Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior yang segera menapaki karir baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu punya gaya tersendiri untuk menunjukkan 100 persen cintanya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mari Elka Pangestu dalam media visit ke Redaksi Kantor Berita Antara di Jakarta, Rabu, memilih kalimat 100 persen cinta saat ditanya penggambarannya tentang NKRI.

“100 persen cinta. Karena saya waktu menjadi Mendag dan Menparekraf kita munculkan karena waktu itu banyak wacana, oke kita harus dorong produk dalam negeri, semua dalam negeri saya pikir ya tapi kita juga harus punya produk berkualitas. Maka kita munculkan tema 100 persen cinta Indonesia,” kata mantan Mendag dan Menparekraf itu.

Putri ekonom kenamaan J. Panglaykim itu mengatakan nyatanya gerakan 100 persen cinta itu mampu mendongkrak penjualan produk dalam negeri.

Bahkan lebih dari itu, gerakan tersebut terimplementasikan dalam semua level.

“Ternyata itu bisa untuk produk, bisa untuk negara, bisa untuk wisata, ternyata itu sangat kena di semua level kita bisa bicara batik atau makanan itu bisa teraplikasi ke negara misalnya waktu bom Bali, bom Marriot itu ternyata semua orang bersatu kita nggak mau dikalahkan terorisme, kita nggak mau dicap yang rawan terhadap teroris dan dikaitkan Islam, dan sangat tidak benar,” katanya.

Perempuan yang lahir pada 23 Oktober 1956 itu menambahkan ketika itu kemudian berkembang gerakan untuk bersatu dengan satu pesan 100 persen cinta Indonesia.

“Kita orang Indonesia dan 100 persen cinta Indonesia. Kita pakai batik karena saya bangga jadi orang Indonesia dan menunjukkan kebanggaan itu dengan pakai batik,” katanya.

Mari Pangestu sendiri terkenal sebagai sosok yang banyak mengenakan pakaian tradisional khas Indonesia dalam berbagai kesempatan bahkan saat menghadiri forum-forum internasional.

Menurut dia, hal itu bisa menjadi simbol sekaligus diplomasi untuk menunjukkan kekuatan Indonesia yang sebenarnya.

“Ini mungkin ada simbolnya tapi ini adalah kekuatan kita sebenarnya dan jangan sampai kita kehilangan. Kekuatan bisa dijaga dengan berbagai cara termasuk kesamaan dalam urusan busana, mencintai makanan Indonesia bisa dilihat makanan Indonesia berkembang itu salah satu dampak positif ekonomi kreatif kuliner,” katanya.

Ia berpendapat ekonomi kreatif juga memungkinkan orang mengenal bakso malang ataupun kue lapis melalui e-commerce.

“Dan informasi tersebar kita bukan hanya mengenal makanan dan busana di daerah kita tapi daerah lain itu bagian dari kebersamaan dan kesatuan Indonesia,” kata Mari Pangestu.

Baca juga: Cara Mari Pangestu hadapi kritikan pedas

Baca juga: Cerita Mari Pangestu pernah ingin jadi wartawan

Baca juga: Sukses mengajar versi Mari Pangestu