Bank DKI gelontorkan dana untuk kebutuhan pangan Rp400 miliar
22 Februari 2020 16:20 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kelima kiri) berfoto bersama Direktur Utama Bank DKI Zainuddin Mappa (kedua kiri), Ketua Asbanda Supriyatno (ketujuh kiri), Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV Ahmad Soekro Tratmono (keenam kiri) serta Pejabat BPD lainnya pada acara Seminar Nasional BPD Se-Indonesia di Jakarta, Sabtu (22/2/2020). Seminar tersebut mengambil tema Sinergi BUMD dalam rangka mewujudkan peningkatan kinerja usaha dan percepatan realisasi program pembangunan daerah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Jakarta (ANTARA) - PT Bank DKI menggelontorkan dana untuk kebutuhan pangan bagi warga DKI Jakarta senilai Rp300-Rp400 miliar kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) guna mendukung Program Pangan Murah 2020.
"Dua BUMD yang sudah bekerjasama adalah PT Food Station dan Perusahaan Daerah Darma Jaya. Masing-masing Rp300 miliar hingga Rp400 miliar," kata Dirut Bank DKI Zainudin Mappa.
Pernyataan itu disampaikan Zainudin usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional BPD Se-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Sabtu siang.
Kerja sama itu berdasarkan Pergub Nomor 93 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Pergub Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Pangan dengan Harga Murah Bagi Masyarakat Tertentu.
Zainudin mengatakan, Food Station maupun Darma Jaya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi masyarakat DKI.
"Mereka membutuhkan tambahan permodalan untuk suplai kepada masyarakat. Sifatnya perputaran dana melalui pendanaan komersial," katanya.
Baca juga: Anies apresiasi dukungan Bank DKI pada sektor transportasi
Baca juga: Gandeng Bank DKI, Asbanda gelar undian nasional tabungan Simpeda ke-30 Selain penyediaan dana permodalan, Bank DKI juga masuk ke ekosistem pasar dengan membantu kelancaran pembayaran melalui platform pembayaran untuk kemudahan bertransaksi konsumen. "Mekanisme pembiayaannya disesuaikan dengan ekosistem bisnis masing-masing," katanya.
Direktur Utama PT Food Station, Arief Prasetyo Adi mengatakan, kerja sama dengan Bank DKI telah bergulir sejak 2015.
"Pendanaan bergulir Bank DKI yang kami terima plafon mulai dari Rp100 miliar, Rp150 miliar hingga mencapai Rp300 miliar per tahun," ujar Arief.
Anggaran tersebut bagi pengembangan teknologi dalam memperpanjang usia kelayakan pangan bagi konsumen. "Ada barang yang umurnya memang pendek seperti ikan segar, sayur, cabai tapi kita punya teknologi memperpanjang 'save life', bisa diatur nitrogen, oksigen dan kelembapannya," tutur Arief.
Teknologi tersebut diklaim efektif memperpanjang masa simpan pangan tanpa mengurangi kandungan gizi maupun proteinnya.
Salah satu teknologi yang dimanfaatkan untuk menjaga harga pangan murah adalah mesin pendingin untuk komoditas ikan kembung dan bawang putih.
"Jumlahnya ribuan ton kita simpan dalam mesin pendingin. Pada saat terjadi 'short suplay', harga masih bisa lebih murah dari pasaran," ungkap Arief.
Baca juga: ASBANDA: DPK BPD seluruh Indonesia capai Rp576 triliun
Baca juga: Bank DKI dinilai berperan sinergikan BUMD untuk pembangunan Jakarta Arief mengatakan pangan murah yang difasilitasi Food Station bisa mencapai 15 persen lebih murah dari harga pasaran yang berlaku melalui penerapan teknologi yang dibiayai Bank DKI.
Direktur Perusahaan Daerah Darma Jaya, Raditya Budiman mengatakan, sejak perusahaan dirintis pada 1966, baru tiga tahun terakhir mampu membukukan keuntungan usaha usai disokong pembiayaan modal dari Bank DKI.
"Pendapatan yang kita bukukan pada 2018 berkisar Rp94,7 miliar. Sejak dibantu Bank DKI pada 2019, pendapatan kita sudah mencapai Rp20 miliar per Januari 2020. Saya optimistis bisa lebih tinggi dari tahun sebelumnya," kata Raditya.
Pembiayaan modal yang diterima pada 2019 bagi penyediaan pasokan daging ayam sebanyak 5.311 ton dan daging sapi sebanyak 4.753 ton. Pihaknya pada 2020 sedang mengembangkan pusat distribusi dan gudang pendingin di kawasan Cakung, Jakarta Timur.
"Rencana ke depan kami ingin buat rumah pendingin berkapasitas 25 ribu ton daging kerja sama dengan Bank DKI. Bisnis gudang saat ini sangat menjanjikan dengan keuntungan usaha hingga 10 persen per tahun dan efektif menjaga stabilitas pangan murah," kata Raditya.
Baca juga: Bank DKI-LRT tandatangani kesepakatan penggunaan layanan keuangan
Baca juga: Pemprov dan Bank DKI luncurkan TOSKA
"Dua BUMD yang sudah bekerjasama adalah PT Food Station dan Perusahaan Daerah Darma Jaya. Masing-masing Rp300 miliar hingga Rp400 miliar," kata Dirut Bank DKI Zainudin Mappa.
Pernyataan itu disampaikan Zainudin usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional BPD Se-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Sabtu siang.
Kerja sama itu berdasarkan Pergub Nomor 93 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Pergub Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Pangan dengan Harga Murah Bagi Masyarakat Tertentu.
Zainudin mengatakan, Food Station maupun Darma Jaya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi masyarakat DKI.
"Mereka membutuhkan tambahan permodalan untuk suplai kepada masyarakat. Sifatnya perputaran dana melalui pendanaan komersial," katanya.
Baca juga: Anies apresiasi dukungan Bank DKI pada sektor transportasi
Baca juga: Gandeng Bank DKI, Asbanda gelar undian nasional tabungan Simpeda ke-30 Selain penyediaan dana permodalan, Bank DKI juga masuk ke ekosistem pasar dengan membantu kelancaran pembayaran melalui platform pembayaran untuk kemudahan bertransaksi konsumen. "Mekanisme pembiayaannya disesuaikan dengan ekosistem bisnis masing-masing," katanya.
Direktur Utama PT Food Station, Arief Prasetyo Adi mengatakan, kerja sama dengan Bank DKI telah bergulir sejak 2015.
"Pendanaan bergulir Bank DKI yang kami terima plafon mulai dari Rp100 miliar, Rp150 miliar hingga mencapai Rp300 miliar per tahun," ujar Arief.
Anggaran tersebut bagi pengembangan teknologi dalam memperpanjang usia kelayakan pangan bagi konsumen. "Ada barang yang umurnya memang pendek seperti ikan segar, sayur, cabai tapi kita punya teknologi memperpanjang 'save life', bisa diatur nitrogen, oksigen dan kelembapannya," tutur Arief.
Teknologi tersebut diklaim efektif memperpanjang masa simpan pangan tanpa mengurangi kandungan gizi maupun proteinnya.
Salah satu teknologi yang dimanfaatkan untuk menjaga harga pangan murah adalah mesin pendingin untuk komoditas ikan kembung dan bawang putih.
"Jumlahnya ribuan ton kita simpan dalam mesin pendingin. Pada saat terjadi 'short suplay', harga masih bisa lebih murah dari pasaran," ungkap Arief.
Baca juga: ASBANDA: DPK BPD seluruh Indonesia capai Rp576 triliun
Baca juga: Bank DKI dinilai berperan sinergikan BUMD untuk pembangunan Jakarta Arief mengatakan pangan murah yang difasilitasi Food Station bisa mencapai 15 persen lebih murah dari harga pasaran yang berlaku melalui penerapan teknologi yang dibiayai Bank DKI.
Direktur Perusahaan Daerah Darma Jaya, Raditya Budiman mengatakan, sejak perusahaan dirintis pada 1966, baru tiga tahun terakhir mampu membukukan keuntungan usaha usai disokong pembiayaan modal dari Bank DKI.
"Pendapatan yang kita bukukan pada 2018 berkisar Rp94,7 miliar. Sejak dibantu Bank DKI pada 2019, pendapatan kita sudah mencapai Rp20 miliar per Januari 2020. Saya optimistis bisa lebih tinggi dari tahun sebelumnya," kata Raditya.
Pembiayaan modal yang diterima pada 2019 bagi penyediaan pasokan daging ayam sebanyak 5.311 ton dan daging sapi sebanyak 4.753 ton. Pihaknya pada 2020 sedang mengembangkan pusat distribusi dan gudang pendingin di kawasan Cakung, Jakarta Timur.
"Rencana ke depan kami ingin buat rumah pendingin berkapasitas 25 ribu ton daging kerja sama dengan Bank DKI. Bisnis gudang saat ini sangat menjanjikan dengan keuntungan usaha hingga 10 persen per tahun dan efektif menjaga stabilitas pangan murah," kata Raditya.
Baca juga: Bank DKI-LRT tandatangani kesepakatan penggunaan layanan keuangan
Baca juga: Pemprov dan Bank DKI luncurkan TOSKA
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: