Jayapura (ANTARA) - Meningkatkan budaya literasi serta mendorong minat menulis bagi warga asli Papua merupakan sebuah tantangan tersendiri, namun Yayasan Lontar Jakarta bersama Universitas Cenderawasih dan PT Freeport Indonesia telah menjawab tantangan tersebut dengan menyelenggarakan pelatihan menulis fiksi "Mahasiswa Papua Panggil - Ko tulis ko pu Kisah".
Tantangan untuk menuntaskan keterampilan budaya membaca buku, menulis dan berhitung (calistung) di wilayah Papua dan Papua Barat, lebih berat dan kompleks.
Mulai, dari geografis daerah yang terisolir, minimnya tenaga guru dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai memenuhi kebutuhan siswa di sekolah. Kendala lain, dalam mendorong literasi anak di Papua karena buku pelajaran yang menjadi pegangan siswa tidak terpenuhi bahkan kurang.
Sudah menjadi rahasia umum banyak ditemukan masyarakat Papua di tingkat SMP dan SMA bahkan hingga mahasiswa yang belum mampu calistung. Padahal keterampilan calistung ini merupakan modal bagi anak asli Papua untuk dapat belajar di kelas lebih tinggi dalam mewujudkan sumber daya manusia Papua Unggul.
Pemerintah harus memastikan kompetensi dasar calistung dalam semua satuan pendidikan betul-betul tuntas di tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK. Pemerintah pusat, provinsi, daerah dan komunitas literasi harus berkolaborasi mencari jalan keluar menghadapi tantangan ini.
Baca juga: Prajurit TNI mengajar baca tulis di SD perbatasan Papua
Dibutuhkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien, agar anak benar-benar siswa di Papua siap belajar dan meningkatkan budaya literasi. Ketersediaan buku pelajaran bisa menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan keterampilan siswa calistung di berbagai jenjang pendidikan.
Masalahnya buku yang tersedia di Papua, sering tidak sesuai dengan kebutuhan daerah dan kebutuhan siswa di wilayah tersebut. Jikapun ada, buku-buku itu lebih banyak buku teks pelajaran yang tidak ampuh memacu kesenangan dan motivasi anak untuk membaca.
Direktur Eksekutif Yayasan Lontar Jakarta Yuli Ismartono mengharapkan, anak-anak dan mahasiswa di Papua perlu diberikan akses lebih banyak untuk mengembangkan talenta dirinya.
"Saya berharap para pemangku kepentingan di Papua dan Papua Barat dapat menyediakan buku bacaan yang khusus untuk kebutuhan anak di Papua sehingga bisa mendorong minat literasi anak untuk membaca dan menulis, ujar Yuli Ismartono saat berada di Jayapura pada pelatihan fiksi mahasiswa Papua Panggil berlangsung 28-29 Februari 2020.
Tampak ada dorongan dari orang tua dan akses sarana prasarana pendidikan yang bagus, menurut Yuli, maka minat meningkatkan budaya literasi dan menulis bagi warga Papua masih sangat kurang.
Ia berharap, dengan ketersediaan akses sarana prasana pendidikan seperti tersedianya buku pelajaran, digelar program pelatihan menulis serta memberikan ruang industri percetakan buku diharapkan bisa meningkatkan budaya menulis dan literasi bagi anak asli Papua.
"Kita harus menyediakan akses pendidikan yang seluas-luasnya untuk anak-anak asli Papua mengembangkan talenta diri. Ini menjadi tugas bersama pemerintah, organisasi kemasyarakatan, yayasan serta dukungan nyata dari orang tua anak," tambahnya.
Baca juga: Kampung Rimba Jaya, desa yang gemar baca di Papua
Budaya asli Papua
Staf Ahli Mendikbud Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, James Modouw, mengajak agar setiap organisasi kemasyarakatan dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama memajukan pendidikan anak di sekolah.
"Jangan guru dan sekolah yang bekerja sendiri, melainkan seluruh kelompok masyarakat hingga lintas agama harus ambil bagian dalam gerakan sukarela meningkatkan budaya literasi sekolah untuk membantu pendidikan dalam berbagai aspek," katanya.
James Modouw mengakui, keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan fungsi pendidikan harus didorong supaya menjadi suatu gerakan sosial yang mengangkat harkat dan martabat sumber daya manusia Papua unggul.
"Jika generasi Papua terus diingatkan tentang pentingnya literasi, lanjutnya, maka semua orang akan bersama-sama terus menyuarakan kepada generasi muda pentingnya tentang literasi sekolah sehingga setiap orang orang tua, sekolah dan pemangku kepentingan merasa bertanggung jawab terhadap peningkatan literasi di pelosok-pelosok negeri yang ada di tanah Papua,"ujarnya.
Literasi sekolah, ujarnya harus digalakkan di kalangan anak muda orang Papua sehingga dapat meningkatkan kualitas kemampuan diri pribadi dalam menatap perubahan global yang penuh dengan persaingan di segala bidang kehidupan.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengajak kalangan mahasiswa peserta pelatihan Papua Panggil "ko tulis ko pu kisah" dapat melestarikan budaya asli orang Papua melalui karya tulis fiksi, cerita pendek dan foto.
"Budaya asli Papua harus dijaga dan dilestarikan, cara paling sederhana menjaganya melalui karya menulis fiksi tentang alam dan budaya Papua,"ujarnya.
Keinginan meningkatkan budaya menulis dan literasi bagi warga Papua, menurut Riza Pratama, telah diwujudkan dengan pelatihan menulis fiksi Papua Panggil dengan menggandeng lembaga pendidikan Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura serta Yayasan Lontar Jakarta.
"Melalui pelatihan menulis fiksi diharapkan mahasiswa dan warga Papua dapat menjaga keaslian budayanya di berbagai kehidupan orang Papua,"katanya.
Kepada generasi muda, Riza meminta tidak berhenti untuk mengembangkan diri di bidang literasi, karena hal ini sangat penting bagi masa depan Papua seperti dilakukan Cenderawasih Reading Center (CRC) ikut mengembangkan literasi bagi generasi muda di Sentani, Kabupaten Jayapura.
Begitu juga peran nyata "Noken Pustaka" di Manokwari, Papua Barat, yang juga mempelopori peningkatan literasi anak di sekolah. Selain itu, adanya komitmen berdirinya kelas literasi pertama di tanah Papua di Kampung Yoka Distrik Heram Kota Jayapura Papua yakni Kelas Literasi Ebehaezer Kampung Hebaebulu Yoka.
Kelas Literasi Ebenhaezer tersebut yang di ajarkan oleh relawan-relawan dari pemuda pemudi alumni peduli pendidikan Kampung Yoka.
Kehadiran beberapa organisasi kemasyarakatan, yayasan, perusahaan dan pemangku kepentingan pendidikan yang telah mendorong peningkatan budaya literasi dan membaca menulis berhitung di kalangan siswa warga asli Papua sebagai upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia Papua unggul, cerdas dan sehat.
Baca juga: Kemampuan baca tulis anak Papua meningkat, kata UNICEF
Artikel
Tantangan meningkatkan budaya literasi warga di Papua
Oleh Muhsidin
29 Februari 2020 16:37 WIB
Anak-anak SD asli Papua sedang membaca buku mendorong peningkatan minat literasi sekolah.(ANTARA Papua)
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: