter.
Sistem tersebut juga memangkas masa pemeliharaan benih menjadi relatif lebih pendek yaitu 30 hari yang dapat mencapai ukuran 2-4 cm dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95 persen dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90 persen.
Sedangkan produktivitas produksi dengan teknologi RAS dapat naik hingga 140 kali lipat dibanding konvensional.
Baca juga: Menteri Edhy sebut benih bisa gratis bila stok melimpah
Baca juga: Menteri Edhy: KKP gunakan teknologi RAS untuk industri benih ikan
Baca juga: Pengamat ingatkan pentingnya sertifikasi mutu benih ikan
"KKP telah melakukan beberapa langkah penguatan di bidang pembenihan ikan diantaranya dengan menjamin ketersediaan benih dan calon induk unggul, penerapan biosecurity secara ketat, melakukan sertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik, serta melakukan monitoring residu dan kesehatan ikan," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, dalam rilis di Jakarta, Selasa.
Menurut Slamet, khusus untuk pakan benih ikan, KKP juga telah mengembangkan percontohan pakan ikan alami untuk memenuhi kebutuhan pakan di level pembenih.
Selain itu, ujar dia, pada tahun ini juga akan mulai dibangun pengembangan budidaya cacing sutera sistem apartemen di masyarakat, khususnya di sentra pembenihan ikan.
Secara umum, target produksi perikanan budidaya secara nasional tahun 2020 sebesar 18.440.000 ton, di mana 4.685.446 ton di antaranya adalah komoditas ikan air tawar (ikan mas, nila, lele, patin, dan gurame). Untuk menghasilkan 4.685.446 ton ikan konsumsi tersebut, maka dibutuhkan benih sebanyak 29 miliar.
"Selain itu untuk menunjang kebutuhan benih di masyarakat, KKP juga telah memasyarakatkan teknologi pembenihan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri," ucap Slamet.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan pihaknya menggunakan teknologi recirculation aquaculture system (RAS) dalam rangka menyiapkan pengembangan industri benih ikan nasional.
Menteri Edhy menyatakan teknologi perbenihan RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga tujuh kali lipat dibandingkan sistem konvensional.
Selain itu, menurut dia, teknologi ini juga mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup, dan tingkat keseragaman ukuran.
"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan menyadari bahwa harga benih saat ini masih cukup tinggi di beberapa daerah. Penyebabnya adalah kondisi wilayah, jarak pengantaran serta ketersediaan yang belum merata.
Sedangkan teknologi pembenihan sistem RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga 28-30 ekor per liter.
Sistem tersebut juga memangkas masa pemeliharaan benih menjadi relatif lebih pendek yaitu 30 hari yang dapat mencapai ukuran 2-4 cm dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95 persen dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90 persen.
Sedangkan produktivitas produksi dengan teknologi RAS dapat naik hingga 140 kali lipat dibanding konvensional.
Baca juga: Menteri Edhy sebut benih bisa gratis bila stok melimpah
Baca juga: Menteri Edhy: KKP gunakan teknologi RAS untuk industri benih ikan
Baca juga: Pengamat ingatkan pentingnya sertifikasi mutu benih ikan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: