Jakarta (ANTARA) - Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan penyediaan mobil listrik merupakan langkah baik dalam mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah (crude).

"Mobil listrik adalah salah satu solusi dalam mengurangi konsumsi BBM, nah di luar subjek itu dapat mengurangi impor crude," kata Arcandra Tahar saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di DPR, Jakarta, Senin.

Cara lain untuk mengurangi impor minyak, lanjut Arcandra adalah meningkatkan produksi minyak dalam negeri, antara lain melalui teknologi EOR (Enhance Oil Recovery). Sehingga biaya untuk impor minyak mentah bisa dialihkan untuk pemeliharaan sumur-sumur minyak dalam negeri.

"Hanya saja EOR itu membutuhkan waktu yang lama, paling tidak tujuh tahun untuk hasil maksimal," katanya.

Baca juga: Kemenhub akan pesan 100 mobil listrik sebagai kendaraan dinas

Terkait dengan kebutuhan energi hilir, menurut dia, tidak bisa mengandalkan impor namun banyak membangun kilang. Dampak impor BBM berkurang tapi impor minyak mentah bertambah, sebab kilang mengolah minyak mentah.

Keuntungan lainnya dalam pengembangan mobil listrik adalah energi listrik yang tidak pernah impor. Sementara jika mengandalkan kendaraan BBM maka butuh impor BBM dan minyak mentah.

"Domestic base supply kalau kita andalkan migas kita butuh impor crude dan bbm. Kemudian jangka panjangnya eksplorasi," tegas Arcandra.

Baca juga: Kendaraan listrik diberi insentif, diharapkan jumlahnya meningkat

Eksplorasi migas merupakan bisnis dengan rasio keberhasilan hanya 20 persen. Selain itu, padat modal dengan jangka waktu produksi baru bisa 10 tahun setelah penemuan pertama.

Baca juga: Stasiun pengisian kendaraan listrik umum di Jateng resmi beroperasi