Kemkominfo: Revitalisasi Monumen Pers sambut peradaban baru
14 Februari 2020 13:58 WIB
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Widodo Muktyo (dua dari kiri) didampingi Kepala MPN Surakarta Widodo Hastjaryo (paling kiri) saat meninjau pameran Festival Pers Nasional di Gedung MPN Surakarta, Jumat (14/2/2020). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto/pri.
Solo, Jateng (ANTARA) - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Widodo Muktyo menyebutkan revitalisasi Monumen Pers Nasional (MPN) Surakarta, Jawa Tengah adalah untuk menyambut peradaban baru yang menuntut teknologi modern dalam menyebarkan informasi.
"Kami melakukan satu renovasi renovasi dan tujuannya dapat terlahir kembali untuk menyambut peradaban baru dengan perkembangan teknologi terkini," katanya disela acara "Festival Pers Nasional dan Soft Launching Ruang Pamer MPN", di gedung MPN Solo, Jumat.
Widodo Muktyo mengatakan MPN Surakarta seharusnya tidak hanya digunakan sebagai wadah penyimpanan dokumen-dokumen bersejarah saja, tetapi juga sebagai tempat edukasi bagi masyarakat luas tentang perkembangan dunia pers sejak dahulu kala.
Menurut dia mengetahui sejarah zaman dahulu sangat menarik jika dikemas dengan sangat baik oleh pengelola MPN, apalagi banyak cerita-cerita heroik yang sangat inspiratif yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh pers zaman dahulu ketika mempejuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Orientasinya, nanti tidak sekedar menjadi dokumen tempat-tempat menyimpan barang-barang sejarah, tetapi juga menjadi tempat untuk edukasi buat segenap masyarakat," katanya.
Dia merasa bangga kini MPN sudah dapat mencapai hal tersebut karena masyarakat harus memahami pentingnya pers dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
Nilai historisnya yang begitu tinggi, kata dia, sehingga masyarakat harus tahu rincil terkait dengan MPN. Dengan begitu para milenial akan ikut bersemangat datang ke MPN untuk mengetahui berbagai informasi terkait dengan sejarah pers di Indonesia.
"Kami dari Kemkominfo ini, ingin merevitalisasi yang juga melahirkan kembali pemahaman monumen yang modern atau museum yang modern dan bercita rasa milenial juga," kata Widodo Muktyo.
Kepala MPN Surakarta Widodo Hastjaryo mengatakan MPN di Surakarta saat ini telah memiliki wajah baru, atau tepatnya terlahir kembali menjadi lebih modern dengan teknologi-teknologi menarik perhatian para pengunjungnya.
"MPN dahulu lebih kelihatan gelap dan serba kuno, kini semuanya akan lebih digital," katanya.
Setelah lebih dari satu abad, katanya, MPN kini sudah waktunya menjadi lebih modern untuk dapat membuat setiap informasi yang berkaitan dengan pers bisa dipahami oleh masyarakat luas.
"Karena pers di Indonesia merupakan salah satu pilar demokrasi yang sangat penting dalam jalannya suatu pemerintahan," katanya.
Menurut dia pihaknya kini sudah memakai bantuan teknologi untuk memberikan setiap informasi sejarah kepada pengunjung.
Kini setiap bagian dari monumen dibuat lebih digital, artinya memakai medium visual dan audio dalam menjelaskan berbagai sejarah yang berkaitan dengan dunia pers kala itu.
Dengan menggunakan teknologi ini, akan membuat seluruh informasi tentang pers lebih mudah dicerna oleh para pengunjung yang datang.
"Semua tata ruang tampilan sangat 'edutainment' jadi untuk literasi kepada para melenial yang berkunjung. Kami yakin dengan menjadi lebih mudah informasi terkait dengan MPN yang dimengerti oleh masyarakat tentunya akan membuat dampak positif bagi seluruh masyarakat. Masyarakat dapat menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar di dunia maya," demikian Widodo Hastjaryo.
Baca juga: 18.000 pengunjung datangi Monumen Pers setiap tahun
Baca juga: 400 Ribu Eksemplar Koran Kuno Digitalisasi
Baca juga: ANTARA serahkan foto ke Museum Monumen Pers
Baca juga: Monumen Pers pamerkan koleksi di Festival Ranggawarsita
"Kami melakukan satu renovasi renovasi dan tujuannya dapat terlahir kembali untuk menyambut peradaban baru dengan perkembangan teknologi terkini," katanya disela acara "Festival Pers Nasional dan Soft Launching Ruang Pamer MPN", di gedung MPN Solo, Jumat.
Widodo Muktyo mengatakan MPN Surakarta seharusnya tidak hanya digunakan sebagai wadah penyimpanan dokumen-dokumen bersejarah saja, tetapi juga sebagai tempat edukasi bagi masyarakat luas tentang perkembangan dunia pers sejak dahulu kala.
Menurut dia mengetahui sejarah zaman dahulu sangat menarik jika dikemas dengan sangat baik oleh pengelola MPN, apalagi banyak cerita-cerita heroik yang sangat inspiratif yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh pers zaman dahulu ketika mempejuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Orientasinya, nanti tidak sekedar menjadi dokumen tempat-tempat menyimpan barang-barang sejarah, tetapi juga menjadi tempat untuk edukasi buat segenap masyarakat," katanya.
Dia merasa bangga kini MPN sudah dapat mencapai hal tersebut karena masyarakat harus memahami pentingnya pers dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
Nilai historisnya yang begitu tinggi, kata dia, sehingga masyarakat harus tahu rincil terkait dengan MPN. Dengan begitu para milenial akan ikut bersemangat datang ke MPN untuk mengetahui berbagai informasi terkait dengan sejarah pers di Indonesia.
"Kami dari Kemkominfo ini, ingin merevitalisasi yang juga melahirkan kembali pemahaman monumen yang modern atau museum yang modern dan bercita rasa milenial juga," kata Widodo Muktyo.
Kepala MPN Surakarta Widodo Hastjaryo mengatakan MPN di Surakarta saat ini telah memiliki wajah baru, atau tepatnya terlahir kembali menjadi lebih modern dengan teknologi-teknologi menarik perhatian para pengunjungnya.
"MPN dahulu lebih kelihatan gelap dan serba kuno, kini semuanya akan lebih digital," katanya.
Setelah lebih dari satu abad, katanya, MPN kini sudah waktunya menjadi lebih modern untuk dapat membuat setiap informasi yang berkaitan dengan pers bisa dipahami oleh masyarakat luas.
"Karena pers di Indonesia merupakan salah satu pilar demokrasi yang sangat penting dalam jalannya suatu pemerintahan," katanya.
Menurut dia pihaknya kini sudah memakai bantuan teknologi untuk memberikan setiap informasi sejarah kepada pengunjung.
Kini setiap bagian dari monumen dibuat lebih digital, artinya memakai medium visual dan audio dalam menjelaskan berbagai sejarah yang berkaitan dengan dunia pers kala itu.
Dengan menggunakan teknologi ini, akan membuat seluruh informasi tentang pers lebih mudah dicerna oleh para pengunjung yang datang.
"Semua tata ruang tampilan sangat 'edutainment' jadi untuk literasi kepada para melenial yang berkunjung. Kami yakin dengan menjadi lebih mudah informasi terkait dengan MPN yang dimengerti oleh masyarakat tentunya akan membuat dampak positif bagi seluruh masyarakat. Masyarakat dapat menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar di dunia maya," demikian Widodo Hastjaryo.
Baca juga: 18.000 pengunjung datangi Monumen Pers setiap tahun
Baca juga: 400 Ribu Eksemplar Koran Kuno Digitalisasi
Baca juga: ANTARA serahkan foto ke Museum Monumen Pers
Baca juga: Monumen Pers pamerkan koleksi di Festival Ranggawarsita
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: