Rumah warga terancam longsor akibat aktivitas tambang
4 Februari 2020 17:13 WIB
Lokasi tambang batu di atas perkampungan yang dapat mengancam keselamatan puluhan warga Kampung Rawagede, Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, masih beroperasi meskipun sudah dikeluhkan ke dinas terkait. ANTARA/Ahmad Fikri
Cianjur (ANTARA) - Puluhan rumah warga di Kampung Rawagede, Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, terancam longsor akibat aktivitas tambang batu yang terletak di atas perkampungan yang diduga tidak berizin namun masih beroperasi.
"sejak adanya aktivitas tambang batu di wilayah kami ini, membuat air sumur warga menjadi keruh. Keberadaan tambang yang diduga tidak memiliki izin tersebut, mengancam perkampungan warga," kata Saepudin tokoh warga pemilik yayasan pendidikan pada wartawan Selasa.
Baca juga: Polda Babel tangkap lima penambang liar
Puluhan kepala keluarga di kampung tersebut, ungkap dia, telah mengeluhkan terkait tambang tersebut di dinas terkait melalui pihak desa dan kecamatan karena takut longsor dapat terjadi kapanpun.
"Lokasi tebing yang terpisah 100 meter dari perkampungan kerap bergerak ketika tambang sedang beroperasi, sehingga rentan terjadi longsor yang dapat mengancam puluhan rumah warga," katanya.
Baca juga: Gubernur Banten bentuk tim berantas tambang emas liar di Lebak
Pihaknya mendesak dinas terkait di Pemkab Cianjur, segera turun ke lokasi dan menutup tambang batu yang lokasinya terus meluas dan berharap penanaman pohon kembali oleh pengelola untuk menghindari terjadinya bencana alam.
Baca juga: Menteri LHK: Perambahan hutan ilegal dan tambang liar sebabkan banjir
Pjs Kepala Desa Cimenteng, Rudiana Nasusa, mengatakan aktivitas tambang batu yang dikelola PT Watu tidak memiliki izin karena sudah habis sejak tahun 2018, bahkan lokasi yang digarap bukan peruntukanya.
"Kami sudah mendatangi pihak perusahaan untuk menanyakan terkait aktivitas pertambangan di bagian gunung yang mengarah ke pemukiman. Bahkan kami sudah meminta pihak perusahaan menghentikan aktifitas," katanya.
Pihaknya juga meminta pihak perusahaan untuk menanami kembali lahan yang sudah tidak digarap dengan pohon keras untuk menghindari terjadinya bencana yang dapat menelan korban jiwa warga di bawah tambang.
"sejak adanya aktivitas tambang batu di wilayah kami ini, membuat air sumur warga menjadi keruh. Keberadaan tambang yang diduga tidak memiliki izin tersebut, mengancam perkampungan warga," kata Saepudin tokoh warga pemilik yayasan pendidikan pada wartawan Selasa.
Baca juga: Polda Babel tangkap lima penambang liar
Puluhan kepala keluarga di kampung tersebut, ungkap dia, telah mengeluhkan terkait tambang tersebut di dinas terkait melalui pihak desa dan kecamatan karena takut longsor dapat terjadi kapanpun.
"Lokasi tebing yang terpisah 100 meter dari perkampungan kerap bergerak ketika tambang sedang beroperasi, sehingga rentan terjadi longsor yang dapat mengancam puluhan rumah warga," katanya.
Baca juga: Gubernur Banten bentuk tim berantas tambang emas liar di Lebak
Pihaknya mendesak dinas terkait di Pemkab Cianjur, segera turun ke lokasi dan menutup tambang batu yang lokasinya terus meluas dan berharap penanaman pohon kembali oleh pengelola untuk menghindari terjadinya bencana alam.
Baca juga: Menteri LHK: Perambahan hutan ilegal dan tambang liar sebabkan banjir
Pjs Kepala Desa Cimenteng, Rudiana Nasusa, mengatakan aktivitas tambang batu yang dikelola PT Watu tidak memiliki izin karena sudah habis sejak tahun 2018, bahkan lokasi yang digarap bukan peruntukanya.
"Kami sudah mendatangi pihak perusahaan untuk menanyakan terkait aktivitas pertambangan di bagian gunung yang mengarah ke pemukiman. Bahkan kami sudah meminta pihak perusahaan menghentikan aktifitas," katanya.
Pihaknya juga meminta pihak perusahaan untuk menanami kembali lahan yang sudah tidak digarap dengan pohon keras untuk menghindari terjadinya bencana yang dapat menelan korban jiwa warga di bawah tambang.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: