Jakarta (ANTARA) - Ketua Perkumpulan Betawi Kita Roni Adi mengatakan perlu adanya upaya untuk merumuskan kembali citra positif masyarakat Betawi.
Selama ini, masyarakat Betawi sering kali dipersepsikan secara salah. Oleh karena itu, perlu upaya melihat kembali potret orang Betawi dalam tulisan menjadi penting untuk memahami dan memaknai suara jernih dari sisi masyarakat Betawi itu sendiri, terang Roni dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Hal itu bertujuan untuk memperkuat karakter masyarakat Betawi, baik sebagai masyarakat Betawi itu sendiri maupun sebagai bagian dari bangsa besar Indonesia yang kian hari terasa mengalami krisis nilai-nilai.
Untuk itulah, perlu upaya untuk merumuskan kembali citra positif masyarakat Betawi. Mencari kembali potret Betawi dalam tulisan, lantas memaknainya untuk memperkuat karakter sebagai orang Betawi sebagai bagian dari orang Indonesia. Yang teristimewa, sebab di Jakarta, Indonesia lahir," jelas dia.
Baca juga: Masyarakat Betawi antusias ikut lomba 'ngomel'
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masyarakat Betawi mendapat citra negatif. Salah satunya, seperti dikatakan penulis Mahbub Djunaidi, yakni orang Betawi sudah tersingkir akibat pembangunan.
Kehidupan masyarakat Betawi telah banyak menginspirasi para penulis, mulai dari sketsa tentang orang Betawi atau warga Jakarta dikerjakan oleh Firman Muntaco dan terhimpun dalam Gambang Jakarte pada era 1950-an. Kemudian esais cemerlang, Mahbub Djunaidi.
Baik Mahbub maupun Muntaco sama-sama menulis dari sudut pandang yang sama, yakni orang Betawi menceritakan orang Betawi, atau, dari sudut pandang “orang dalam”.
Baca juga: Anies ajak masyarakat sadari kebudayaan bagian bangun peradaban
Bedanya jika Muntaco mengutamakan cerita, Mahbub menbedahkan pemikirannya dalam esai yang sesekali diberi ilustrasi tentang kehidupan orang Betawi.
Namun selain itu, ada juga sketsa tentang kehidupan orang Betawi dan warga urban Jakarta saat ini yang ditulis dari pandangan orang luar Betawi yakni Seno Gumira Ajidarma dalam buku berjudul Obrolan Sukab (2019).
Upaya untuk terus melukiskan kaum Betawi itu juga kembali digiatkan melalui lomba penulisan cerpen Betawi yang digelar dalam rangka Pekan Sastra Betawi 2019. Bercerita tentang pergulatan orang Betawi mempertahankan diri dan identitasnya, karya-karya itu disumbang tidak hanya oleh para penulis asal Betawi, tetapi juga yang berasal dari suku lain.
Artinya, Betawi telah menjadi daya magnet yang luar biasa, terang dia.
Baca juga: Panitia Lebaran Betawi ajak masyarakat lupakan perbedaan politik
Perlu upaya merumuskan kembali citra positif Betawi
25 Februari 2020 19:48 WIB
Warga beraktivitas di Taman Betawi. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc).
Pewarta: Indriani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020
Tags: