Kemenperin fasilitasi penyediaan tenaga kerja industri yang kompeten
7 Februari 2020 19:40 WIB
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto (kemeja putih) ketika melakukan kunjungan kerja di Politeknik ATI Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (6/2/2020). ANTARA/HO-Humas Kementerian Perindustrian
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memfasilitasi penyediaan tenaga kerja industri yang kompeten dan aktif menumbuhkan wirausaha baru.
Upaya ini direalisasikan melalui peran unit-unit pendidikan yang dimiliki di berbagai daerah, seperti Politeknik ATI Makassar dan Balai Diklat Industri (BDI) Makassar.
“Di Politeknik ATI Makassar punya program studi yang fokusnya mengenai teknik manufaktur dan robotik. Ini salah satu politeknik terbaik di Indonesia,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko SA Cahyanto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Eko menjelaskan, setiap fasilitas produksi di pabrikan berupa mesin dan peralatan, perlu perawatan dan perbaikan. Tentunya dalam proses tersebut, dibutuhkan operator atau teknisi terampil, terutama yang bisa memahami perkembangan teknologi saat ini di era industri 4.0.
“Sebab, penyediaan tenaga ahli itu masih sangat terbatas. Makanya, Politeknik ATI Makassar harus mengembangkan sayapnya hingga ke Pulau Jawa dan Sumatera, untuk membangun kelas-kelas D1 operator perawatan mesin dan peralatan,” paparnya.
Langkah strategis itu dijalankan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan industri, seperti PT Petrokimia Gresik dan PT Semen Baturaja. Selain itu, guna lebih meningkatkan kompetensi Politeknik ATI Makassar, Kemenperin cukup banyak mendatangkan peralatan praktik terbaru sejak 2019.
“Terutama peralatan-peralatan yang terkait dengan proses penggunaan robotik. Apalagi, Politeknik ATI Makassar akan masuk program satelit dari PIDI 4.0 yang ada di Jakarta. Jadi, untuk digital manufaktur dan robotiknya akan dibuat showcase-nya di ATI Makassar, sehingga bisa menjadi capability center dan juga dapat mempelajari tentang konsep industri 4.0 di dalam proses manufaktur,” tutur Eko.
Eko optimistis, berbagai upaya tersebut memudahkan transformasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten ke arah digitalisasi.
“Selain mendapat bekal kemampuan teknik manufaktur yang dasar, seperti mengelas, para mahasiswa juga belajar desain dan merakit mesin dan peralatan melalui aplikasi digital,” imbuhnya.
Bahkan menariknya, para lulusan Politeknik ATI Makassar tidak hanya mendapat ijazah saja, tetapi juga sertifikasi kompetensi. Setiap tahun, politeknik tersebut mampu meluluskan sebanyak 450 lulusan dari tingkat D3 dan D1.
Mereka semua langsung terserap kerja karena adanya kerja sama dengan sejumlah perusahaan industri.
Sementara itu, dalam upaya menumbuhkan wirausaha industri baru, BDI Makassar memiliki kompetensi untuk memberikan pelatihan mengenai pengolahan hasil laut dan perikanan serta pengolahan hasil perkebunan.
“Contohnya untuk pengolahan ikan dan kakao, kami punya fasilitas yang lengkap, mulai dari proses produksi hingga membuat kemasan,” ungkapnya.
Eko berharap, para peserta diklat tersebut dapat menjadi wirausaha baru di wilayahnya masing-masing, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Melalui pelatihan yang kami berikan, bisa semakin meningkatkan daya saing usaha mereka. Misalnya, ada salah satu peserta dari Balikpapan, yang ingin membuat desain kemasan produknya lebih menarik sehingga punya nilai jual yang tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Dongkrak produktivitas, Kemenperin akselerasi kebijakan strategis
Baca juga: Kemenperin identifikasi dampak virus corona terhadap impor bahan baku
Baca juga: Kemenperin: Investasi sektor manufaktur capai Rp216 triliun pada 2019
Upaya ini direalisasikan melalui peran unit-unit pendidikan yang dimiliki di berbagai daerah, seperti Politeknik ATI Makassar dan Balai Diklat Industri (BDI) Makassar.
“Di Politeknik ATI Makassar punya program studi yang fokusnya mengenai teknik manufaktur dan robotik. Ini salah satu politeknik terbaik di Indonesia,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko SA Cahyanto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Eko menjelaskan, setiap fasilitas produksi di pabrikan berupa mesin dan peralatan, perlu perawatan dan perbaikan. Tentunya dalam proses tersebut, dibutuhkan operator atau teknisi terampil, terutama yang bisa memahami perkembangan teknologi saat ini di era industri 4.0.
“Sebab, penyediaan tenaga ahli itu masih sangat terbatas. Makanya, Politeknik ATI Makassar harus mengembangkan sayapnya hingga ke Pulau Jawa dan Sumatera, untuk membangun kelas-kelas D1 operator perawatan mesin dan peralatan,” paparnya.
Langkah strategis itu dijalankan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan industri, seperti PT Petrokimia Gresik dan PT Semen Baturaja. Selain itu, guna lebih meningkatkan kompetensi Politeknik ATI Makassar, Kemenperin cukup banyak mendatangkan peralatan praktik terbaru sejak 2019.
“Terutama peralatan-peralatan yang terkait dengan proses penggunaan robotik. Apalagi, Politeknik ATI Makassar akan masuk program satelit dari PIDI 4.0 yang ada di Jakarta. Jadi, untuk digital manufaktur dan robotiknya akan dibuat showcase-nya di ATI Makassar, sehingga bisa menjadi capability center dan juga dapat mempelajari tentang konsep industri 4.0 di dalam proses manufaktur,” tutur Eko.
Eko optimistis, berbagai upaya tersebut memudahkan transformasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten ke arah digitalisasi.
“Selain mendapat bekal kemampuan teknik manufaktur yang dasar, seperti mengelas, para mahasiswa juga belajar desain dan merakit mesin dan peralatan melalui aplikasi digital,” imbuhnya.
Bahkan menariknya, para lulusan Politeknik ATI Makassar tidak hanya mendapat ijazah saja, tetapi juga sertifikasi kompetensi. Setiap tahun, politeknik tersebut mampu meluluskan sebanyak 450 lulusan dari tingkat D3 dan D1.
Mereka semua langsung terserap kerja karena adanya kerja sama dengan sejumlah perusahaan industri.
Sementara itu, dalam upaya menumbuhkan wirausaha industri baru, BDI Makassar memiliki kompetensi untuk memberikan pelatihan mengenai pengolahan hasil laut dan perikanan serta pengolahan hasil perkebunan.
“Contohnya untuk pengolahan ikan dan kakao, kami punya fasilitas yang lengkap, mulai dari proses produksi hingga membuat kemasan,” ungkapnya.
Eko berharap, para peserta diklat tersebut dapat menjadi wirausaha baru di wilayahnya masing-masing, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Melalui pelatihan yang kami berikan, bisa semakin meningkatkan daya saing usaha mereka. Misalnya, ada salah satu peserta dari Balikpapan, yang ingin membuat desain kemasan produknya lebih menarik sehingga punya nilai jual yang tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Dongkrak produktivitas, Kemenperin akselerasi kebijakan strategis
Baca juga: Kemenperin identifikasi dampak virus corona terhadap impor bahan baku
Baca juga: Kemenperin: Investasi sektor manufaktur capai Rp216 triliun pada 2019
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: