BPIP: Generasi milenial terputus dari nilai Pancasila di dua sisi
18 Februari 2020 19:18 WIB
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Ketua Komisi II DPR RI Arwani Thomafi sebelum mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) di DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (18-2-2020). Rapat tersebut membahas program kerja BPIP. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan generasi muda terputus dari nilai-nilai Pancasila dari dua sisi.
Oleh karena itu, Presiden menginstruksikan BPIP untuk menggalakkan lagi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial demi menyokong pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul.
"Pak Presiden sangat berkali-kali menekankan BPIP fokus di sini karena ada generasi milenial yang 129 juta jiwa yang kira-kira terputus dari dua sisi," kata Yudian saat rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa.
Satu sisi, lanjut dia, mereka agak terputus dari pemahaman Pancasila. Akan tetapi, di sisi lain generasi tua terputus dari generasi milenial
Untuk mengakomodasi keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa nilai-nilai Pancasila harus disosialisasikan kepada generasi milenial, BPIP akan menyesuaikan pula saluran sosialisasi nilai-nilai Pancasila itu dengan kondisi psikologi milenial terkini.
Baca juga: BPIP-KPK kerja sama soal pendidikan dan pembumian Pancasila
"Jadi, kalau bahasa di situ, Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihim atau berbicaralah sesuai dengan psikologi audiens. Nah, di sini karena anak-anak milenial itu lebih suka musik, olahraga, film, kuliner, dan seterusnya, BPIP diminta untuk fokus di sini. Jadi, menitipkan pesan-pesan Pancasila dengan cara yang sesuai dengan psikologi generasi milenial," kata Yudian.
Ia pun mencontohkan olahraga. Menurut Yudian, seharusnya olahraga dapat menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan, gotong royong, saling mencintai, suportif, dan belajar objektif melihat fakta.
BPIP akan menggalakkan nilai-nilai Pancasila itu tanpa mengesankan semacam indoktrinasi. Namun, lebih pada pemberian pemahaman kepada milenial bahwa kegiatan olahraga itu memiliki nilai-nilai kepancasilaan.
"Begitu pula melalui musik, film, medianya tentu nanti di sini, alatnya itu maksud saya ada YouTube, ada blogger, ada pokoknya medsos yang sekarang digitallah, digital mode itu, kami pakai sehingga nanti akan ada, ya, termasuk tiktok, segala macam itu, sehingga nanti akan nyambung antara kira-kira kurikulum di sekolah dengan apa yang ada di luar kurikulum," kata Yudian.
Ia mengatakan bahwa BPIP juga akan bekerja sama dengan tokoh-tokoh yang diidolakan, misalnya penyanyi milenial yang digandrungi milenial, atlet sepak bola, badminton, basket, dan artis film.
Baca juga: Wapres minta Kepala BPIP klarifikasi pernyataan Pancasila dan agama
Tujuannya agar milenial tidak merasa bahwa mereka itu sebetulnya sedang diajak untuk memahami nilai-nilai Pancasila supaya tujuan terciptanya SDM yang unggul bisa terlaksana.
"Di sini kemudian yang diharapkan adanya SDM unggul Indonesia, ini generasi milenial, kami fokus menggarap ini walaupun kata milenial itu terbatas usianya, kita harus mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SLTP, SLTA, sampai perguruan tinggi, melalui apa yang menjadi kesukaan mereka," kata Yudian.
Oleh karena itu, Presiden menginstruksikan BPIP untuk menggalakkan lagi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial demi menyokong pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul.
"Pak Presiden sangat berkali-kali menekankan BPIP fokus di sini karena ada generasi milenial yang 129 juta jiwa yang kira-kira terputus dari dua sisi," kata Yudian saat rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa.
Satu sisi, lanjut dia, mereka agak terputus dari pemahaman Pancasila. Akan tetapi, di sisi lain generasi tua terputus dari generasi milenial
Untuk mengakomodasi keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa nilai-nilai Pancasila harus disosialisasikan kepada generasi milenial, BPIP akan menyesuaikan pula saluran sosialisasi nilai-nilai Pancasila itu dengan kondisi psikologi milenial terkini.
Baca juga: BPIP-KPK kerja sama soal pendidikan dan pembumian Pancasila
"Jadi, kalau bahasa di situ, Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihim atau berbicaralah sesuai dengan psikologi audiens. Nah, di sini karena anak-anak milenial itu lebih suka musik, olahraga, film, kuliner, dan seterusnya, BPIP diminta untuk fokus di sini. Jadi, menitipkan pesan-pesan Pancasila dengan cara yang sesuai dengan psikologi generasi milenial," kata Yudian.
Ia pun mencontohkan olahraga. Menurut Yudian, seharusnya olahraga dapat menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan, gotong royong, saling mencintai, suportif, dan belajar objektif melihat fakta.
BPIP akan menggalakkan nilai-nilai Pancasila itu tanpa mengesankan semacam indoktrinasi. Namun, lebih pada pemberian pemahaman kepada milenial bahwa kegiatan olahraga itu memiliki nilai-nilai kepancasilaan.
"Begitu pula melalui musik, film, medianya tentu nanti di sini, alatnya itu maksud saya ada YouTube, ada blogger, ada pokoknya medsos yang sekarang digitallah, digital mode itu, kami pakai sehingga nanti akan ada, ya, termasuk tiktok, segala macam itu, sehingga nanti akan nyambung antara kira-kira kurikulum di sekolah dengan apa yang ada di luar kurikulum," kata Yudian.
Ia mengatakan bahwa BPIP juga akan bekerja sama dengan tokoh-tokoh yang diidolakan, misalnya penyanyi milenial yang digandrungi milenial, atlet sepak bola, badminton, basket, dan artis film.
Baca juga: Wapres minta Kepala BPIP klarifikasi pernyataan Pancasila dan agama
Tujuannya agar milenial tidak merasa bahwa mereka itu sebetulnya sedang diajak untuk memahami nilai-nilai Pancasila supaya tujuan terciptanya SDM yang unggul bisa terlaksana.
"Di sini kemudian yang diharapkan adanya SDM unggul Indonesia, ini generasi milenial, kami fokus menggarap ini walaupun kata milenial itu terbatas usianya, kita harus mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SLTP, SLTA, sampai perguruan tinggi, melalui apa yang menjadi kesukaan mereka," kata Yudian.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: