Kepala BNPB: Pencegahan jadi prioritas dalam penanggulangan bencana
27 Februari 2020 12:35 WIB
Sejumlah alat berat dioperasikan untuk menggali material galian C di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kecamatan Sungai Mas, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (8/2/2020) yang dapat memicu bencana alam terutama banjir dan tanah longsor. ANTARA/Syifa Yulinnas/ama.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan upaya pencegahan tetap menjadi prioritas dalam penanggulangan bencana, salah satunya adalah penanaman tanaman vetiver untuk mencegah banjir.
"Antisipasi jangka panjang adalah penanaman tanaman vetiver. Vetiver juga mampu menetralkan polutan yang mencemari air sungai," kata Doni dalam dalam Rapat Koordinasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Lawe Alas, Aceh di Graha BNPB, Jakarta, Kamis.
Doni mengatakan ancaman bencana banjir terjadi karena daya serap kawasan yang berkurang ketika terjadi intentitas hujan dengan curah hujan tertinggi.
Baca juga: Akademisi: Penanaman vetiver langkah tepat mencegah longsor
Baca juga: BPBD Banjarnegara tanam vetiver di lokasi rawan longsor
Karena itu, pengembalian fungsi konservasi DAS penting dilakukan, meskipun pasti akan ada penolakan dari masyarakat sekitar yang menggunakan lahan di sekitar sungai untuk bercocok tanam dan berkebun.
"Solusi yang berdampak sosial perlu dipertimbangkan bersama. Pengembalian fungsi konservasi perlu bersamaan dengan upaya yang bernilai ekonomi bagi masyarakat, tanpa mengabaikan fungsi ekologi," tuturnya.
Baca juga: Pengembalian fungsi konservasi DAS solusi atasi banjir, sebut BNPB
Baca juga: Dinas TPH Jabar fokus atasi lahan kritis di DAS Citarum
Menurut Doni, degradasi DAS biasanya terjadi karena beberapa faktor, antara lain penebangan liar, eksploitasi alam hingga alih fungsi kawasan. Selain itu, perubahan fisik sungai yang terbentuk melalui endapan juga terjadi.
Khusus untuk DAS Lawe Alas, Doni mengatakan, DAS itu sangat strategis karena merupakan sungai terpanjang di Provinsi Aceh dan melewati empat kabupaten, yaitu Gayo Lues, Subussalam, Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara.
Baca juga: Berbenah DAS menjauhi bencana
Baca juga: KLHK targetkan rehabilitasi 2.500 ha DAS Cidurian-Ciujung
Baca juga: Pemda harus tegas ungsikan warga di sepanjang DAS, pinta BNPB
"Antisipasi jangka panjang adalah penanaman tanaman vetiver. Vetiver juga mampu menetralkan polutan yang mencemari air sungai," kata Doni dalam dalam Rapat Koordinasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Lawe Alas, Aceh di Graha BNPB, Jakarta, Kamis.
Doni mengatakan ancaman bencana banjir terjadi karena daya serap kawasan yang berkurang ketika terjadi intentitas hujan dengan curah hujan tertinggi.
Baca juga: Akademisi: Penanaman vetiver langkah tepat mencegah longsor
Baca juga: BPBD Banjarnegara tanam vetiver di lokasi rawan longsor
Karena itu, pengembalian fungsi konservasi DAS penting dilakukan, meskipun pasti akan ada penolakan dari masyarakat sekitar yang menggunakan lahan di sekitar sungai untuk bercocok tanam dan berkebun.
"Solusi yang berdampak sosial perlu dipertimbangkan bersama. Pengembalian fungsi konservasi perlu bersamaan dengan upaya yang bernilai ekonomi bagi masyarakat, tanpa mengabaikan fungsi ekologi," tuturnya.
Baca juga: Pengembalian fungsi konservasi DAS solusi atasi banjir, sebut BNPB
Baca juga: Dinas TPH Jabar fokus atasi lahan kritis di DAS Citarum
Menurut Doni, degradasi DAS biasanya terjadi karena beberapa faktor, antara lain penebangan liar, eksploitasi alam hingga alih fungsi kawasan. Selain itu, perubahan fisik sungai yang terbentuk melalui endapan juga terjadi.
Khusus untuk DAS Lawe Alas, Doni mengatakan, DAS itu sangat strategis karena merupakan sungai terpanjang di Provinsi Aceh dan melewati empat kabupaten, yaitu Gayo Lues, Subussalam, Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara.
Baca juga: Berbenah DAS menjauhi bencana
Baca juga: KLHK targetkan rehabilitasi 2.500 ha DAS Cidurian-Ciujung
Baca juga: Pemda harus tegas ungsikan warga di sepanjang DAS, pinta BNPB
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: