Pascabanjir bandang, siswa MI di Lebak-Banten belajar di tenda darurat
5 Februari 2020 17:55 WIB
Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar Desa Seupang, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terpaksa melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di tenda darurat pasca-banjir bandang awal tahun 2020. (FOTO ANTARA/Mansyur Suryana)
Lebak, Banten (ANTARA) - Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar, Desa Seupang Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terpaksa melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di tenda darurat pascabanjir bandang awal tahun 2020.
"Meski kondisi seperti ini serba darurat, namun KBM tetap dilakukan penuh semangat," kata Anita, seorang guru MI Matlhaul Anwar saat ditemui di tenda pengungsi warga korban banjir bandang di Kampung Seupang, Kabupaten Lebak, Rabu.
Selama ini, kata dia, proses KBM berjalan lancar tanpa hambatan maupun kendala, bahkan anak-anak masuk sekolah dengan tepat waktu.
Walaupun mereka tinggal di tenda pengungsian, katanya, namun untuk mengikuti KBM penuh semangat dan tidak ditemukan siswa bolos dan malas.
"Kami minta anak-anak tetap harus belajar dan tidak menjadikan halangan adanya bencana alam itu," katanya.
Menurut dia, jumlah siswa di MI Mathlaul Anwar tercatat sebanyak 49 siswa dan semua warga Kampung Seupang yang luluh lantak diterjang banjir bandang.
Mereka warga harus kehilangan tempat tinggal sebanyak 39 rumah dan kini tinggal di 50 tenda pengungsian dengan jumlah 70 kepala keluarga (KK) dan 290 jiwa.
Saat ini, anak-anak menerima pendidikan di MI itu dipadukan antara kurikulum pendidikan nasional dan pendidikan agama Islam.
Kurikulum pendidikan nasional antara lain Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, IPA, PPKN dan sejarah, sedangkan kurikulum pendidikan agama Islam diantaranya Bahasa Arab, Sejarah Islam, Fiqh, ilmu Hadis dan Akhlak.
"Kami berharap melalui pendidikan nasional dan agama Islam untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter," kata Anita.
Sementara itu, Anisa, siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar mengaku bahwa dirinya mengikuti KBM di tenda tidak nyaman karena cukup panas di siang hari juga merasa pegal-pegal karena belajar tanpa bangku dan kursi.
Kendati demikian, dirinya tetap semangat belajar untuk persiapan ujian akhir nanti.
"Kami berharap bisa belajar di tempat yang lebih nyaman dan aman," kata Nisa.
Sedangkan Alamat, seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan pendidikan MI Mathlaul Anwar adalah satu-satunya lembaga pendidikan setara SD yang ada di wilayahnya, sehingga anak-anak bisa menerima pendidikan dengan baik.
Pendirian MI itu sejak tahun 1950-an dan banyak alumni peserta didiknya berhasil menjadi PNS, TNI, Polri hingga pengusaha.
Namun, alumninya itu tersebar di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat hingga Sumatera.
"Kami berharap pekan depan anak-anak MI itu bisa mengikuti KBM di tempat yang baru, karena saat ini tengah dikerjakan pembangunan sementara melalui bantuan sukarelawan," kata Alamat.
Baca juga: Stok bahan pokok di pengungsian korban banjir Lebak menipis
Baca juga: Warga korban banjir di Lebak dambakan rumah hunian sementara
Baca juga: Warga pengungsi bencana banjir bangun sarana ibadah
Baca juga: Menteri PUPR perhatikan kebutuhan air bersih korban banjir Lebak
"Meski kondisi seperti ini serba darurat, namun KBM tetap dilakukan penuh semangat," kata Anita, seorang guru MI Matlhaul Anwar saat ditemui di tenda pengungsi warga korban banjir bandang di Kampung Seupang, Kabupaten Lebak, Rabu.
Selama ini, kata dia, proses KBM berjalan lancar tanpa hambatan maupun kendala, bahkan anak-anak masuk sekolah dengan tepat waktu.
Walaupun mereka tinggal di tenda pengungsian, katanya, namun untuk mengikuti KBM penuh semangat dan tidak ditemukan siswa bolos dan malas.
"Kami minta anak-anak tetap harus belajar dan tidak menjadikan halangan adanya bencana alam itu," katanya.
Menurut dia, jumlah siswa di MI Mathlaul Anwar tercatat sebanyak 49 siswa dan semua warga Kampung Seupang yang luluh lantak diterjang banjir bandang.
Mereka warga harus kehilangan tempat tinggal sebanyak 39 rumah dan kini tinggal di 50 tenda pengungsian dengan jumlah 70 kepala keluarga (KK) dan 290 jiwa.
Saat ini, anak-anak menerima pendidikan di MI itu dipadukan antara kurikulum pendidikan nasional dan pendidikan agama Islam.
Kurikulum pendidikan nasional antara lain Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, IPA, PPKN dan sejarah, sedangkan kurikulum pendidikan agama Islam diantaranya Bahasa Arab, Sejarah Islam, Fiqh, ilmu Hadis dan Akhlak.
"Kami berharap melalui pendidikan nasional dan agama Islam untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter," kata Anita.
Sementara itu, Anisa, siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar mengaku bahwa dirinya mengikuti KBM di tenda tidak nyaman karena cukup panas di siang hari juga merasa pegal-pegal karena belajar tanpa bangku dan kursi.
Kendati demikian, dirinya tetap semangat belajar untuk persiapan ujian akhir nanti.
"Kami berharap bisa belajar di tempat yang lebih nyaman dan aman," kata Nisa.
Sedangkan Alamat, seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan pendidikan MI Mathlaul Anwar adalah satu-satunya lembaga pendidikan setara SD yang ada di wilayahnya, sehingga anak-anak bisa menerima pendidikan dengan baik.
Pendirian MI itu sejak tahun 1950-an dan banyak alumni peserta didiknya berhasil menjadi PNS, TNI, Polri hingga pengusaha.
Namun, alumninya itu tersebar di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat hingga Sumatera.
"Kami berharap pekan depan anak-anak MI itu bisa mengikuti KBM di tempat yang baru, karena saat ini tengah dikerjakan pembangunan sementara melalui bantuan sukarelawan," kata Alamat.
Baca juga: Stok bahan pokok di pengungsian korban banjir Lebak menipis
Baca juga: Warga korban banjir di Lebak dambakan rumah hunian sementara
Baca juga: Warga pengungsi bencana banjir bangun sarana ibadah
Baca juga: Menteri PUPR perhatikan kebutuhan air bersih korban banjir Lebak
Pewarta: Mansyur Suryana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: