KKP berkomitmen bangun sistem logistik perbenihan kelautan perikanan
26 Februari 2020 16:37 WIB
Arsip Foto - Pekerja menyelesaikan pembangunan keramba jaring apung budidaya udang, kerapu dan beberapa jenis ikan lainnya untuk meningkatkan produksi nelayan di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Rabu (5/2/2010). ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen membangun sistem logistik perbenihan yang tersebar dengan baik di kawasan Nusantara, khususnya untuk berbagai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan nasional.
"Kita akan bangun sistem logistik perbenihan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam acara Outlook Perikanan 2020 yang digelar di Jakarta, Rabu.
Menurut Slamet Soebjakto, untuk perbenihan terutama di luar pulau Jawa masih tersendat dalam pendistribusian benih.
Hal tersebut, lanjutnya, karena ditemukan di berbagai daerah bahwa benih yang berkualitas diperoleh di Jawa.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP berpendapat hal itu akan dikembangkan terutama di berbagai sentra-sentra perikanan budidaya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggunakan teknologi Recirculation Aquaculture System (RAS) dalam rangka menyiapkan pengembangan industri benih ikan nasional.
Menteri Edhy menyatakan bahwa teknologi perbenihan RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga 7 kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional.
Selain itu, masih menurut dia, teknologi ini juga dinilai mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup dan tingkat keseragaman ukuran.
"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan menyadari bahwa harga benih saat ini masih cukup tinggi di beberapa daerah.
Ia mengungkapkan, penyebab hal tersebut adalah kondisi wilayah, jarak pengantaran serta ketersediaan yang belum merata.
"Kondisi ini dapat teratasi dengan memperbanyak penggunaan teknologi RAS di seluruh Indonesia, khususnya di sentra produksi perikanan budidaya. Jika hal ini dapat terwujud, di masa depan saya harap benih akan dapat diberikan secara gratis untuk masyarakat yang ingin melakukan kegiatan budidaya," lanjut Edhy.
Menurut dia, dengan semakin banyak produksi benih yang dihasilkan dan semakin banyak masyarakat mendapatkan edukasi, maka akan semakin banyak pula ikan yang dapat diproduksi.
Sebagai informasi, teknologi pembenihan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) dapat meningkatkan padat tebar hingga 28-30 ekor per liter.
Sistem tersebut juga memangkas masa pemeliharaan benih menjadi relatif lebih pendek yaitu 30 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95 persen dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90 persen. Sedangkan produktivitas produksi dengan teknologi RAS dapat naik hingga 140 kali lipat dibanding konvensional.
"Kita akan bangun sistem logistik perbenihan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam acara Outlook Perikanan 2020 yang digelar di Jakarta, Rabu.
Menurut Slamet Soebjakto, untuk perbenihan terutama di luar pulau Jawa masih tersendat dalam pendistribusian benih.
Hal tersebut, lanjutnya, karena ditemukan di berbagai daerah bahwa benih yang berkualitas diperoleh di Jawa.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP berpendapat hal itu akan dikembangkan terutama di berbagai sentra-sentra perikanan budidaya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggunakan teknologi Recirculation Aquaculture System (RAS) dalam rangka menyiapkan pengembangan industri benih ikan nasional.
Menteri Edhy menyatakan bahwa teknologi perbenihan RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga 7 kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional.
Selain itu, masih menurut dia, teknologi ini juga dinilai mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup dan tingkat keseragaman ukuran.
"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan menyadari bahwa harga benih saat ini masih cukup tinggi di beberapa daerah.
Ia mengungkapkan, penyebab hal tersebut adalah kondisi wilayah, jarak pengantaran serta ketersediaan yang belum merata.
"Kondisi ini dapat teratasi dengan memperbanyak penggunaan teknologi RAS di seluruh Indonesia, khususnya di sentra produksi perikanan budidaya. Jika hal ini dapat terwujud, di masa depan saya harap benih akan dapat diberikan secara gratis untuk masyarakat yang ingin melakukan kegiatan budidaya," lanjut Edhy.
Menurut dia, dengan semakin banyak produksi benih yang dihasilkan dan semakin banyak masyarakat mendapatkan edukasi, maka akan semakin banyak pula ikan yang dapat diproduksi.
Sebagai informasi, teknologi pembenihan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) dapat meningkatkan padat tebar hingga 28-30 ekor per liter.
Sistem tersebut juga memangkas masa pemeliharaan benih menjadi relatif lebih pendek yaitu 30 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95 persen dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90 persen. Sedangkan produktivitas produksi dengan teknologi RAS dapat naik hingga 140 kali lipat dibanding konvensional.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: