BMKG: Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya aman gempa
23 Februari 2020 19:25 WIB
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono saat jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (30/8/2019). ANTARA/Dewanto Samodro
Jakarta (ANTARA) - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya aman dari gempa bumi.
"BMKG mencatat bahwa gempa merusak juga pernah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat," kata dia di Jakarta, Minggu.
Gempa Kendawangan Kalimantan Barat terjadi 24 Juni 2016. Gempa dangkal berkekuatan magnitudo 5,1 menyebabkan beberapa rumah rusak di daerah Kandawangan, Kalimantan barat.
Sebelumnya, BMKG mencatat wilayah Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat diguncang gempa tektonik berkekuatan magnitudo 3,5 pada Sabtu (22/2), pukul 22.36.59 WIB.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa lokasi episenter gempa terletak pada koordinat 0,58 Lintang Utara dan 111,33 Bujur Timur pada kedalaman 10 kilometer.
Baca juga: Gempa guncang Kandawangan Kalbar, disebabkan aktivitas sesar aktif
Salah seorang warga Dusun Sepan Kebantan, Desa Sungai Deras, Kecamatan Ketungau Hilir melaporkan telah merasakan adanya guncangan gempa sekitar pukul 22.36 WIB. Warga yang belum tidur saat itu sempat panik dan berupaya membangunkan anggota keluarga lainnya untuk segera keluar rumah.
Guncangan yang terjadi diperkirakan mencapai skala intensitas II MMI yang artinya guncangan dirasakan oleh warga meski tidak menimbulkan kerusakan.
Guncangan gempa tersebut dicatat dengan baik oleh sensor seismik milik BMKG di Pulau Kalimantan, seperti stasiun seismik KSM, SBM, DBKI, dan BBKI.
Bentuk gelombang dari masing-masing sensor mencatat adanya gelombang P dan S yang secara jelas mencerminkan adanya penyesaran batuan, sehingga gempa itu murni gempa tektonik.
"Jika kita perhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya yang dangkal tampak bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif di daerah Sintang," katanya.
Gempa yang terjadi di Sintang tersebut adalah gempa kedua setelah sebelumnya setahun lalu. Pada 17 Maret 2019 Kabupaten Sintang juga diguncang gempa dangkal dengan magnitudo 3,1.
"Jika kita mencermati peta geologi Provinsi Kalimantan Barat, tampak bahwa lokasi episenter gempa Sintang berada pada jalur sesar naik. Struktur sesar ini berarah tenggara-barat laut sehingga sangat mungkin peristiwa gempa tektonik yang mengejutkan warga tadi malam memiliki kaitan dengan struktur sesar lokal ini," kata Daryono.
Baca juga: BMKG akan tambah 29 seismograf di Kalimantan pada 2020
Baca juga: BMKG sebut aktivitas gempa di Kalimantan paling rendah
Baca juga: BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif
"BMKG mencatat bahwa gempa merusak juga pernah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat," kata dia di Jakarta, Minggu.
Gempa Kendawangan Kalimantan Barat terjadi 24 Juni 2016. Gempa dangkal berkekuatan magnitudo 5,1 menyebabkan beberapa rumah rusak di daerah Kandawangan, Kalimantan barat.
Sebelumnya, BMKG mencatat wilayah Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat diguncang gempa tektonik berkekuatan magnitudo 3,5 pada Sabtu (22/2), pukul 22.36.59 WIB.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa lokasi episenter gempa terletak pada koordinat 0,58 Lintang Utara dan 111,33 Bujur Timur pada kedalaman 10 kilometer.
Baca juga: Gempa guncang Kandawangan Kalbar, disebabkan aktivitas sesar aktif
Salah seorang warga Dusun Sepan Kebantan, Desa Sungai Deras, Kecamatan Ketungau Hilir melaporkan telah merasakan adanya guncangan gempa sekitar pukul 22.36 WIB. Warga yang belum tidur saat itu sempat panik dan berupaya membangunkan anggota keluarga lainnya untuk segera keluar rumah.
Guncangan yang terjadi diperkirakan mencapai skala intensitas II MMI yang artinya guncangan dirasakan oleh warga meski tidak menimbulkan kerusakan.
Guncangan gempa tersebut dicatat dengan baik oleh sensor seismik milik BMKG di Pulau Kalimantan, seperti stasiun seismik KSM, SBM, DBKI, dan BBKI.
Bentuk gelombang dari masing-masing sensor mencatat adanya gelombang P dan S yang secara jelas mencerminkan adanya penyesaran batuan, sehingga gempa itu murni gempa tektonik.
"Jika kita perhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya yang dangkal tampak bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif di daerah Sintang," katanya.
Gempa yang terjadi di Sintang tersebut adalah gempa kedua setelah sebelumnya setahun lalu. Pada 17 Maret 2019 Kabupaten Sintang juga diguncang gempa dangkal dengan magnitudo 3,1.
"Jika kita mencermati peta geologi Provinsi Kalimantan Barat, tampak bahwa lokasi episenter gempa Sintang berada pada jalur sesar naik. Struktur sesar ini berarah tenggara-barat laut sehingga sangat mungkin peristiwa gempa tektonik yang mengejutkan warga tadi malam memiliki kaitan dengan struktur sesar lokal ini," kata Daryono.
Baca juga: BMKG akan tambah 29 seismograf di Kalimantan pada 2020
Baca juga: BMKG sebut aktivitas gempa di Kalimantan paling rendah
Baca juga: BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: