Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memaparkan data ekspor kelapa sawit ke China pada Februari 2020 hanya mencapai 84.000 ton, akibat virus Corona atau Covid-19 yang turut berdampak pada perdagangan produk pertanian Indonesia.

"Ekspor kelapa sawit yang selama ini ini memberi kontribusi terbesar, pada bulan Februari 2020 ini, realisasinya hanya 84.000 ton. Pada periode yang sama tahun 2019 mencapai 371.000 ton," kata Mentan Syahrul dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi IV DPR Jakarta, Senin.

Data ekspor sawit pada Februari 2020 tercatat hanya sebesar 84.000 ton, anjlok sekitar 77,27 persen daripada bulan yang sama tahun 2019 sebesar 371.000 ton.

Baca juga: Wabah corona di China pengaruhi kinerja ekspor dan sawit Riau

Jika dibandingkan dengan data bulan sebelumnya, ekspor sawit pada Februari 2020 menurun drastis sebesar 82,56 persen dari realisasi ekspor Januari 2020 sebesar 483.000 ton.

Namun, secara "year on year" ekspor Januari 2020 meningkat sebesar 3 persen dari bulan Januari 2019 yang tercatat sebesar 469.000 ton.

Oleh karena itu, Kementan berupaya untuk mengantisipasi penurunan ekspor pertanian ke China dengan mencari dan memanfaatkan pasar lain yang juga potensial.

Baca juga: Gapki: Ekspor CPO 2019 capai 36,1 juta ton terbanyak ke China

"Kementan Pertanian berupaya mengantisipasi penurunan ekspor pertanian ke China melalui koordinasi dengan eksportir untuk memanfaatkan pasar ekspor alternatif seperti ke India, Timur Tengah dan Russia," kata Syahrul.

Sementara itu, penurunan ekspor ke China juga terjadi pada komoditas perkebunan lainnya, seperti kelapa yang turun sebesar 4,71 persen dari 24.000 ton pada Januari 2020, menjadi 23.000 ton pada Februari 2020.

Komoditas perkebunan kategori lain-lain turun 46,46 persen dari 42.000 ton pada Januari 2020, menjadi 22.000 ton pada Februari 2020. Sehingga totalnya, komoditas perkebunan Februari 2020 terhadap Januari 2020 turun 74,17 persen, sedangkan Februari 2020 terhadap Februari 2019 turun sebesar 65,26 persen.