Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pers untuk mendahulukan kebenaran besar dibanding kebenaran kecil.
Dalam pidatonya pada puncak peringatan Hari Pers Nasional 2009 di Gedung Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Senin malam, Presiden memberikan beberapa contoh yang membedakan kebenaran besar dan kebenaran kecil.
Apabila di suatu daerah konflik seorang wartawan melaporkan fakta apa adanya tanpa ada yang disaring terlebih dahulu, namun akibat dari fakta yang dilaporkan itu justru berpotensi
menimbulkan konflik yang lebih hebat lagi, kata Presiden, wartawan itu memilih kebenaran kecil.
"Di situ ada dilema apakah diliput utuh apa adanya, telanjang tanpa kontrol, apalagi dengan tulisan-tulisan bahasa provokatif hanya untuk memenuhi hak ingin tahu masyarakat. Itu yang dipilih sesungguhnya kebenaran kecil," tutur Presiden.
Namun, apabila wartawan melaporkan dengan membatasi dirinya untuk tidak mengungkapkan fakta yang membuat kondisi lebih buruk, Presiden mengatakan, wartawan itu telah mendahulukan kebenaran besar.
"Menunda pemberitaan, memilih timing yang tepat, menggunakan bahasa-bahasa yang tidak memicu konflik, itu adalah kebenaran besar," tuturnya.
Presiden Yudhoyono dalam pidatonya juga mengingatkan pers untuk menumbuhkan demokrasi di Indonesia, terutama menjelang Pemilu 2009.
Presiden mengatakan siapa pun yang terpilih sebagai anggota legislatif baru, presiden dan wakil presiden baru, adalah kebenaran kecil.
Sedangkan kebenaran besar, lanjut Presiden, adalah Pemilu di Indonesia yang harus berjalan tertib, aman, dan demokratis demi terpilihnya perangkat negara yang kredibel dan efektif untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Presiden mengimbau pers untuk turut menjaga demokrasi di Indonesia dan tidak membiarkan negara berbuat salah.
"Jangan biarkan negara kita berbuat salah, mari kita bikin negara kita berbuat benar," ujarnya.
(*)
Presiden Minta Pers Dahulukan Kebenaran Besar
9 Februari 2009 21:55 WIB
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009
Tags: