Pemerintah buka lebar pintu bagi investor masuk ke ibu kota baru
26 Februari 2020 18:10 WIB
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Manoarfa di kantor presiden Jakarta, Rabu (26/2). (Desca Lidya Natalia)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Manoarfa mengatakan pemerintah membuka lebar pintu bagi investor untuk masuk dan membangun di ibu kota baru.
"Kami akan membuat klaster-klaster dan ditawarkan ke investor. Mereka akan memperhitungkan dari sisi kemapanan investasi itu apakah menarik, apakah memenuhi IRR (Internal Rate of Return) yang mereka harapkan. Kami terbuka," kata Suharso di kantor presiden Jakarta, Rabu.
Suharso menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan topik "Lanjutan Pembahasan Perpindahan Ibu Kota Negara".
"Kami kompetisikan apa saja yang mereka inginkan. Jadi 'opportunity' ini terbuka kepada siapa saja, malah kalau bisa kita katakan agar bangsa-bangsa di dunia ada 'footprintnya' di ibu kota negara ini, misalnya di negara A investasi di bidang transportasi publik bersaing dengan negara lain, ada yang menyediakan air bersih, listrik yang hemat dan ramah lingkungan, kita buka seluas-luasnya," jelas Suharso.
Namun investor asing tersebut harus tetap mengikuti rencana induk (master plan) pemerintah berdasarkan klaster-klaster yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pemerintah menganggarkan setidaknya Rp466 triliun untuk membangun ibu kota baru ini dengan rincian sekitar Rp96 triliun dari APBN, sekitar Rp120 triliun dari swasta murni dan sisanya Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"Angka ini bisa berubah, siapa tahu KPBU mau swasta murni silakan, tapi ada pekerjaan-pekerjaan dan bangunan-bangunan yang sedemikian rupa didedikasikan untuk kepentingan publik, tentu bangunan ini tidak bisa menghasilkan keuntungan sehingga tidak menarik investor, investor kan mau menghasilkan sesuatu, dan sesuatunya dinilai IRR-nya masuk akal atau tidak tapi juga harus dilihat kemampuan daya beli," tambah Suharso.
IRR merupakan metode perhitungan investasi dengan menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang
Investor yang berminat berinvestasi di ibu kota baru, cukup berhubungan dengan Badan Otorita Ibu Kota yang akan dibentuk.
"Badan Otorita diberikan kewenangan seluas-luasnya kecuali 6 kewenangan pemerintah pusat jadi cukup berhubungan dengan Badan Otorita saja," ujar Suharso.
Pembangunan itu menurut Suharso dapat dimulai pada 2021 dan bila semua berjalan baik, semester pertama 2024 ibu kota negara dapat menjalankan fungsinya.
Rencananya RUU Ibu Kota Negara juga akan diajukan ke DPR pada Maret, seusai masa reses DPR sedangkan rencana induk akan didetailkan pada semester 1 2020 sehingga pada akhir 2020 sudah ada "ground breaking".
Rencananya pada 2024 ibu kota negara Indonesia sudah pindah ke ibu kota baru yang terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pada 23 Desember 2019 lalu, sudah ditetapkan desain dengan judul "Nagara Rimba Nusa" sebagai Pemenang Pertama Sayembara Gagasan Desain Kawasan Ibu Kota Negara. Konsep itu ditawarkan oleh tim Urban+ dengan membawa keseimbangan antara tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.
Kontur lokasi ibu kota baru berbukit-bukit karena merupakan bekas hutan tanaman industri seluas 256 ribu hektare ditambah dengan kawasan cadangan sehingga totalnya mencapai 410 ribu hektar dengan kawasan inti seluas 56 ribu hektare.
Nantinya ibu kota baru akan terbagi menjadi sejumlah klaster yaitu klaster pemerintahan seluas 5.600 hektare, klaster kesehatan, klaster pendidikan serta klaster riset dan teknologi.
Pemerintah juga sudah meminta tiga tokoh internasional untuk duduk sebagai Dewan Pengarah. Ketiganya adalah Putra Mahkota Abu Dhabi Syekh Mohammed Zayed bin Al Nahyan, CEO Softbank Masayoshi Son dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Baca juga: Titik nol ibu kota negara baru dipastikan pertengahan tahun
Baca juga: Menhub sebut bakal ada bandara baru di ibu kota baru
Baca juga: Luhut: 30 investor berminat ikut garap ibu kota baru
"Kami akan membuat klaster-klaster dan ditawarkan ke investor. Mereka akan memperhitungkan dari sisi kemapanan investasi itu apakah menarik, apakah memenuhi IRR (Internal Rate of Return) yang mereka harapkan. Kami terbuka," kata Suharso di kantor presiden Jakarta, Rabu.
Suharso menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan topik "Lanjutan Pembahasan Perpindahan Ibu Kota Negara".
"Kami kompetisikan apa saja yang mereka inginkan. Jadi 'opportunity' ini terbuka kepada siapa saja, malah kalau bisa kita katakan agar bangsa-bangsa di dunia ada 'footprintnya' di ibu kota negara ini, misalnya di negara A investasi di bidang transportasi publik bersaing dengan negara lain, ada yang menyediakan air bersih, listrik yang hemat dan ramah lingkungan, kita buka seluas-luasnya," jelas Suharso.
Namun investor asing tersebut harus tetap mengikuti rencana induk (master plan) pemerintah berdasarkan klaster-klaster yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pemerintah menganggarkan setidaknya Rp466 triliun untuk membangun ibu kota baru ini dengan rincian sekitar Rp96 triliun dari APBN, sekitar Rp120 triliun dari swasta murni dan sisanya Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"Angka ini bisa berubah, siapa tahu KPBU mau swasta murni silakan, tapi ada pekerjaan-pekerjaan dan bangunan-bangunan yang sedemikian rupa didedikasikan untuk kepentingan publik, tentu bangunan ini tidak bisa menghasilkan keuntungan sehingga tidak menarik investor, investor kan mau menghasilkan sesuatu, dan sesuatunya dinilai IRR-nya masuk akal atau tidak tapi juga harus dilihat kemampuan daya beli," tambah Suharso.
IRR merupakan metode perhitungan investasi dengan menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang
Investor yang berminat berinvestasi di ibu kota baru, cukup berhubungan dengan Badan Otorita Ibu Kota yang akan dibentuk.
"Badan Otorita diberikan kewenangan seluas-luasnya kecuali 6 kewenangan pemerintah pusat jadi cukup berhubungan dengan Badan Otorita saja," ujar Suharso.
Pembangunan itu menurut Suharso dapat dimulai pada 2021 dan bila semua berjalan baik, semester pertama 2024 ibu kota negara dapat menjalankan fungsinya.
Rencananya RUU Ibu Kota Negara juga akan diajukan ke DPR pada Maret, seusai masa reses DPR sedangkan rencana induk akan didetailkan pada semester 1 2020 sehingga pada akhir 2020 sudah ada "ground breaking".
Rencananya pada 2024 ibu kota negara Indonesia sudah pindah ke ibu kota baru yang terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pada 23 Desember 2019 lalu, sudah ditetapkan desain dengan judul "Nagara Rimba Nusa" sebagai Pemenang Pertama Sayembara Gagasan Desain Kawasan Ibu Kota Negara. Konsep itu ditawarkan oleh tim Urban+ dengan membawa keseimbangan antara tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.
Kontur lokasi ibu kota baru berbukit-bukit karena merupakan bekas hutan tanaman industri seluas 256 ribu hektare ditambah dengan kawasan cadangan sehingga totalnya mencapai 410 ribu hektar dengan kawasan inti seluas 56 ribu hektare.
Nantinya ibu kota baru akan terbagi menjadi sejumlah klaster yaitu klaster pemerintahan seluas 5.600 hektare, klaster kesehatan, klaster pendidikan serta klaster riset dan teknologi.
Pemerintah juga sudah meminta tiga tokoh internasional untuk duduk sebagai Dewan Pengarah. Ketiganya adalah Putra Mahkota Abu Dhabi Syekh Mohammed Zayed bin Al Nahyan, CEO Softbank Masayoshi Son dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Baca juga: Titik nol ibu kota negara baru dipastikan pertengahan tahun
Baca juga: Menhub sebut bakal ada bandara baru di ibu kota baru
Baca juga: Luhut: 30 investor berminat ikut garap ibu kota baru
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: