Soal korupsi, PKS: Jangan kutuk kegelapan tapi hadirkan lilin cahaya
7 Februari 2020 18:04 WIB
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera (tengah) bersama Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Din Syamsuddin (kiri) saat berbicara dalam diskusi “Indonesia Maju, Prasyarat Nirkorupsi” di Warung Jati, Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2020). (ANTARA/ Abdu Faisal)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengomentari kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.
Menurut Mardani, kendati persoalan tersebut penting untuk segera diselesaikan, namun masyarakat harus tetap berpikir sistematis dan logis agar tidak terperangkap jebakan ideologi radikal seperti halnya yang dialami pergerakan Islamic State Iraq and Syria (ISIS).
"Jangan kutuk kegelapan tapi hadirkan sebatang lilin nanti akan ada cahaya," ujar Mardani saat menghadiri diskusi Indonesia Maju, Prasyarat nirkorupsi di Warung Jati, Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat.
Baca juga: Din Syamsuddin: Indonesia yang maju ditandai tidak adanya korupsi
Baca juga: Imam Nahrawi segera disidangkan
Mardani khawatir apabila masyarakat cenderung berpikiran simpel dan menggampangkan persoalan, maka yang terjadi adalah dorongan untuk menerapkan ideologi radikal seperti ISIS di Indonesia.
Sebab, gerakan memerangi korupsi adalah suatu gerakan jihad namun pendekatan untuk mencapainya terkadang tidak bisa hanya mengandalkan sentimen keagamaan.
"Enggak bisa cuma pakai akhlak dan jihad, tapi sistemnya mana? Peraturannya mana, sumber dayanya mana begitu," kata Mardani.
Dalam acara tersebut, anggota Komisi II DPR RI itu memberikan apresiasi pada kinerja Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam memerangi korupsi.
"Saya kagum dengan ICW, saya usul emak-emak datang ke ICW lah supaya bisa melihat cara bekerja mereka bagaimana," kata Mardani kepada audiens yang menghadiri acara yang dirancang Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) tersebut.
Menurut Mardani, ICW bekerja dengan data yang terukur dan sistematis sehingga apabila ingin melakukan advokasi dan pembelaan, tidak dapat dibantah dengan mudah.
Kendati, cara kerja seperti itu harus dipelajari namun Mardani mengatakan bahwa kunci sebuah pergerakan seperti yang dilakukan ICW adalah ketekunan.
"Saya juga kagum dengan aksi Kamisan. Teman-teman aksi Kamisan di depan Istana Negara sudah sepuluh tahun lebih setiap hari Kamis tetap tekun memperjuangkan kasus pelanggaran HAM yang keluarganya alami. Sementara kita tidak tekun, selesai acara ya selesai, balik-balik tidak ada solusi," kata Mardani.
Ia percaya penanganan korupsi di Indonesia kuncinya adalah ketekunan. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pergerakan pemberantasan korupsi di masyarakat dimulai dari hal-hal yang kecil.
"Jadi mulai saat ini, mulai dari hal kecil. Kalau saya suka ingat Aa Gym dengan semboyan 3M-nya itu yaitu mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang. Itu yang kita terapkan. Kalau mau advokasi, silakan advokasi. Lakukanlah yang kita bisa," kata Mardani.
Baca juga: Ketua Majelis Syuro PKS silaturahim kebangsaan dan kebudayaan di Bali
Baca juga: FPKS-F Demokrat serahkan usulan bentuk Pansus Jiwasraya
Baca juga: Riset INSIS: PKS paling efektif di media massa, Golkar kuasai isu
Menurut Mardani, kendati persoalan tersebut penting untuk segera diselesaikan, namun masyarakat harus tetap berpikir sistematis dan logis agar tidak terperangkap jebakan ideologi radikal seperti halnya yang dialami pergerakan Islamic State Iraq and Syria (ISIS).
"Jangan kutuk kegelapan tapi hadirkan sebatang lilin nanti akan ada cahaya," ujar Mardani saat menghadiri diskusi Indonesia Maju, Prasyarat nirkorupsi di Warung Jati, Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat.
Baca juga: Din Syamsuddin: Indonesia yang maju ditandai tidak adanya korupsi
Baca juga: Imam Nahrawi segera disidangkan
Mardani khawatir apabila masyarakat cenderung berpikiran simpel dan menggampangkan persoalan, maka yang terjadi adalah dorongan untuk menerapkan ideologi radikal seperti ISIS di Indonesia.
Sebab, gerakan memerangi korupsi adalah suatu gerakan jihad namun pendekatan untuk mencapainya terkadang tidak bisa hanya mengandalkan sentimen keagamaan.
"Enggak bisa cuma pakai akhlak dan jihad, tapi sistemnya mana? Peraturannya mana, sumber dayanya mana begitu," kata Mardani.
Dalam acara tersebut, anggota Komisi II DPR RI itu memberikan apresiasi pada kinerja Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam memerangi korupsi.
"Saya kagum dengan ICW, saya usul emak-emak datang ke ICW lah supaya bisa melihat cara bekerja mereka bagaimana," kata Mardani kepada audiens yang menghadiri acara yang dirancang Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) tersebut.
Menurut Mardani, ICW bekerja dengan data yang terukur dan sistematis sehingga apabila ingin melakukan advokasi dan pembelaan, tidak dapat dibantah dengan mudah.
Kendati, cara kerja seperti itu harus dipelajari namun Mardani mengatakan bahwa kunci sebuah pergerakan seperti yang dilakukan ICW adalah ketekunan.
"Saya juga kagum dengan aksi Kamisan. Teman-teman aksi Kamisan di depan Istana Negara sudah sepuluh tahun lebih setiap hari Kamis tetap tekun memperjuangkan kasus pelanggaran HAM yang keluarganya alami. Sementara kita tidak tekun, selesai acara ya selesai, balik-balik tidak ada solusi," kata Mardani.
Ia percaya penanganan korupsi di Indonesia kuncinya adalah ketekunan. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pergerakan pemberantasan korupsi di masyarakat dimulai dari hal-hal yang kecil.
"Jadi mulai saat ini, mulai dari hal kecil. Kalau saya suka ingat Aa Gym dengan semboyan 3M-nya itu yaitu mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang. Itu yang kita terapkan. Kalau mau advokasi, silakan advokasi. Lakukanlah yang kita bisa," kata Mardani.
Baca juga: Ketua Majelis Syuro PKS silaturahim kebangsaan dan kebudayaan di Bali
Baca juga: FPKS-F Demokrat serahkan usulan bentuk Pansus Jiwasraya
Baca juga: Riset INSIS: PKS paling efektif di media massa, Golkar kuasai isu
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: