Google donasikan Rp13,6 miliar bantu Gerakan Pandai latih guru
18 Februari 2020 11:16 WIB
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf pada acara Peluncuran Grow with Google di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa (18/2/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Google.org mendonasikan dana Rp13,6 miliar kepada inisiatif Gerakan Pandai organisasi edukasi non profit Bebras Indonesia untuk membantu pelatihan keahlian berpikir komputasional bagi 22 ribu guru di 22 kota kecil dan besar.
"Menyiapkan Indonesia menghadapi masa depan perekonomian global yang digital adalah langkah yang penting bagi negara dan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab semua pihak," kata Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf pada acara Peluncuran Grow with Google di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa.
Grow with Google merupakan program yang ditujukan untuk membantu menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat Indonesia seiring dengan perkembangan digital.
"Ini membutuhkan kemitraan yang lebih luas dan mendalam antara pemerintah dan kalangan industri, bisnis besar dan wiraswasta serta para pendidik dan organisasi non profit dengan menjadikan edukasi dan keterampilan sebagai titik pusat dari visi bersama masa depan Indonesia," katanya.
Selain memberikan bantuan dana bagi pelatihan guru, Google.org juga membantu Gerakan Pandai yang akan dijalankan selama dua tahun itu memanfaatkan materi daring (online) dan di luar jaringan (offline) untuk membantu dua juta murid belajar cara berpikir secara kritis dan memecahkan masalah-masalah sulit agar mereka tidak hanya bisa menghafal.
Baca juga: Tiga tips membuat iklan durasi panjang di YouTube
Baca juga: Begini tren konsumen Indonesia dari kacamata Google selama 2019
Baca juga: Google: Warganet Indonesia telusuri topik dan sosok inspiratif
Google.org berupaya membangun kemampuan para pendidik sebagai salah satu prioritas, yaitu dengan membantu organisasi-organisasi non profit seperti Bebras Indonesia dalam membuat perubahan sistematis jangka panjang untuk mengatasi kekurangan tenaga terampil digital.
Menurut studi baru dari AlphaBeta, jika pemerintah, kalangan bisnis dan masyarakat mampu bekerja sama meningkatkan kualitas edukasi dan keterampilan digital, pada 2030 keterampilan digital bisa menyumbangkan Rp4,4 triliun atau 16 persen dari proyeksi produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Sebagai acuan, saat ini keterampilan digital telah menyumbangkan Rp908 triliun bagi perekonomian Indonesia, yaitu enam persen dari PDB.
"Selain membantu upaya untuk mengatasi kekurangan Indonesia di bidang mata pelajaran dasar seperti matematika dan ilmu pasti, kami senang bisa membantu organisasi non profit seperti Bebras, yang berkomitmen untuk membekali para guru dan murid dengan keahlian di bidang analisis kritis dan pemecahan masalah, yaitu keahlian berpikir komputasional yang akan memampukan mereka untuk beradaptasi terhadap perubahan ekonomi dan teknologi," katanya.
Ketua Bebras Indonesia Inggriani Liem sependapat dengan hal itu. Ia mengatakan selain menekankan pentingnya memiliki keterampilan teknologi, kemampuan berpikir komputasional juga diperlukan anak sejak dini agar dapat menjadi pencipta produk-produk digital atau ilmuwan yang mumpuni di bidang komputasi.
"Gerakan Pandai yang akan melibatkan 40 Perguruan Tinggi Biro Bebras Indonesia, 22 ribu guru dan dua juta siswa ini merupakan gerakan yang menjadikan guru berbagai bidang pelajaran sebagai guru penggerak yang akan mengajarkan mata pelajaran dengan berbudaya digital. Gerakan ini adalah titik awal bagi anak-anak Indonesia untuk menjadi SDM unggul yang akan membawa Indonesia maju di dunia digital," katanya.*
Baca juga: "Cinta Luar Biasa", penelusuran terpopuler Google Indonesia 2019
Baca juga: Usung kepraktisan, ini hal yang baru dan seru di Google Assistant
Baca juga: Tiga fitur terbaru Google Maps, apa saja?
"Menyiapkan Indonesia menghadapi masa depan perekonomian global yang digital adalah langkah yang penting bagi negara dan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab semua pihak," kata Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf pada acara Peluncuran Grow with Google di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa.
Grow with Google merupakan program yang ditujukan untuk membantu menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat Indonesia seiring dengan perkembangan digital.
"Ini membutuhkan kemitraan yang lebih luas dan mendalam antara pemerintah dan kalangan industri, bisnis besar dan wiraswasta serta para pendidik dan organisasi non profit dengan menjadikan edukasi dan keterampilan sebagai titik pusat dari visi bersama masa depan Indonesia," katanya.
Selain memberikan bantuan dana bagi pelatihan guru, Google.org juga membantu Gerakan Pandai yang akan dijalankan selama dua tahun itu memanfaatkan materi daring (online) dan di luar jaringan (offline) untuk membantu dua juta murid belajar cara berpikir secara kritis dan memecahkan masalah-masalah sulit agar mereka tidak hanya bisa menghafal.
Baca juga: Tiga tips membuat iklan durasi panjang di YouTube
Baca juga: Begini tren konsumen Indonesia dari kacamata Google selama 2019
Baca juga: Google: Warganet Indonesia telusuri topik dan sosok inspiratif
Google.org berupaya membangun kemampuan para pendidik sebagai salah satu prioritas, yaitu dengan membantu organisasi-organisasi non profit seperti Bebras Indonesia dalam membuat perubahan sistematis jangka panjang untuk mengatasi kekurangan tenaga terampil digital.
Menurut studi baru dari AlphaBeta, jika pemerintah, kalangan bisnis dan masyarakat mampu bekerja sama meningkatkan kualitas edukasi dan keterampilan digital, pada 2030 keterampilan digital bisa menyumbangkan Rp4,4 triliun atau 16 persen dari proyeksi produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Sebagai acuan, saat ini keterampilan digital telah menyumbangkan Rp908 triliun bagi perekonomian Indonesia, yaitu enam persen dari PDB.
"Selain membantu upaya untuk mengatasi kekurangan Indonesia di bidang mata pelajaran dasar seperti matematika dan ilmu pasti, kami senang bisa membantu organisasi non profit seperti Bebras, yang berkomitmen untuk membekali para guru dan murid dengan keahlian di bidang analisis kritis dan pemecahan masalah, yaitu keahlian berpikir komputasional yang akan memampukan mereka untuk beradaptasi terhadap perubahan ekonomi dan teknologi," katanya.
Ketua Bebras Indonesia Inggriani Liem sependapat dengan hal itu. Ia mengatakan selain menekankan pentingnya memiliki keterampilan teknologi, kemampuan berpikir komputasional juga diperlukan anak sejak dini agar dapat menjadi pencipta produk-produk digital atau ilmuwan yang mumpuni di bidang komputasi.
"Gerakan Pandai yang akan melibatkan 40 Perguruan Tinggi Biro Bebras Indonesia, 22 ribu guru dan dua juta siswa ini merupakan gerakan yang menjadikan guru berbagai bidang pelajaran sebagai guru penggerak yang akan mengajarkan mata pelajaran dengan berbudaya digital. Gerakan ini adalah titik awal bagi anak-anak Indonesia untuk menjadi SDM unggul yang akan membawa Indonesia maju di dunia digital," katanya.*
Baca juga: "Cinta Luar Biasa", penelusuran terpopuler Google Indonesia 2019
Baca juga: Usung kepraktisan, ini hal yang baru dan seru di Google Assistant
Baca juga: Tiga fitur terbaru Google Maps, apa saja?
Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: