"Persoalan limbah menjadi tantangan terbesar bagi para petani tambak karena limbah ini berpengaruh pada kualitas air tambak, sehingga bibit udang ataupun ikan sangat rentan mati dan potensi gagal panen sangat besar," kata anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah Abu Hafsin Al Muktafa di Semarang, Senin.
Legislator yang akrab disapa Gus Tafa ini menyatakan kualitas air yang baik menjadi syarat utama para petani tambak untuk budi daya ikan atau udang yang menjadi usaha mereka.
Ia mengaku banyak menerima keluhan dari petani tambak di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, mengenai persoalan limbah.
"Mereka mayoritas mengeluhkan susahnya mengembangkan sektor pertanian tambak akibat limbah, apalagi di satu sisi masih banyak masyarakat setempat yang asal buang sampah ke sungai. Di mana sungai itu nanti juga akan menuju area tambak," ujarnya.
Menurut Gus Tafa, jika petani tambak merugi, maka dapat dikhawatirkan mereka akan alih profesi ke sektor lain, sehingga mempengaruhi volume produksi ikan budi daya.
"Saat ini sudah banyak (petani tambak) yang mulai alih profesi karena sebagian besar sudah tidak sanggup lagi membiayai lahan garapannya akibat gagal panen," katanya.
Melihat kompleksnya masalah ini, lanjut Gus Tafa, perlu peranan semua pihak dalam hal ini pemerintah dan seluruh elemen terkait serta masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan dan meminimalisasi limbah.
"Misalnya Dinas Pertanian atau Perikanan memiliki program pendampingan secara intensif kepada petani tambak untuk peningkatan hasil panen. Instansi lain juga gencar memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga ada solusi komprehensif," ujarnya.
Baca juga: Petani tambak merugi akibat kekeringan
Baca juga: Petani sulap lahan pertanian jadi tambak ikan