Hama tikus serang 8 hektare lahan jagung di Flores Timur
11 Februari 2020 08:38 WIB
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur, Anton Wukak Sogen, saat memeriksa tanaman jagung milik petani yang terserang hama. ANTARA/Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur/pri.
Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur Anton Wukak Sogen mengemukakan selain serangan ulat grayak, hama tikus juga mulai menyerang tanaman jagung milik petani di daerah itu mencapai delapan hektare.
“Laporan dari lapangan tidak hanya ulat grayak tapi juga hama tikus juga menyerang tanaman jagung di wilayah Kecamatan Klubagolit,” katanya ketika dihubungi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa.
Dia mengatakan saat ini serangan hama secara bertubi-tubi menyerang tanaman jagung petani di wilayah kabupaten paling timur Pulau Flores itu. Ulat grayak sampai saat ini terus menyerang tanaman jagung seluas 4.585 hektare.
Baca juga: Ulat grayak ancam panen jagung di Flores Timur
Baca juga: Pemkab Flores Timur minta bantuan Pusat atasi serangan ulat grayak
“Karena itu sekarang kami betul-betul berkonsentrasi untuk melakukan pengendalian hama ini karena sudah parah,” katanya.
Dia mengatakan upaya pengendalian hama terus dilakukan baik dengan pendekatan budaya lokal maupun pada tingkat tertentu melalui bahan kimia.
Menurut dia, pengendalian harus secara masif karena serangan hama ini dikhawatirkan tidak hanya merusak tanaman jagung, namun juga tanaman lainnya seperti sorgum, padi, dan lainnya karena umumnya pola pertanian di daerah dilakukan secara polikultur.
Sementara itu, seorang petani di Desa Tuwagetobi, Kecamatan Witihama, Kamilus Tupen juga membenarkan adanya serangan hama tikus terhadap tanaman jagung milik petani.
“Hama tikus sudah muncul tapi belum kentara, karena rata-rata tanaman jagung untuk petani di Desa Tuwagetobi masih mau berbunga,” katanya ketika dihubungi secara terpisah.
Dia mengatakan informasi yang diperolehnya tikus sudah menyerang tanaman jagung di Kecamatan Klubagolit karena para petani di wilayah itu lebih dulu menanam jagung sehingga sudah menghasilkan buah.
“Karena itu kami berharap ada hujan yang sangat lebat karena itu bisa membuat populasi tikus menurun seperti kata orang-orang dulu,” katanya.
Baca juga: Hama tikus serang 455 hektare sawah di Kabupaten Magetan
“Laporan dari lapangan tidak hanya ulat grayak tapi juga hama tikus juga menyerang tanaman jagung di wilayah Kecamatan Klubagolit,” katanya ketika dihubungi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa.
Dia mengatakan saat ini serangan hama secara bertubi-tubi menyerang tanaman jagung petani di wilayah kabupaten paling timur Pulau Flores itu. Ulat grayak sampai saat ini terus menyerang tanaman jagung seluas 4.585 hektare.
Baca juga: Ulat grayak ancam panen jagung di Flores Timur
Baca juga: Pemkab Flores Timur minta bantuan Pusat atasi serangan ulat grayak
“Karena itu sekarang kami betul-betul berkonsentrasi untuk melakukan pengendalian hama ini karena sudah parah,” katanya.
Dia mengatakan upaya pengendalian hama terus dilakukan baik dengan pendekatan budaya lokal maupun pada tingkat tertentu melalui bahan kimia.
Menurut dia, pengendalian harus secara masif karena serangan hama ini dikhawatirkan tidak hanya merusak tanaman jagung, namun juga tanaman lainnya seperti sorgum, padi, dan lainnya karena umumnya pola pertanian di daerah dilakukan secara polikultur.
Sementara itu, seorang petani di Desa Tuwagetobi, Kecamatan Witihama, Kamilus Tupen juga membenarkan adanya serangan hama tikus terhadap tanaman jagung milik petani.
“Hama tikus sudah muncul tapi belum kentara, karena rata-rata tanaman jagung untuk petani di Desa Tuwagetobi masih mau berbunga,” katanya ketika dihubungi secara terpisah.
Dia mengatakan informasi yang diperolehnya tikus sudah menyerang tanaman jagung di Kecamatan Klubagolit karena para petani di wilayah itu lebih dulu menanam jagung sehingga sudah menghasilkan buah.
“Karena itu kami berharap ada hujan yang sangat lebat karena itu bisa membuat populasi tikus menurun seperti kata orang-orang dulu,” katanya.
Baca juga: Hama tikus serang 455 hektare sawah di Kabupaten Magetan
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: