Sukses di Jakarta dan Bandung, "Kalimasada Murca" siap ke Semarang
15 Februari 2020 16:23 WIB
Salah satu adegan dalam pergelaran wayang orang putri lakon "Kalimasada Murca" yang seluruh karakternya diperankan perempuan saat pentas di Gedung Kesenian Jakarta, Maret 2019 (ANTARA/HO)
Jakarta (ANTARA) - Setelah sukses pentas di Jakarta dan Bandung pada tahun lalu, pergelaran wayang orang putri dengan lakon "Kalimasada Murca" siap memboyong pertunjukan ke Semarang Jawa Tengah pada 21 Maret 2020.
"Melihat antusiasme dan sambutan baik penonton di Jakarta dan Bandung sebelumnya, kami berkeinginan membawa pergelaran serupa ke beberapa provinsi di Indonesia. Guna memperkenalkan seni budaya wayang orang sehingga bisa menjadi populer di kalangan masyarakat," ujar Ketua Pergelaran wayang orang putri "Kalimasada Murca" KRAy. Hendrayani di Jakarta, Sabtu
Tahun ini, tambahnya, Kota Semarang yang menjadi target pertunjukan untuk mendekatkan diri kepada generasi baru, guna memperkenalkan kembali dan melestarikan kesenian wayang orang.
Pertunjukan wayang orang putri "Kalimasada Murca" digelar oleh Sahabat Pecinta Wayang Orang (SPWO) yang telah bertahun-tahun memiliki kepedulian terhadap seni tradisi wayang orang putri agar lebih dikenal dan diminati masyarakat luas.
Pada Maret 2019, pertunjukan lakon “Kalimasada Murca” sukses digelar di Gedung Kesenian Jakarta, kemudian pada Juli tahun yang sama dihadirkan di kota Bandung dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara.
Tahun ini SPWO bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, akan menampilkan Pergelaran Wayang Putri Extravaganza “Kalimasada Murca” dalam rangkaian HUT Kota Semarang yang ke-473. Pergelaran tersebut akan menampilkan 60 orang penari dan 20 pengrawit, serta bintang tamu spesial—yang semuanya perempuan.
“Kalimasada Murca” berarti hilangnya pusaka pandawa Kalimasada. Kisah ini cukup populer di kalangan pecinta wayang orang. Filosofi ketangguhan para tokoh dalam lakon cerita Kalimasada Murca inilah yang ingin terus ditanamkan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan perjuangan bagi persatuan bangsa.
Yang unik dan berbeda dari Paguyuban Wayang Orang yang sudah ada, SPWO lebih mengkhususkan diri pada Wayang Orang Putri sehingga seluruh penarinya adalah perempuan, begitu juga karakter wayang laki-laki seperti, Bima, Prabu Bumiloka, Butha, Cakil, Janoko, Kresno dan lain sebagainya diperankan oleh perempuan.
Hal itu, menurut KRAy. Hendrayani, sebagai bentuk pelestarian seni tradisi lintas gender yang belakangan mulai kurang populer.
"Dari para perempuan ini, kami harapkan cinta budaya tradisi kemudian akan menular kepada para generasi muda, kaum milenial, yang semestinya masih memiliki semangat dan energi yang lebih besar daripada kami, kaum ibu," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Nantinya dalam rangkaian acara tersebut juga akan menghadirkan wayang orang on the street, bincang budaya tradisi wayang orang, pameran & lomba fotografi wayang orang, serta bazaar produk seni dan kuliner.
Sehingga pergelaran Kalimasada Murca diharapkan dapat memikat milenial dan menjadi tontonan segar, menghibur dan menarik untuk masyarakat kota Semarang.
Baca juga: Maudy Koesnaedi lebih senang lakoni seni pertunjukan
Baca juga: Alasan Lukman Sardi mau berperan sebagai Sukrasana
Baca juga: Endang Budi Karya ajak milenial lestarikan wayang orang
"Melihat antusiasme dan sambutan baik penonton di Jakarta dan Bandung sebelumnya, kami berkeinginan membawa pergelaran serupa ke beberapa provinsi di Indonesia. Guna memperkenalkan seni budaya wayang orang sehingga bisa menjadi populer di kalangan masyarakat," ujar Ketua Pergelaran wayang orang putri "Kalimasada Murca" KRAy. Hendrayani di Jakarta, Sabtu
Tahun ini, tambahnya, Kota Semarang yang menjadi target pertunjukan untuk mendekatkan diri kepada generasi baru, guna memperkenalkan kembali dan melestarikan kesenian wayang orang.
Pertunjukan wayang orang putri "Kalimasada Murca" digelar oleh Sahabat Pecinta Wayang Orang (SPWO) yang telah bertahun-tahun memiliki kepedulian terhadap seni tradisi wayang orang putri agar lebih dikenal dan diminati masyarakat luas.
Pada Maret 2019, pertunjukan lakon “Kalimasada Murca” sukses digelar di Gedung Kesenian Jakarta, kemudian pada Juli tahun yang sama dihadirkan di kota Bandung dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara.
Tahun ini SPWO bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, akan menampilkan Pergelaran Wayang Putri Extravaganza “Kalimasada Murca” dalam rangkaian HUT Kota Semarang yang ke-473. Pergelaran tersebut akan menampilkan 60 orang penari dan 20 pengrawit, serta bintang tamu spesial—yang semuanya perempuan.
“Kalimasada Murca” berarti hilangnya pusaka pandawa Kalimasada. Kisah ini cukup populer di kalangan pecinta wayang orang. Filosofi ketangguhan para tokoh dalam lakon cerita Kalimasada Murca inilah yang ingin terus ditanamkan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan perjuangan bagi persatuan bangsa.
Yang unik dan berbeda dari Paguyuban Wayang Orang yang sudah ada, SPWO lebih mengkhususkan diri pada Wayang Orang Putri sehingga seluruh penarinya adalah perempuan, begitu juga karakter wayang laki-laki seperti, Bima, Prabu Bumiloka, Butha, Cakil, Janoko, Kresno dan lain sebagainya diperankan oleh perempuan.
Hal itu, menurut KRAy. Hendrayani, sebagai bentuk pelestarian seni tradisi lintas gender yang belakangan mulai kurang populer.
"Dari para perempuan ini, kami harapkan cinta budaya tradisi kemudian akan menular kepada para generasi muda, kaum milenial, yang semestinya masih memiliki semangat dan energi yang lebih besar daripada kami, kaum ibu," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Nantinya dalam rangkaian acara tersebut juga akan menghadirkan wayang orang on the street, bincang budaya tradisi wayang orang, pameran & lomba fotografi wayang orang, serta bazaar produk seni dan kuliner.
Sehingga pergelaran Kalimasada Murca diharapkan dapat memikat milenial dan menjadi tontonan segar, menghibur dan menarik untuk masyarakat kota Semarang.
Baca juga: Maudy Koesnaedi lebih senang lakoni seni pertunjukan
Baca juga: Alasan Lukman Sardi mau berperan sebagai Sukrasana
Baca juga: Endang Budi Karya ajak milenial lestarikan wayang orang
Pewarta: Subagyo
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: