PM Abe minta warga Jepang kerja dari rumah cegah penularan COVID-19
25 Februari 2020 12:48 WIB
Warga beraktivitas memakai masker di Shinjuku, Tokyo, Jepang, Sabtu (15/2/2020).Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato, mengatakan seorang wanita berusia 80 tahun tewas diduga terjangkit virus Corona (Covid-19) dari 338 warga yang terinfeksi virus Corona, hingga kini 1.671 orang tewas di 29 negara. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman/pd. (ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman)
Tokyo (ANTARA) - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta warganya untuk bekerja dari rumah atau mengurangi jam kerja di kantor demi mengurangi risiko penularan virus corona (COVID-19) yang telah menjangkit lebih dari 30 negara di luar China selama beberapa pekan terakhir.
Seiring dengan itu, Pemerintah Jepang pada Selasa berencana mengumumkan kebijakan baru yang bertujuan menekan tingkat penularan virus mengingat jumlah pasien dan korban jiwa terus meningkat.
Sejauh ini, 159 warga di Jepang dilaporkan terjangkit COVID-19. Angka itu tidak termasuk 691 orang di dalam kapal pesiar Diamond Princess, yang juga terjangkit jenis baru virus corona.
Kapal pesiar berlisensi Inggris itu sempat mengapung di perairan Yokohama, selatan Tokyo, selama beberapa hari sejak bersandar di Jepang pada 3 Februari. Kanal TV NHK melaporkan pada Selasa empat penumpang dinyatakan tewas setelah terjangkit virus.
PM Abe sempat mengatakan pihaknya berupaya untuk menekan angka penularan dan mengurangi jumlah korban di samping mencoba mencari cara penyembuhan yang efektif.
Bekerja dari rumah, misalnya dengan menggunakan akses Internet, dapat mengurangi risiko penularan virus. Pemerintahan PM Abe juga akan langsung bertindak menghentikan laju penularan apalagi jika ditemukan beberapa pasien berada di satu wilayah tertentu.
Menteri Kesehatan Jepang, Katsunobu Kato, pada Senin, menggelar forum diskusi panel yang terdiri dari para ahli kesehatan. Pertemuan itu bertujuan mencari cara penanggulangan dan pengendalian virus yang efektif.
Menurut hasil diskusi yang disiarkan di laman Kementerian Kesehatan Jepang, jumlah pasien terjangkit COVID-19 dapat meningkat drastis di saat virus menular cepat. Situasi demikian dapat membebani sistem kesehatan Jepang serta mengganggu stabilitas ekonomi.
"Saat ini kita memasuki fase baru. Itulah mengapa situasi saat ini jadi sangat kritis," kata salah satu anggota diskusi panel sekaligus presiden dari Organisasi Komunitas Kesehatan Jepang, Shigeru Omi, dalam sesi pengarahan ke awak media, Senin.
"Beberapa pekan mendatang penting untuk diwaspadai," tambah dia.
Sejumlah penumpang yang turun dari kapal Diamond Princess usai menjalani masa karantina pada 19 Februari sebagian besar adalah warga Jepang, sementara itu beberapa di antaranya merupakan warga asing. Otoritas setempat meminta mereka untuk tetap berada di rumah dan tidak menggunakan transportasi umum.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara lain telah memulangkan warga mereka dari kapal pesiar sebelum masa karantina di kapal pesiar berakhir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menteri Jepang minta maaf perempuan dari kapal pesiar positif corona
Baca juga: Dua warga Australia dari kapal pesiar di Jepang positif corona
Seiring dengan itu, Pemerintah Jepang pada Selasa berencana mengumumkan kebijakan baru yang bertujuan menekan tingkat penularan virus mengingat jumlah pasien dan korban jiwa terus meningkat.
Sejauh ini, 159 warga di Jepang dilaporkan terjangkit COVID-19. Angka itu tidak termasuk 691 orang di dalam kapal pesiar Diamond Princess, yang juga terjangkit jenis baru virus corona.
Kapal pesiar berlisensi Inggris itu sempat mengapung di perairan Yokohama, selatan Tokyo, selama beberapa hari sejak bersandar di Jepang pada 3 Februari. Kanal TV NHK melaporkan pada Selasa empat penumpang dinyatakan tewas setelah terjangkit virus.
PM Abe sempat mengatakan pihaknya berupaya untuk menekan angka penularan dan mengurangi jumlah korban di samping mencoba mencari cara penyembuhan yang efektif.
Bekerja dari rumah, misalnya dengan menggunakan akses Internet, dapat mengurangi risiko penularan virus. Pemerintahan PM Abe juga akan langsung bertindak menghentikan laju penularan apalagi jika ditemukan beberapa pasien berada di satu wilayah tertentu.
Menteri Kesehatan Jepang, Katsunobu Kato, pada Senin, menggelar forum diskusi panel yang terdiri dari para ahli kesehatan. Pertemuan itu bertujuan mencari cara penanggulangan dan pengendalian virus yang efektif.
Menurut hasil diskusi yang disiarkan di laman Kementerian Kesehatan Jepang, jumlah pasien terjangkit COVID-19 dapat meningkat drastis di saat virus menular cepat. Situasi demikian dapat membebani sistem kesehatan Jepang serta mengganggu stabilitas ekonomi.
"Saat ini kita memasuki fase baru. Itulah mengapa situasi saat ini jadi sangat kritis," kata salah satu anggota diskusi panel sekaligus presiden dari Organisasi Komunitas Kesehatan Jepang, Shigeru Omi, dalam sesi pengarahan ke awak media, Senin.
"Beberapa pekan mendatang penting untuk diwaspadai," tambah dia.
Sejumlah penumpang yang turun dari kapal Diamond Princess usai menjalani masa karantina pada 19 Februari sebagian besar adalah warga Jepang, sementara itu beberapa di antaranya merupakan warga asing. Otoritas setempat meminta mereka untuk tetap berada di rumah dan tidak menggunakan transportasi umum.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara lain telah memulangkan warga mereka dari kapal pesiar sebelum masa karantina di kapal pesiar berakhir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menteri Jepang minta maaf perempuan dari kapal pesiar positif corona
Baca juga: Dua warga Australia dari kapal pesiar di Jepang positif corona
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: