Jakarta (ANTARA) - Pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia bagian timur dinilai masih lambat, sehingga masyarakat di wilayah itu perlu didorong dan diedukasi agar mampu menggunakan teknologi finansial (fintech) di era serba digital sekarang ini.

“Sampai saat ini masih banyak masyarakat di Indonesia bagian timur yang tinggal jauh dari bank atau belum dapat menjangkau layanan jasa keuangan lainnya sehingga banyak dari mereka belum memahami keuntungan yang ditawarkan fintech,” kata CEO TunaiKita Tumbur Pardede di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Pemerintah targetkan tingkat inklusi keuangan tembus 90 persen di 2024

Padahal di bagian barat wilayah Indonesia, industri fintech telah lama hadir dan berkembang pesat sehingga terjadi ketidakmerataan inklusi keuangan.

Maka, pihaknya pun sebagai salah satu perusahaan fintech yang beroperasi di Indonesia sejak 2017 mengupayakan edukasi digital kepada masyarakat di Indonesia timur salah satunya melalui ajang FinEast 2020.

“Ini diharapkan dapat memberikan literasi terkait teknologi finansial dan pendanaan usaha sehingga menjangkau seluruh masyarakat khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah dengan lebih cepat dan mudah,” katanya.

Ia menilai edukasi industri fintech lending harus dilakukan secara langsung agar masyarakat, khususnya UMKM dan usaha rintisan dapat lebih memahami fintech lending dan dapat memanfaatkan industri ini secara optimal.

FinEast 2020 yang resmi dibuka Sabtu di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) diinisiasi bersama Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) dan sejumlah perusahaan fintech lainnya.

”TunaiKita juga hadir di Kota Kupang untuk mendukung OJK dalam menggalakkan literasi inklusi keuangan. Sebagai fintech yang terdaftar di OJK dan anggota aktif AFPI, kami berkomitmen untuk menyukseskan program inklusi keuangan pemerintah,” katanya.

Ia menambahkan bahwa perusahaannya yang selama ini dikenal sebagai platform pinjaman tunai akan berinovasi dengan produk-produk pinjaman baru, khususnya bagi kegiatan produktif.

TunaiKita sebagai salah satu pelopor fintech P2P lending, saat ini telah beroperasi lebih dari dua tahun, dan telah menyalurkan lebih dari Rp2,2 triliun sejak diregistrasi OJK pada pertengahan 2017.

Layanan tersebut saat ini hadir di 160 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, melayani lebih dari 600.000 pelanggan yang menikmati pinjaman konsumtif dan produktif.

Pihaknya juga aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, antara lain melakukan kampanye #MelekFintech dan #InklusiBaik.

Tagar #InklusiBaik yang diusung itu selama ini secara aktif memberikan informasi terkini, transparansi, akses, kemudahan, dan solusi bagi kebutuhan pinjaman masyarakat baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif dengan tujuan bisa berkontribusi dalam pembangunan ekosistem perekonomian Indonesia yang lebih baik.

Baca juga: Presiden: Indeks inklusi keuangan nasional meningkat