Timika, Papua (ANTARA) - Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di SD dan SMP Negeri Satu Atap Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua selama tiga tahun terakhir lumpuh total semenjak kawasan itu dikuasai oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada sekitar Oktober 2017 hingga April 2018.

Kapolsek Tembagapura AKP Hermanto yang dihubungi dari Timika, Selasa mengatakan saat ini terdapat sekitar 80 anak usia sekolah SD dan SMP di Banti tidak bisa mengenyam pendidikan formal.

Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah membangun kembali gedung sekolah di Kampung Banti II, katanya, namun hingga kini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mimika belum menempatkan satu tenaga guru pun di sekolah itu.

Dikemukakannya bahwa gedung sekolah sebelumnya bersama Rumah Sakit Waa-Banti milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang dibangun PT Freeport Indonesia dibakar oleh KKB pada sekitar Februari 2018.

"Sampai sekarang tidak ada aktivitas belajar-mengajar di Banti karena memang tidak ada tenaga guru. Karena itu kami dari Polsek Tembagapura berinisiatif menggelar kegiatan bimbingan belajar yang dilakukan dua kali sepekan, semata-mata untuk mencegah anak-anak ikut orang tua mereka pergi mendulang butiran emas di Kali Kabur," kata Hermanto.

Ia mengatakan pascapembakaran gedung sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Banti dan RS Waa-Banti, sebagian besar penduduk maupun anak-anak dipindahkan ke Timika.

Namun tidak sedikit pula dari penduduk dan anak-anak tersebut yang memilih tetap bertahan di Banti dan kampung-kampung sekitar itu seperti Opitawak, Kimbeli, dan Utikini Lama

Anak-anak yang tidak ikut pindah ke Timika itu, katanya, kini berstatus putus sekolah. Ada yang masih duduk di bangku kelas 3, kelas 4, ada pula yang masih Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Mantan Menteri Pendidikan Nasional yang kini menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi pernah meninjau langsung lokasi bekas SD-SMP Negeri Satu Atap Banti yang dibakar KKB pada sekitar 2018.

Saat itu Muhadjir berjanji untuk membangun kembali gedung sekolah yang sudah porak poranda dan rata dengan tanah itu.

"Sekolah Banti itu dibangun oleh Kemendikbud dengan jumlah empat ruang kelas, tapi sangat disayangkan sampai sekarang belum difungsikan sama sekali. Sejak selesai dibangun pada 2019 sampai sekarang gedung sekolah Banti tersebut tanpa ada aktivitas," kata Kapolsek.

Karena itu personel Polsek Tembagapura secara rutin menggelar bimbingan belajar dua kali sepekan setiap Rabu dan Jumat kepada anak-anak di Banti.

Kegiatan bimbel, kata Hermanto, diisi dengan pengenalan huruf, membaca, menulis dan berhitung, memperkenalkan wawasan Nusantara, lambang negara Garuda Pancasila serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Tokoh masyarakat Kampung Banti Hengki Magal meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mimika segera menempatkan kembali tenaga guru di Banti sehingga anak-anak di kawasan terpencil dan pegunungan dekat dengan lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia itu bisa memiliki harapan untuk masa depan mereka.

"Kami sangat berharap Pemkab Mimika bisa mengirim kembali guru-guru untuk bertugas di sekolah ini. Kasihan anak-anak ini, kalau tidak sekolah, nanti setelah dewasa mereka mau jadi apa. Tolong Bupati Mimika Eltinus Omaleng sebagai anak putra daerah Banti Tembagapura melihat persoalan ini," demikian Hengki Magal.

Baca juga: Sekolah Banti Tembagapura dibuka lagi tahun ajaran baru ini

Baca juga: Butuh empat tahun Sekolah Rujukan Mimika bisa selenggarakan UNBK

Baca juga: 300-an anak Kampung Banti Papua tidak bersekolah sejak sekolah dibakar

Baca juga: Sekolah negeri Mimika wajib rekrut siswa Papua