Jakarta (ANTARA) - Pengusaha depo kontainer menyebut peristiwa banjir yang melumpuhkan sebagian ruas jalan di Jakarta, Selasa, sebagai yang terparah pada tahun 2020.

"Banjir pagi tadi saya rasa yang terparah pernah saya alami sejak Januari 2020," kata Ketua Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki), Muslan, kepada ANTARA di Jakarta.

Terputusnya sejumlah ruas jalan di Jakarta akibat terendam banjir telah melumpuhkan usaha sektoral di segala macam bisnis, khususnya yang berkaitan ekspor maupun impor.

Baca juga: BNPB: Pengambilan air tanah berlebihan picu banjir Jakarta

Baca juga: Underpass Kemayoran tenggelam, diperkirakan capai 7 meter

Baca juga: Asosiasi: 20.000 truk ekspedisi barang di Jakarta lumpuh akibat banjir


Meski belum mengalkulasi secara akurat dampak kerugian materi yang diderita oleh 43 pengelola depo kontainer di Jakarta, namun Muslan memperkirakan kerugian terkecil mencapai miliaran rupiah.

Kerugian itu dihitung berdasarkan pergerakan kontainer yang mencapai rata-rata 5.000 unit per depo di Jakarta dalam sehari.

"Satu hari pergerakan kontainer per depo ada 5.000an unit, sewa satu kontainer misalnya Rp300 ribu, jadi sekitar Rp1,5 miliar. Ambil nominal tertinggi Rp2 miliar dikali dua ritase bolak balik bisa Rp4 miliar," katanya.

Namun Muslan memastikan bahwa tidak semua kontainer di 43 depo Jakarta beroperasional pada saat terjadinya banjir.

"Perkiraan saya kalau bicara pergerakan sehari bisa sampai 12.000 unit kontainer, paling yang terganggu (banjir) sekitar 25 persen," katanya.

Muslan berharap persoalan banjir di Jakarta perlu diselesaikan secara lintas sektoral dengan melibatkan kalangan pengusaha, termasuk depo kontainer.

"Program penanggulangan banjir ini tidak bisa diselesaikan secara sektoral oleh Gubernur DKI saja, tapi perlu melibatkan juga lintas sektoral, termasuk kalangan pengusaha," katanya.