Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan memperketat lalu lintas hewan babi dan produknya dari Timor Leste mengingat adanya kasus kematian ribuan babi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita, menjelaskan NTT memiliki risiko tinggi untuk masuknya virus flu babi afrika (African Swine Flu/ASF). Hal ini mengingat NTT berbatasan langsung dengan Timor Leste yang sudah positif ASF sejak tahun lalu.

"Saya sudah meminta agar petugas dinas dan karantina memperketat lalu lintas hewan dan produk dari Timor Leste. Saat ini perhatian juga harus diberikan ke pengawasan lalu lintas dari kabupaten terdampak," kata Ketut di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Pemerintah provinsi tutup lalu lintas ternak babi keluar masuk NTT

Ketut menjelaskan virus penyebab ASF sulit untuk dibendung karena sifat virusnya yang tahan berbagai kondisi lingkungan bahkan pengolahan. Oleh karena itu, saat ini cara paling efektif untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit adalah pengawasan lalu lintas babi dan produknya serta penerapan biosekuriti yang ketat.

Hingga Kamis (27/2), Kementan mencatat kematian babi sebanyak 2.825 ekor di lima kabupaten/kota, dari total populasi babi di NTT yang berjumlah 2.141.246 ekor. Kematian babi akibat ASF tersebut telah dikonfirmasi dengan adanya hasil pemeriksaan laboratorium Balai Veteriner Medan untuk sampel dari Kabupaten Belu.

Kasus kematian babi di Pulau Timor, NTT, ini sudah ditangani bersama oleh tim yang terdiri dari Direktorat Kesehatan Hewan, Balai Besar Veteriner Denpasar, serta Dinas yang membidangi fungsi peternakan provinsi dan kabupaten.

Baca juga: Kementan: Kematian 888 babi di Bali belum pasti Flu Babi Afrika

"Tim telah diturunkan ke delapan titik lokasi kejadian penyakit untuk melakukan investigasi wabah, pengambilan sampel, penyemprotan desinfektan, edukasi terkait penyakit babi dan penerapan biosekuriti," kata Ketut.

Mengingat ASF belum ada vaksin dan obatnya, Ketut mengingatkan bahwa kegiatan utama yang harus terus dilakukan bersama adalah sosialisasi kewaspadaan penyakit ASF dan edukasi biosekuriti kepada peternak, disinfeksi kandang, penguburan ternak mati oleh petugas dan masyarakat, dan pengawasan lalu lintas ternak babi antar wilayah.

Sebagai dukungan pengendalian, Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan desinfektan sebanyak 300 liter, alat pelindung diri sebanyak 100 set, sprayer 30 unit, serta bahan sosialisasi banner dan poster.

"Untuk tahun ini kita akan tambahkan juga dana sebesar Rp1,5 miliar untuk pengendalian kasus ini," kata Ketut.