Fasilitas observasi WNI di Sebaru lebih baik daripada di Natuna
26 Februari 2020 15:27 WIB
Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian saat diwawancarai di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (26/2/2020). (ANTARA/Dewanto Samodro)
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan fasilitas untuk observasi warga negara Indonesia anak buah kapal World Dream di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu terkait merebaknya virus corona akan lebih baik daripada fasilitas di Natuna.
"Fasilitas di Sebaru lebih bagus karena ini adalah rumah-rumah yang ada kamar-kamarnya. Fasilitas ini adalah tempat rehabilitasi narkoba yang sudah kosong," kata Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu.
Rustian mengatakan fasilitas tersebut berbeda dengan observasi di Natuna yang dilakukan di dalam hanggar yang di dalamnya dipasang tenda-tenda.
Meskipun fasilitas secara fisik berbeda, Rustian menyebutkan logistik maupun personel yang dipersiapkan akan sama seperti di Natuna mulai dari peralatan, dokter ahli gizi, sanitasi, hingga psikolog.
"Fasilitas di Sebaru bisa menampung 250 orang. Tempatnya bagus dan besar. Untuk proses observasi, akan ada lebih dari 760 personel yang mendukung," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan sumber daya yang diperlukan untuk proses observasi di Pulau Sebaru Kecil sudah siap. Sumber daya tersebut dibawa menggunakan KRI Banda Aceh dari Komando Lintas Laut Militer.
Observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan selama 14 hari sejak warga negara Indonesia anak buah kapal World Dream tiba di pulau tersebut.
Selama dalam perjalanan di KRI dr Soeharso, mereka juga sudah akan mengalami pemeriksaan kesehatan karena kapal tersebut merupakan rumah sakit terapung.
Proses observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sama dengan observasi warga negara Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China di Natuna.
"Fasilitas di Sebaru lebih bagus karena ini adalah rumah-rumah yang ada kamar-kamarnya. Fasilitas ini adalah tempat rehabilitasi narkoba yang sudah kosong," kata Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu.
Rustian mengatakan fasilitas tersebut berbeda dengan observasi di Natuna yang dilakukan di dalam hanggar yang di dalamnya dipasang tenda-tenda.
Meskipun fasilitas secara fisik berbeda, Rustian menyebutkan logistik maupun personel yang dipersiapkan akan sama seperti di Natuna mulai dari peralatan, dokter ahli gizi, sanitasi, hingga psikolog.
"Fasilitas di Sebaru bisa menampung 250 orang. Tempatnya bagus dan besar. Untuk proses observasi, akan ada lebih dari 760 personel yang mendukung," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan sumber daya yang diperlukan untuk proses observasi di Pulau Sebaru Kecil sudah siap. Sumber daya tersebut dibawa menggunakan KRI Banda Aceh dari Komando Lintas Laut Militer.
Observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan selama 14 hari sejak warga negara Indonesia anak buah kapal World Dream tiba di pulau tersebut.
Selama dalam perjalanan di KRI dr Soeharso, mereka juga sudah akan mengalami pemeriksaan kesehatan karena kapal tersebut merupakan rumah sakit terapung.
Proses observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sama dengan observasi warga negara Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China di Natuna.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: