PSLD Universitas Brawijaya raih penghargaan internasional Zero Project
27 Februari 2020 14:58 WIB
Wakil Rektor IV UB Malang Prof Dr Mochammad Sasmito Djati didamping Ketua PSLD UB Zubaidah Ningsih di acara bincang santai (Bonsai) bersama media di UB TV kampus setempat, Kamis (27/2). ANTARA/Endang Sukarelawati
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya (UB) Malang meraih penghargaan internasional dari Zero Project atas kebijakan inovatif terkait pendidikan tinggi bagi disabilitas di kampus setempat.
Penghargaan yang diberikan pada saat penyelenggaraan Konferensi Zero Project (19/2) di Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Vienna, Austria tersebut, disampaikan Wakil Rektor IV UB Malang Prof Dr Mochammad Sasmito Djati dalam acara bincang santai (Bonsai) dengan media yang dikemas dalam program "UB talk" di studio UB TV, Kamis.
"Kebijakan inovatif yang kami kembangkan selama delapan tahun terakhir ini memang masih banyak yang harus dibenahi, namun kami bangga dengan capaian penghargaan internasional ini," kata Sasmito Djati.
Ia mengemukakan inovasi yang ditawarkan PSLD UB ini terkait pemenuhan kuota dan Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD).
Baca juga: Pendidikan anak disabilitas dibahas pimpinan YPAC se-Indonesia
Baca juga: Perlu adanya penguatan komitmen ciptakan pendidikan inklusif
Sasmito menerangkan kebijakan yang dimulai sejak 2012, semula bernama Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) berubah menjadi Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) pada 2019.
Seleksi itu memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengakses program studi di perguruan tinggi melalui tahapan, yaitu tes administratif, tes kemampuan akademik, simulasi perkuliahan, dan wawancara.
Dalam seleksi tersebut, lanjutnya, UB menyiapkan kuota untuk 20 calon mahasiswa difabel. UB juga menyediakan berbagai macam fasilitas pendukung pembelajaran inklusi, seperti juru bahasa isyarat untuk siswa tuna rungu, alat bantu dengar, hingga relawan yang akan mendampingi mahasiswa selama berada di kampus, bahkan saat skripsi pun tetap didampingi relawan.
"Program penerimaan mahasiswa difabel ini sejak tahun 2012. Dalam konteks Indonesia ini termasuk awal dan UB merupakan pionir dalam pendidikan inklusif di perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: Kemensos gandeng Kemenperin tingkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas
Baca juga: Staf Ahli: Pemda wajib fasilitasi pembentukan layanan disabilitas
Menurut dia, saat ini PSLD UB menjadi kampus rujukan dalam implementasi pendidikan dan layanan inklusif untuk penyandang disabilitas di perguruan tinggi di Indonesia.
Selain itu, katanya, UB juga menerima banyak kunjungan dari berbagai kampus di Indonesia yang juga ingin mendirikan pusat layanan untuk penyandang disabilitas.
Mahasiswa difabel di UB menyebar di 12 dari 16 fakultas yang ada di perguruan tinggi tersebut. "Kami sangat berterima kasih pada program studi (prodi) yang telah menerima dan mewadahi mahasiswa disabilitas yang punya potensi untuk berkembang dan mengasah kemampuannya," kata Ketua PSLD UB, Zubaidah Ningsih.
Sementara itu, penghargaan internasional dari Zero Project diterima oleh Prof Dr Mochammad Sasmito Djati (Wakil Rektor IV UB) didampingi oleh Wahyu Widodo (Sekretaris PSLD), Alies Poetri Lintangsari (Kepala Bidang Pelayanan PSLD), dan Ulfah Fatmala Rizky (Peneliti di PSLD UB).
Baca juga: Dukung kegiatan belajar siswa disabilitas
Baca juga: Mendikbud: fasilitas pendidikan disabilitas terus ditingkatkan
Dalam Konferensi Zero Project yang dilangsungkan di markas PBB di Vienna, Austria itu Prof Sasmito Djati juga mempresentasikan tentang Admission Quotas and Support Services for University Enrollment.
Zero Project adalah program yang diinisiasi oleh Essl Foundation yang berpusat di Vienna Austria, memfokuskan pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam skala global.
Sebagai wadah global (platform), Zero Project menginisiasi, menyeleksi, dan menyuguhkan solusi yang inovatif dan efektif dalam memecahkan problematika penyandang disabilitas yang didasari oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa atas Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD).
Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat ramah mahasiswa difabel
Baca juga: Menristek Dikti: tak ada diskriminasi mahasiswa disabilitas
Baca juga: 19 penyandang disabilitas lolos tes Universitas Brawijaya
Penghargaan yang diberikan pada saat penyelenggaraan Konferensi Zero Project (19/2) di Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Vienna, Austria tersebut, disampaikan Wakil Rektor IV UB Malang Prof Dr Mochammad Sasmito Djati dalam acara bincang santai (Bonsai) dengan media yang dikemas dalam program "UB talk" di studio UB TV, Kamis.
"Kebijakan inovatif yang kami kembangkan selama delapan tahun terakhir ini memang masih banyak yang harus dibenahi, namun kami bangga dengan capaian penghargaan internasional ini," kata Sasmito Djati.
Ia mengemukakan inovasi yang ditawarkan PSLD UB ini terkait pemenuhan kuota dan Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD).
Baca juga: Pendidikan anak disabilitas dibahas pimpinan YPAC se-Indonesia
Baca juga: Perlu adanya penguatan komitmen ciptakan pendidikan inklusif
Sasmito menerangkan kebijakan yang dimulai sejak 2012, semula bernama Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) berubah menjadi Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) pada 2019.
Seleksi itu memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengakses program studi di perguruan tinggi melalui tahapan, yaitu tes administratif, tes kemampuan akademik, simulasi perkuliahan, dan wawancara.
Dalam seleksi tersebut, lanjutnya, UB menyiapkan kuota untuk 20 calon mahasiswa difabel. UB juga menyediakan berbagai macam fasilitas pendukung pembelajaran inklusi, seperti juru bahasa isyarat untuk siswa tuna rungu, alat bantu dengar, hingga relawan yang akan mendampingi mahasiswa selama berada di kampus, bahkan saat skripsi pun tetap didampingi relawan.
"Program penerimaan mahasiswa difabel ini sejak tahun 2012. Dalam konteks Indonesia ini termasuk awal dan UB merupakan pionir dalam pendidikan inklusif di perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: Kemensos gandeng Kemenperin tingkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas
Baca juga: Staf Ahli: Pemda wajib fasilitasi pembentukan layanan disabilitas
Menurut dia, saat ini PSLD UB menjadi kampus rujukan dalam implementasi pendidikan dan layanan inklusif untuk penyandang disabilitas di perguruan tinggi di Indonesia.
Selain itu, katanya, UB juga menerima banyak kunjungan dari berbagai kampus di Indonesia yang juga ingin mendirikan pusat layanan untuk penyandang disabilitas.
Mahasiswa difabel di UB menyebar di 12 dari 16 fakultas yang ada di perguruan tinggi tersebut. "Kami sangat berterima kasih pada program studi (prodi) yang telah menerima dan mewadahi mahasiswa disabilitas yang punya potensi untuk berkembang dan mengasah kemampuannya," kata Ketua PSLD UB, Zubaidah Ningsih.
Sementara itu, penghargaan internasional dari Zero Project diterima oleh Prof Dr Mochammad Sasmito Djati (Wakil Rektor IV UB) didampingi oleh Wahyu Widodo (Sekretaris PSLD), Alies Poetri Lintangsari (Kepala Bidang Pelayanan PSLD), dan Ulfah Fatmala Rizky (Peneliti di PSLD UB).
Baca juga: Dukung kegiatan belajar siswa disabilitas
Baca juga: Mendikbud: fasilitas pendidikan disabilitas terus ditingkatkan
Dalam Konferensi Zero Project yang dilangsungkan di markas PBB di Vienna, Austria itu Prof Sasmito Djati juga mempresentasikan tentang Admission Quotas and Support Services for University Enrollment.
Zero Project adalah program yang diinisiasi oleh Essl Foundation yang berpusat di Vienna Austria, memfokuskan pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam skala global.
Sebagai wadah global (platform), Zero Project menginisiasi, menyeleksi, dan menyuguhkan solusi yang inovatif dan efektif dalam memecahkan problematika penyandang disabilitas yang didasari oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa atas Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD).
Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat ramah mahasiswa difabel
Baca juga: Menristek Dikti: tak ada diskriminasi mahasiswa disabilitas
Baca juga: 19 penyandang disabilitas lolos tes Universitas Brawijaya
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: