Jakarta (ANTARA) - Kejuaraan dunia tenis meja beregu, yang dijadwalkan berlangsung bulan depan di kota Busan, Korea Selatan, ditunda, Selasa, menyusul wabah virus corona.

Dikutip dari AFP, Selasa, Federasi Tennis Meja Internasional mengatakan, kejuaraan tersebut yang awalnya direncanakan berlangsung 22-29 Maret, diundur hingga 21-28 Juni menyusul rapat darurat dengan panitia penyelenggara setempat.

Liga domestik sepak bola Korea Selatan (K-league) sudah menunda dimulainya musim baru pada Senin karena wabah virus corona mengacaukan jadwal pertandingan olahraga di negara tersebut.

Cabang bola voli, bola basket dan bola tangan telah mengambil langkah serupa menyusul meningkatnya jumlah kasus COVID-19 menjadi 893 di Korea Selatan dengan delapan orang meninggal dunia.

"Sehubungan dengan situasi darurat di Republik Korea dan guna menjaga kesehatan para pemain, ofisial serta fans, Kejuaraan Dunia Tenis Meja Beregu Hana Bank 2020 di Busan, ditunda hingga tanggal 21-28 Juni," kata ITTF.

"Dengan terus bekerja keras serta menjalin kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan di Busan, ITTF tetap yakin menyelenggarakan Kejuaraan Dunia yang luar biasa pada Juni mendatang."

Wabah virus corona

Wabah virus corona berdampak serius terhadap perhelatan olahraga di seluruh dunia, pertandingan sepak bola di Italia, China dan Jepang terpaksa ditunda, begitu juga Grand Prix F-1 China, Rugby Sevens Hongkong dan turnamen golf LPGA elit putri di Thailand, Singapura serta Cina.

Federasi Bola Voli Korea mengatakan akan mengadakan pertandingan tertutup sampai "situasi membaik."

Liga Bola Basket Putri Korea juga mengambil keputusan serupa pada pekan lalu dan menawarkan pengembalian dana sepenuhnya kepada fans.

Dan Federasi Bola Tangan Korea memangkas musimnya, membatalkan babak playoff dan putaran final.

Hampir 2.700 orang telah meninggal di China namun meningkatnya jumlah kasus virus corona dan kematian di tempat lain menambah ketakutan potensi menyebarnya wabah tersebut.

Lebih dari 2.000 kasus dan 30 kematian telah dilaporkan terjadi di luar China.

Baca juga: WHO: Stigmatisasi bisa mempersulit pengendalian COVID-19
Baca juga: Otoritas China kembali buka layanan penerbangan di luar Hubei