PTPN V tingkatkan nilai tambah persiapan IPO
23 Februari 2020 18:21 WIB
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Jatmiko K. Santosa (kemeja putih) bersama dengan Plt Asdep Perkebunan dan Hortikultura Kemenko Perekonomian M. Syaifullah (baju batik) dan Ketua Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Tolen Kateren (baju hijau), menyaksikan pelatihan pembuatan arang briket dari limbah tandan kosong sawit di Pekanbaru, Sabtu (8/2/2020). (ANTARA/HO-PTPN V)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Perkebunan Negara (PTPN) V, Jatmiko K Santosa mengatakan tengah fokus meningkatkan nilai tambah di seluruh lini produksi sebagai langkah persiapan untuk menjadikan PTPN V sebagai perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di bursa saham.
"Kami terus berinovasi untuk menurunkan biaya dan create nilai," kata Jatmiko di Jakarta, Minggu, saat bincang-bincang mengenai persiapan perusahaan untuk initial public offering (IPO) pada kuartal ketiga tahun ini.
Menurut dia, untuk bisnis perkebunan maka erat kaitannya dengan sumber daya manusia. Untuk itu perusahaan akan fokus kepada peningkatan hal tersebut melalui program peningkatan nilai tambah dan penghematan biaya.
Baca juga: Erick Thohir tunjuk Mohammad Abdul Ghani jadi Dirut PTPN III Holding
Jatmiko menjelaskan dari target perubahan sementara ini fokus kepada 20 persen di bidang teknologi pengolahan sawit sesuai dengan tantangan industri 4.0.
"Lewat teknologi kami bisa melakukan perbaikan terhadap sumber daya manusia, benih, pupuk, recovery limbah, dan mengurangi tingkat kekotoran," ujarnya.
Ia mengatakan untuk menurunkan biaya produksi ini akan terus dilakukan mulai dari tebang pohon dan biaya angkut tolok ukurnya harus setara dengan perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang ada di Riau.
Jatmiko menjelaskan dari dari total lahan PTPN V seluas 92 ribu hektare tidak sepenuhnya untuk kelapa sawit, di antaranya 10 ribu hektare untuk karet, 10 ribu hektare untuk fasos dan fasum, sedangkan 22 ribu hektare lainnya untuk aspek lingkungan diantaranya sebagai daerah tangkapan air (cathment area).
Luas lahan sawit yang dikelola perusahaan sendiri seluas 40 persen, sedangkan 60 persen dikerjasamakan dengan pihak ketiga (menggunakan pola plasma dan non plasma).
"Kalau lahan kami sendiri bisa menghasilkan sawit kualitas premium, saat ini menjadi tugas perusahaan agar yang dikelola pihak ketiga ini juga bisa menghasilkan kualitas serupa," ujar Jatmiko.
Baca juga: PTPN XI ekspor daun tebu kering perdana ke Jepang
Ia menjelaskan untuk meningkatkan kualitas produksi CPO perusahaan akan menggunakan teknologi drone yang sanggup merekam 2.000 hektare kebun.
"Setiap hektare itu terdapat 164 pohon, dengan teknologi ini kami bisa monitor kondisi pohon-pohon yang ada. Dampak positifnya penggunaan pupuk dapat terkontrol serta aktivitas pekerjaan dapat termonitor seketika itu juga," ujarnya.
Jatmiko menjelaskan saat ini PTPN V sudah mengantongi lima sertifikat ISCC berstandar Uni Eropa, untuk menjamin ekspor ke negara-negara Eropa, sertifikasi ini melengkapi sejumlah sertifikasi lain, seperti ISPO dan RSPO yang sudah dimiliki perseroan.
Terkait aspek lingkungan perusahaan sudah memanfaatkan gas metan hasil pengolahan sebagai pembangkit listrik untuk dua pabrik, sehingga cangkang/tandan kosong sisa pengolahan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk menjadi arang briket.
"Efeknya kami punya nilai tambah dari penjualan cangkang, serta dari aspek ramah lingkungan kita menggunakan pembangkit listrik dari gas metan yang ramah lingkungan," ujar Jatmiko.
Limbah cair dari pengolahan CPO tersebut mengandung banyak nutrisi sehingga dipergunakan sebagai campuran pupuk, jelasnya
Baca juga: Dirut PTPN V: Kita tak boleh IPO abal-abal
Ia mengatakan investasi yang dibenamkan untuk mengadopsi teknologi sesuai dengan konsep industri 4.0 nilai mencapai 2 juta dolar AS.
Target IPO paling cepat dilaksanakan kuartal 3 tahun 2020 seraya menunggu kondisi makro dan pasar modal membaik akibat berbagai isu seperti virus Corona dan masalah lainnya.
Target produksi dengan adanya berbagai perubahan diharapkan dapat mencapai 600 ribu ton CPO dibandingkan sebelumnya 520 ribu ton.
"Kami terus berinovasi untuk menurunkan biaya dan create nilai," kata Jatmiko di Jakarta, Minggu, saat bincang-bincang mengenai persiapan perusahaan untuk initial public offering (IPO) pada kuartal ketiga tahun ini.
Menurut dia, untuk bisnis perkebunan maka erat kaitannya dengan sumber daya manusia. Untuk itu perusahaan akan fokus kepada peningkatan hal tersebut melalui program peningkatan nilai tambah dan penghematan biaya.
Baca juga: Erick Thohir tunjuk Mohammad Abdul Ghani jadi Dirut PTPN III Holding
Jatmiko menjelaskan dari target perubahan sementara ini fokus kepada 20 persen di bidang teknologi pengolahan sawit sesuai dengan tantangan industri 4.0.
"Lewat teknologi kami bisa melakukan perbaikan terhadap sumber daya manusia, benih, pupuk, recovery limbah, dan mengurangi tingkat kekotoran," ujarnya.
Ia mengatakan untuk menurunkan biaya produksi ini akan terus dilakukan mulai dari tebang pohon dan biaya angkut tolok ukurnya harus setara dengan perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang ada di Riau.
Jatmiko menjelaskan dari dari total lahan PTPN V seluas 92 ribu hektare tidak sepenuhnya untuk kelapa sawit, di antaranya 10 ribu hektare untuk karet, 10 ribu hektare untuk fasos dan fasum, sedangkan 22 ribu hektare lainnya untuk aspek lingkungan diantaranya sebagai daerah tangkapan air (cathment area).
Luas lahan sawit yang dikelola perusahaan sendiri seluas 40 persen, sedangkan 60 persen dikerjasamakan dengan pihak ketiga (menggunakan pola plasma dan non plasma).
"Kalau lahan kami sendiri bisa menghasilkan sawit kualitas premium, saat ini menjadi tugas perusahaan agar yang dikelola pihak ketiga ini juga bisa menghasilkan kualitas serupa," ujar Jatmiko.
Baca juga: PTPN XI ekspor daun tebu kering perdana ke Jepang
Ia menjelaskan untuk meningkatkan kualitas produksi CPO perusahaan akan menggunakan teknologi drone yang sanggup merekam 2.000 hektare kebun.
"Setiap hektare itu terdapat 164 pohon, dengan teknologi ini kami bisa monitor kondisi pohon-pohon yang ada. Dampak positifnya penggunaan pupuk dapat terkontrol serta aktivitas pekerjaan dapat termonitor seketika itu juga," ujarnya.
Jatmiko menjelaskan saat ini PTPN V sudah mengantongi lima sertifikat ISCC berstandar Uni Eropa, untuk menjamin ekspor ke negara-negara Eropa, sertifikasi ini melengkapi sejumlah sertifikasi lain, seperti ISPO dan RSPO yang sudah dimiliki perseroan.
Terkait aspek lingkungan perusahaan sudah memanfaatkan gas metan hasil pengolahan sebagai pembangkit listrik untuk dua pabrik, sehingga cangkang/tandan kosong sisa pengolahan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk menjadi arang briket.
"Efeknya kami punya nilai tambah dari penjualan cangkang, serta dari aspek ramah lingkungan kita menggunakan pembangkit listrik dari gas metan yang ramah lingkungan," ujar Jatmiko.
Limbah cair dari pengolahan CPO tersebut mengandung banyak nutrisi sehingga dipergunakan sebagai campuran pupuk, jelasnya
Baca juga: Dirut PTPN V: Kita tak boleh IPO abal-abal
Ia mengatakan investasi yang dibenamkan untuk mengadopsi teknologi sesuai dengan konsep industri 4.0 nilai mencapai 2 juta dolar AS.
Target IPO paling cepat dilaksanakan kuartal 3 tahun 2020 seraya menunggu kondisi makro dan pasar modal membaik akibat berbagai isu seperti virus Corona dan masalah lainnya.
Target produksi dengan adanya berbagai perubahan diharapkan dapat mencapai 600 ribu ton CPO dibandingkan sebelumnya 520 ribu ton.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: