BPBD: Tidak ada warga Mataram mengungsi akibat banjir
2 Maret 2020 14:24 WIB
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram (jaket oranye) Mahfuddin Noor di sela memantau warga yang terdampak banjir kiriman di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Nusa Tenggara Barat. Minggu (1/3-2020). ANTARA/Nirkomalas
Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, hingga saat ini tidak ada warga yang mengungsi akibat banjir yang dipicu hujan lebat dengan intensitas lama yang terjadi pada Minggu (1/3).
"Sampai hari ini, kami pastikan tidak ada warga yang mengungsi akibat banjir dan genangan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Senin.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi kabar yang menyebutkan adanya warga di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, diungsikan akibat rumah mereka terendam banjir.
Baca juga: Hujan deras menyebabkan banjir di Mataram
Baca juga: Gempa Mataram dipicu aktivitas Sesar Naik Flores
Menurut Mahfuddin, hujan deras yang terjadi pada Minggu (1/3) mulai pukul 14.00 Wita sampai sekitar pukul 20.00 Wita, dua lingkungan di Kelurahan Rembiga yakni Lingkungan Rembiga Barat dan Timur sebanyak 22 kepala keluarga (KK) terdampak banjir kiriman akibat luapan air Sungai Midang.
Sungai Midang yang merupakan sungai perbatasan Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat itu meluap karena intensitas hujan deras, lama dan merata sehingga 3 RT di dua lingkungan tersebut terendam dengan ketinggian sekitar 80 sentimeter atau sepinggang orang dewasa.
"Tapi, dari 22 KK itu hanya sebagian rumah warga dengan kondisi fondansi rendah, sehingga air masuk sementara lainnya hanya sampai ke halaman rumah," katanya.
Oleh karena itu, sebanyak 22 KK memilih tetap berada di kediaman mereka mencari posisi yang aman sehingga tidak evakuasi untuk diungsikan. "Warga tetap bertahan, sambil menunggu air surut sekitar pukul 01.00 Wita," kata Mahfuddin yang saat itu juga turun memantau kondisi di lapangan.
Baca juga: Aparat TNI-Polri bantu tangani dampak longsor di Gorontalo Utara
Baca juga: BPBD Kabupaten Gorontalo evakuasi korban banjir Boliyohuto
Namun demikian, pihaknya telah mengimbau warga sekitar agar tetap waspada, dan antisipasi kalau ada lagi air kiriman yang menyebabkan air Sungai Midang meluap.
Selain itu, warga diminta berperan aktif segera melaporkan jika ada indikasi bencana ke aparat terdekat agar dapat segera dilakukan tindakan sebagai pengurangan risiko bencana.
"Apalagi, informasi dari BMKG menyebutkan hujan sedang hingga lebat disertai angin, kilat dan petir akan terjadi sampai tanggal 7 Maret 2020," ujarnya.
Akibat hujan lebat disertai angin kencang berdampak juga pada pohon tumbang, dan genangan dengan ketinggian sekitar 20 sentimeter pada beberapa titik diantaranya, di Keluarhan Pejeruk, Pagutan Timur, Rembiga, Dayen Peken, Udayana, Monjok Barat dan Timur, Jalan Sriwijaya, Kekalik, dan Jalan Koperasi Pelembak.
Baca juga: Banjir masih rendam sembilan kawasan di Jaktim
Baca juga: Warga Manokwari siaga antisipasi banjir
Baca juga: Ratusan rumah di Gorontalo Utara terendam banjir
"Sampai hari ini, kami pastikan tidak ada warga yang mengungsi akibat banjir dan genangan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Senin.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi kabar yang menyebutkan adanya warga di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, diungsikan akibat rumah mereka terendam banjir.
Baca juga: Hujan deras menyebabkan banjir di Mataram
Baca juga: Gempa Mataram dipicu aktivitas Sesar Naik Flores
Menurut Mahfuddin, hujan deras yang terjadi pada Minggu (1/3) mulai pukul 14.00 Wita sampai sekitar pukul 20.00 Wita, dua lingkungan di Kelurahan Rembiga yakni Lingkungan Rembiga Barat dan Timur sebanyak 22 kepala keluarga (KK) terdampak banjir kiriman akibat luapan air Sungai Midang.
Sungai Midang yang merupakan sungai perbatasan Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat itu meluap karena intensitas hujan deras, lama dan merata sehingga 3 RT di dua lingkungan tersebut terendam dengan ketinggian sekitar 80 sentimeter atau sepinggang orang dewasa.
"Tapi, dari 22 KK itu hanya sebagian rumah warga dengan kondisi fondansi rendah, sehingga air masuk sementara lainnya hanya sampai ke halaman rumah," katanya.
Oleh karena itu, sebanyak 22 KK memilih tetap berada di kediaman mereka mencari posisi yang aman sehingga tidak evakuasi untuk diungsikan. "Warga tetap bertahan, sambil menunggu air surut sekitar pukul 01.00 Wita," kata Mahfuddin yang saat itu juga turun memantau kondisi di lapangan.
Baca juga: Aparat TNI-Polri bantu tangani dampak longsor di Gorontalo Utara
Baca juga: BPBD Kabupaten Gorontalo evakuasi korban banjir Boliyohuto
Namun demikian, pihaknya telah mengimbau warga sekitar agar tetap waspada, dan antisipasi kalau ada lagi air kiriman yang menyebabkan air Sungai Midang meluap.
Selain itu, warga diminta berperan aktif segera melaporkan jika ada indikasi bencana ke aparat terdekat agar dapat segera dilakukan tindakan sebagai pengurangan risiko bencana.
"Apalagi, informasi dari BMKG menyebutkan hujan sedang hingga lebat disertai angin, kilat dan petir akan terjadi sampai tanggal 7 Maret 2020," ujarnya.
Akibat hujan lebat disertai angin kencang berdampak juga pada pohon tumbang, dan genangan dengan ketinggian sekitar 20 sentimeter pada beberapa titik diantaranya, di Keluarhan Pejeruk, Pagutan Timur, Rembiga, Dayen Peken, Udayana, Monjok Barat dan Timur, Jalan Sriwijaya, Kekalik, dan Jalan Koperasi Pelembak.
Baca juga: Banjir masih rendam sembilan kawasan di Jaktim
Baca juga: Warga Manokwari siaga antisipasi banjir
Baca juga: Ratusan rumah di Gorontalo Utara terendam banjir
Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: