Bahan baku domestik tersedia, industri TPT diyakini siap naik
22 Februari 2020 16:08 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kedua kiri) mendengarkan penjelasan dari Direktur RGE Anderson Tanoto (kiri) mengenai teknologi produksi canggih pada pabrik Asia Pacific Rayon (APR) di Kabupaten Pelalawan, Riau, Jumat (21/2/2020). ANTARA/HO Biro Humas Kemenperin/am.
Jakarta (ANTARA) - Fasilitas produksi viscose rayon PT Asia Pacific Rayon (APR) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, mulai beroperasi, yang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Joko Widodo yang didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Dengan ketersediaan bahan baku dari dalam negeri, diharapkan mampu mendongkrak kapasitas nasional di sektor padat karya yang mampu mensubstitusi produk impor dan mengisi pasar ekspor.
“Optimalisasi pemakaian bahan baku yang berasal dari dalam negeri menjadi sangat penting dalam mendongkrak kinerja sektor industri TPT di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang lewat keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.
Pada kesempatan itu, Menperin mengapresiasi beroperasinya fasilitas baru yang menelan nilai investasi sebesar Rp15 triliun (1,1 miliar dolar AS) itu.
“Ini merupakan suatu langkah yang luar biasa, karena pabrik merupakan satu-satunya yang terintegrasi, dari mulai pembibitan pohon yang kayunya menjadi bahan baku rayon, sampai proses produksinya itu sendiri. Ini menurut pandangan saya, harus diangkat pada dunia, bahwa Indonesia memiliki kemampuan seperti ini,” papar Agus.
Fasilitas baru APR tersebut saat ini memiliki kapasitas produksi viscose rayon sebesar 240.000 ton per tahun, dan akan diupayakan meningkat menjadi 600.000 ton dalam beberapa tahun ke depan.
Suplai bahan baku perusahaan ini telah melalui sertifikasi nasional (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan internasional (Programme for the Endorsement of Forest Certification).
Viscose rayon merupakan serat benang yang berasal dari olahan kayu dan dapat terurai secara alami. Serat rayon produksi APR tergolong material yang berkelanjutan karena berasal dari bahan baku yang terbarukan.
Komoditas itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan baku tekstil seperti kapas yang kebutuhannya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Melalui dukungan tenaga kerja langsung sebanyak 1.500 orang, pabrik APR tersebut diproyeksi mampu menghasilkan devisa hingga 131 juta dolar AS dan substitusi impor mencapai 149 juta dolar AS.
“Jadi, intinya, pabrik ini merupakan lompatan yang besar dan baik untuk ekspor maupun substitusi impor,” ujarnya.
Selain peresmian operasional fasilitas baru APR, Presiden Jokowi melakukan pelepasan kontainer berisi serat rayon untuk diekspor ke Turki sebanyak 10.190 ton serta pengiriman ke Jawa Tengah sebesar 12.000 ton.
Negara tujuan ekspor selanjutnya, antara lain ke Pakistan, Bangladesh, Vietnam, hingga negara-negara Eropa.
Baca juga: Bahlil kumpulkan pengusaha tekstil, cari solusi dongkrak daya saing
Baca juga: Menperin sebut industri tekstil dan pakaian tumbuh paling tinggi
Dengan ketersediaan bahan baku dari dalam negeri, diharapkan mampu mendongkrak kapasitas nasional di sektor padat karya yang mampu mensubstitusi produk impor dan mengisi pasar ekspor.
“Optimalisasi pemakaian bahan baku yang berasal dari dalam negeri menjadi sangat penting dalam mendongkrak kinerja sektor industri TPT di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang lewat keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.
Pada kesempatan itu, Menperin mengapresiasi beroperasinya fasilitas baru yang menelan nilai investasi sebesar Rp15 triliun (1,1 miliar dolar AS) itu.
“Ini merupakan suatu langkah yang luar biasa, karena pabrik merupakan satu-satunya yang terintegrasi, dari mulai pembibitan pohon yang kayunya menjadi bahan baku rayon, sampai proses produksinya itu sendiri. Ini menurut pandangan saya, harus diangkat pada dunia, bahwa Indonesia memiliki kemampuan seperti ini,” papar Agus.
Fasilitas baru APR tersebut saat ini memiliki kapasitas produksi viscose rayon sebesar 240.000 ton per tahun, dan akan diupayakan meningkat menjadi 600.000 ton dalam beberapa tahun ke depan.
Suplai bahan baku perusahaan ini telah melalui sertifikasi nasional (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan internasional (Programme for the Endorsement of Forest Certification).
Viscose rayon merupakan serat benang yang berasal dari olahan kayu dan dapat terurai secara alami. Serat rayon produksi APR tergolong material yang berkelanjutan karena berasal dari bahan baku yang terbarukan.
Komoditas itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan baku tekstil seperti kapas yang kebutuhannya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Melalui dukungan tenaga kerja langsung sebanyak 1.500 orang, pabrik APR tersebut diproyeksi mampu menghasilkan devisa hingga 131 juta dolar AS dan substitusi impor mencapai 149 juta dolar AS.
“Jadi, intinya, pabrik ini merupakan lompatan yang besar dan baik untuk ekspor maupun substitusi impor,” ujarnya.
Selain peresmian operasional fasilitas baru APR, Presiden Jokowi melakukan pelepasan kontainer berisi serat rayon untuk diekspor ke Turki sebanyak 10.190 ton serta pengiriman ke Jawa Tengah sebesar 12.000 ton.
Negara tujuan ekspor selanjutnya, antara lain ke Pakistan, Bangladesh, Vietnam, hingga negara-negara Eropa.
Baca juga: Bahlil kumpulkan pengusaha tekstil, cari solusi dongkrak daya saing
Baca juga: Menperin sebut industri tekstil dan pakaian tumbuh paling tinggi
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: