Menkeu katakan realisasi defisit anggaran Januari 2020 Rp36,1 triliun
19 Februari 2020 20:12 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) mengacungkan jempolnya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/2/2020). DPR menyetujui Menteri Keuangan mengenakan cukai terhadap produk plastik yang meliputi kantong plastik hingga minuman berpemanis dalam kemasan plastik atau kemasan kecil (sachet). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi defisit anggaran per akhir Januari 2020 tercatat Rp36,1 triliun atau 0,21 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Realisasi ini lebih rendah dari defisit anggaran periode sama 2019 sebesar Rp45,1 triliun," kata Menkeu dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran tersebut mencakup pendapatan negara sebesar Rp103,7 triliun dan belanja negara sebesar Rp139,8 triliun.
Pendapatan negara ini terdiri atas penerimaan perpajakan Rp84,7 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp19 triliun.
"Pendapatan negara ini sudah terealisasi 4,6 persen dari target, meski sedang terjadi perlemahan situasi global," kata Sri Mulyani.
Sementara itu, belanja negara mencakup realisasi belanja pemerintah pusat Rp71,4 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa Rp68,4 triliun.
Realisasi belanja pemerintah pusat itu terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga Rp30,9 triliun dan belanja non Kementerian/Lembaga Rp40,6 triliun.
"Belanja negara yang terealisasi 5,5 persen dari target, telah memberikan stimulus ke perekonomian," ujar Sri Mulyani.
Ia menambahkan pada awal 2020 pembiayaan utang lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu hanya Rp68,2 triliun.
Pembiayaan utang tersebut tumbuh negatif 44,6 persen karena penerbitan obligasi pemerintah pada periode akhir Januari 2019 mencapai Rp123 triliun.
"Pemerintah terus menjaga kredibilitas APBN dengan meningkatkan pendapatan negara secara optimal, melakukan perbaikan kinerja penyerapan anggaran serta mengelola pembiayaan yang pruden dan akuntabel," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Pada Raker DPR, Sri Mulyani usul minuman berpemanis jadi objek cukai
Baca juga: Cukai plastik berpotensi tambah penerimaan negara Rp1,6 triliun
Baca juga: Defisit APBN 2020 ditargetkan Rp307,2 triliun
Baca juga: Defisit anggaran tidak masalah asalkan untuk sektor produktif
"Realisasi ini lebih rendah dari defisit anggaran periode sama 2019 sebesar Rp45,1 triliun," kata Menkeu dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran tersebut mencakup pendapatan negara sebesar Rp103,7 triliun dan belanja negara sebesar Rp139,8 triliun.
Pendapatan negara ini terdiri atas penerimaan perpajakan Rp84,7 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp19 triliun.
"Pendapatan negara ini sudah terealisasi 4,6 persen dari target, meski sedang terjadi perlemahan situasi global," kata Sri Mulyani.
Sementara itu, belanja negara mencakup realisasi belanja pemerintah pusat Rp71,4 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa Rp68,4 triliun.
Realisasi belanja pemerintah pusat itu terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga Rp30,9 triliun dan belanja non Kementerian/Lembaga Rp40,6 triliun.
"Belanja negara yang terealisasi 5,5 persen dari target, telah memberikan stimulus ke perekonomian," ujar Sri Mulyani.
Ia menambahkan pada awal 2020 pembiayaan utang lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu hanya Rp68,2 triliun.
Pembiayaan utang tersebut tumbuh negatif 44,6 persen karena penerbitan obligasi pemerintah pada periode akhir Januari 2019 mencapai Rp123 triliun.
"Pemerintah terus menjaga kredibilitas APBN dengan meningkatkan pendapatan negara secara optimal, melakukan perbaikan kinerja penyerapan anggaran serta mengelola pembiayaan yang pruden dan akuntabel," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Pada Raker DPR, Sri Mulyani usul minuman berpemanis jadi objek cukai
Baca juga: Cukai plastik berpotensi tambah penerimaan negara Rp1,6 triliun
Baca juga: Defisit APBN 2020 ditargetkan Rp307,2 triliun
Baca juga: Defisit anggaran tidak masalah asalkan untuk sektor produktif
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: