Asosiasi eksportir-importir ingin harga bawang putih berangsur stabil
11 Februari 2020 15:54 WIB
Pedagang menumpukan bawang putih impor dari Cina di Pasar Induk Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menerbitkan izin rekomendasi impor bawang putih sebanyak 103.000 ton dari Cina karena stok bawaang putih di dalam negeri menipis, sebanyak 70.000 ton yang hanya cukup memenuhi kebutuhan hingga pertengahan Maret mendatang. ANTARA FOTO/Ampelsa/hp. (ANTARA FOTO/AMPELSA)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Harian Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) Hendra Jowono mengharapkan harga bawang putih berangsur turun dan stabil.
“Mudah-mudahan dalam waktu satu bulan mendatang harga bawang putih dipasaran akan berangsur-angsur turun dan stabil kembali,” kata Hendra di Jakarta, Selasa.
Menurut Hendra, 90 persen pasokan bawang putih di Indonesia masih diimpor dari negeri Tirai Bambu. Sehingga, mewabahnya virus corona membuat terjadi kendala di sentra-sentra produksi dan logistik.
“Terjadi keterlambatan produksi karena baru mulai kerja lagi setelah liburan nasional di China diperpanjang oleh karena kasus virus corona dan pemeriksaan kesehatan pekerja post border diperketat pemerintah daerah China,” ujarnya.
Hendra mengatakan, masyarakat konsumen pada umumnya meminta pemerintah untuk memperhatikan kenaikan harga-harga buah dan sayur, baik lokal maupunimpor bawang putih.
Bahan-bahan pangan tersebut, lanjutnya, sejak dua hingga tiga minggu belakangan ini sudah naik drastis karena kekurangan pasokan yang diakibatkan oleh karena musim hujan.
Selain itu, izin rekomendasi impornya hanya diterbitkan untuk 10 perusahaan dari 50 perusahaan, yang juga menjadi kendala.
“Dengan kenaikan bahan-bahan pangan ini, akan berdampak kepada penurunan daya beli masyarakat dan dapat memperlambat perkembangan konsumsi ekonomi nasional,” ujar Hendra.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah menerbitkan izin Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk bawang putih sebesar 103.000 ton dari China.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan penerbitan izin impor ini dilakukan karena stok bawang putih di dalam negeri kian menipis, yakni 70.000 ton. Stok tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai pertengahan Maret mendatang.
"Stok kurang lebih 70.000 ton. Jadi sampai bulan Maret itu sebetulnya dari stok masih cukup, tetapi kita sudah buka (impor) untuk mengantisipasi sampai dua-tiga bulan ke depan," kata Prihasto saat ditemui usai Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR di Jakarta, Senin (10/2).
Prihasto memperkirakan impor bawang putih sebesar 103.000 ton tersebut dapat memenuhi kebutuhan sampai 2-3 bulan ke depan. Ada pun kebutuhan konsumsi bawang putih nasional mencapai 560.000-580.000 ton per tahun atau sekitar 47.000 ton per bulan.
Sebagai informasi, produksi bawang putih dalam negeri baru mencapai 85.000 ton per tahun atau sekitar 10 persen dari kebutuhan nasional, sedangkan 90 persennya harus dipenuhi lewat impor.
Baca juga: Pemerintah buka impor bawang putih 103.000 ton dari China
Baca juga: Pemerintah perlu sosialisasi Virus Corona tak menyebar ke bawang putih
“Mudah-mudahan dalam waktu satu bulan mendatang harga bawang putih dipasaran akan berangsur-angsur turun dan stabil kembali,” kata Hendra di Jakarta, Selasa.
Menurut Hendra, 90 persen pasokan bawang putih di Indonesia masih diimpor dari negeri Tirai Bambu. Sehingga, mewabahnya virus corona membuat terjadi kendala di sentra-sentra produksi dan logistik.
“Terjadi keterlambatan produksi karena baru mulai kerja lagi setelah liburan nasional di China diperpanjang oleh karena kasus virus corona dan pemeriksaan kesehatan pekerja post border diperketat pemerintah daerah China,” ujarnya.
Hendra mengatakan, masyarakat konsumen pada umumnya meminta pemerintah untuk memperhatikan kenaikan harga-harga buah dan sayur, baik lokal maupunimpor bawang putih.
Bahan-bahan pangan tersebut, lanjutnya, sejak dua hingga tiga minggu belakangan ini sudah naik drastis karena kekurangan pasokan yang diakibatkan oleh karena musim hujan.
Selain itu, izin rekomendasi impornya hanya diterbitkan untuk 10 perusahaan dari 50 perusahaan, yang juga menjadi kendala.
“Dengan kenaikan bahan-bahan pangan ini, akan berdampak kepada penurunan daya beli masyarakat dan dapat memperlambat perkembangan konsumsi ekonomi nasional,” ujar Hendra.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah menerbitkan izin Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk bawang putih sebesar 103.000 ton dari China.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan penerbitan izin impor ini dilakukan karena stok bawang putih di dalam negeri kian menipis, yakni 70.000 ton. Stok tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai pertengahan Maret mendatang.
"Stok kurang lebih 70.000 ton. Jadi sampai bulan Maret itu sebetulnya dari stok masih cukup, tetapi kita sudah buka (impor) untuk mengantisipasi sampai dua-tiga bulan ke depan," kata Prihasto saat ditemui usai Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR di Jakarta, Senin (10/2).
Prihasto memperkirakan impor bawang putih sebesar 103.000 ton tersebut dapat memenuhi kebutuhan sampai 2-3 bulan ke depan. Ada pun kebutuhan konsumsi bawang putih nasional mencapai 560.000-580.000 ton per tahun atau sekitar 47.000 ton per bulan.
Sebagai informasi, produksi bawang putih dalam negeri baru mencapai 85.000 ton per tahun atau sekitar 10 persen dari kebutuhan nasional, sedangkan 90 persennya harus dipenuhi lewat impor.
Baca juga: Pemerintah buka impor bawang putih 103.000 ton dari China
Baca juga: Pemerintah perlu sosialisasi Virus Corona tak menyebar ke bawang putih
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: