Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat pendeteksi penyakit sapi yang diberi nama "siPicow".
Minimnya pengetahuan para peternak terkait penyakit yang sering diderita oleh hewan ternak, khususnya sapi, penanganan yang mereka lakukan bisa dikatakan tidak benar dan kurang profesional.
"Penanganan yang tidak benar mengakibatkan kerugian secara bertahap, mulai dari borosnya penggunaan obat, biaya perawatan dan akomodasi yang tidak murah, serta terhentinya produksi dan penjualan. Masalah ini harus dipecahkan," kata salah seorang tim penggagas siPicow, Muhammad Nafi’ Maula Hakim di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Baca juga: Aplikasi "food safety" mahasiswa UB mampu cegah keracunan makanan
Baca juga: "Tuker Sampah", aplikasi solusi sampah diciptakan mahasiswa UNS
Berangkat dari permasalahan itu, lanjutnya, ia bersama dua rekannya, yakni Abdul Jabbar Nur Ihsan dan Muhamad Azhar Ridani mengembangkan perangkat lunak (software) bernama “siPicow”.
Tujuan dari pengembangan perangkat lunak ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah aplikasi mobile sebagai media pendeteksi dan penanganan dini terhadap penyakit sapi dengan memanfaatkan sistem pakar, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari media dalam jaringan dan beberapa pakar yang ahli di bidangnya.
Selain itu, katanya, jika kerugian tersebut tidak segera ditangani kemungkinan besar akan terjadi penyebaran penyakit yang tidak terkontrol.
Sehingga, katanya, dapat menyebabkan timbulnya kemungkinan paling buruk, yaitu kematian pada sapi dan terjadinya kebangkrutan bagi peternak.
Baca juga: Mahasiswa SBM ITB ciptakan aplikasi alat bantu dengar "Hearme"
Baca juga: Pemprov Jatim sosialisasikan "CETTAR" ke kalangan mahasiswa
Ia menerangkan aplikasi yang mereka buat bisa diakses lewat platform android dan iOS ini.
Namun sebaliknya, sambung Nafi’, jika peternak mampu menguasai medan dan situasi, peternak dengan sigapnya mampu mengatasi permasalahan tersebut tanpa perlu ragu dan khawatir akan risiko yang dihadapinya.
“Oleh karena itu, perlunya dilakukan pengembangan perangkat lunak yang bisa digunakan sebagai referensi oleh peternak sekaligus menjadi media informasi dan pendampingan melalui sistem pakar dalam bentuk aplikasi siPicow yang ringan dan mudah digunakan,” kata Nafi’.
Berdasarkan hasil penggalian data melalui beberapa tahapan yang sebelumnya sudah dilakukan, terdapat beberapa fitur yang bermanfaat bagi peternak sapi.
Fitur-fitur itu, antara lain nama penyakit-penyakit yang sering diderita oleh sapi, ciri-ciri penyakit, penyebab penyakit, gejala penyakit, penanganan dini terhadap penyakit, metode-metode penanganan yang baik dan benar menurut pakar, sketsa kandang dan lingkungan yang baik bagi sapi, serta manajemen pakan dan pengelolaan sapi.
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data atau kebutuhan yang diperlukan melalui beberapa referensi.
“Referensi yang kami gunakan antara lain adalah jurnal ilmiah, media daring, serta beberapa sumber yang kredibel dari internet. Tidak hanya itu, kami juga melakukan tanya jawab kepada beberapa orang yang memang ahli di bidang peternakan melalui fitur media chatting,” kata mahasiswa program studi Teknik Informatika angkatan 2017 tersebut.
Baca juga: Mahasiswa UI buat aplikasi layanan titip motor
Baca juga: Puskesmas diharapkan manfaatkan aplikasi Decardia buatan mahasiswa UGM
Baca juga: Mahasiswa ITTP rancang aplikasi pengukur kematangan pepaya
SiPicow, aplikasi pendeteksi penyakit sapi karya mahasiswa UMM
20 Februari 2020 14:39 WIB
Tiga mahasiswa UMM penemu aplikasi pendeteksi penyakit sapi, siPicow (ANTARA/HO/UMM/End)
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: