Virus penyebab bayi macan tutul mati di Kebun Binatang Kasang Kulim
4 Februari 2020 09:56 WIB
Seekor bayi leopard (Panthera Sp.) atau macan tutul berada di kandang penitipan di Kebun Bintang Kasang Kulim, Riau, Senin (16/12/2019). Polda Riau menyita seekor bayi leopard, 58 kura-kura Indian Star dan empat ekor bayi singa afrika dalam pengungkapan kasus perdagangan satwa, serta berhasil meringkus dua orang tersangka anggota jaringan sindikat internasional perdagangan satwa dilindungi. (FOTO ANTARA/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengungkap penyebab kematian bayi macan tutul atau leopard, yang merupakan barang bukti kasus penyelundupan satwa, di Kebun Binatang Kasang Kulim adalah akibat sakit.
Dokter Hewan BBKSDA Riau, Rini Deswita di Pekanbaru, Selasa, mengatakan penyebab kematian satwa yang belum berusia satu tahun itu didapatkan setelah melakukan proses nekropsi atau bedah bangkai. Hasilnya menunjukkan bahwa leopard tersebut mati akibat virus parpovirus.
"Hasil pemeriksaan setelah nekropsi diketahui leopard tersebut akibat penyakit panleukopenia yang disebabkan oleh virus parpovirus," kata Rini.
Menurut dia, penyakit tersebut menyerang bagian pencernaan dan ketika kondisi parah juga bisa menyebar ke saluran pernafasan korbannya.
"Virus ada disetiap makhluk hidup dan akan menyerang kalau daya tahan badan berkurang," katanya.
Ia mengatakan tim medis BBKSDA Riau sudah melakukan sejumlah tindakan untuk menyelamatkan bayi leopard tersebut.
Disebutkannya bahwa ketika leopard mulai mengalami muntah dan hilang nafsu makan, tim medis langsung memberikan infus pada tanggal 30 Januari. Tujuannya untuk menghindari dehidrasi dan mengganti asupan makanan yang kurang ke tubuh leopard.
Namun, ia mengatakan pada tanggal 31 Januari kondisi leopard makin menurun ditandai dengan hilangnya nafsu makan dan muntah-muntah.
"Sekitar pukul 17.00 WIB, kondisinya kembali turun, lemas, banyak berbaring, kurang lincah dan sesak nafas. Sekitar pukul 17.30 WIB, (nyawa) tidak tertolong lagi," kata Rini Deswita.
Bayi leopard tersebut diselamatkan Ditreskrimsus Polda Riau dari tangan sindikat perdagangan satwa dilindungi, di Pekanbaru pada 14 Desember 2019. Selain Leopard, polisi juga menyelamatkan empat ekor bayi singa afrika berusia 4-6 bulan dan 58 kura-kura Indian Star.
Polisi juga sudah menangkap dua orang pelaku yang diduga terlibat perdagangan satwa tersebut.
Seluruh satwa endemik Afrika tersebut kemudian dititipkan di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar. Bayi Leopard ditempatkan di kandang terpisah dan diberi minum susu menggunakan botol.
Baca juga: Bayi macan tutul selundupan mati di Kebun Binatang Kasang Kulim
Baca juga: Riau jadi pintu penyelundupan satwa sindikat internasional
Baca juga: Populasi macan tutul di Gunung Prangrango terancam punah
Baca juga: Macan Tutul terekam kamera di kawasan Taman Nasional Bromo
Dokter Hewan BBKSDA Riau, Rini Deswita di Pekanbaru, Selasa, mengatakan penyebab kematian satwa yang belum berusia satu tahun itu didapatkan setelah melakukan proses nekropsi atau bedah bangkai. Hasilnya menunjukkan bahwa leopard tersebut mati akibat virus parpovirus.
"Hasil pemeriksaan setelah nekropsi diketahui leopard tersebut akibat penyakit panleukopenia yang disebabkan oleh virus parpovirus," kata Rini.
Menurut dia, penyakit tersebut menyerang bagian pencernaan dan ketika kondisi parah juga bisa menyebar ke saluran pernafasan korbannya.
"Virus ada disetiap makhluk hidup dan akan menyerang kalau daya tahan badan berkurang," katanya.
Ia mengatakan tim medis BBKSDA Riau sudah melakukan sejumlah tindakan untuk menyelamatkan bayi leopard tersebut.
Disebutkannya bahwa ketika leopard mulai mengalami muntah dan hilang nafsu makan, tim medis langsung memberikan infus pada tanggal 30 Januari. Tujuannya untuk menghindari dehidrasi dan mengganti asupan makanan yang kurang ke tubuh leopard.
Namun, ia mengatakan pada tanggal 31 Januari kondisi leopard makin menurun ditandai dengan hilangnya nafsu makan dan muntah-muntah.
"Sekitar pukul 17.00 WIB, kondisinya kembali turun, lemas, banyak berbaring, kurang lincah dan sesak nafas. Sekitar pukul 17.30 WIB, (nyawa) tidak tertolong lagi," kata Rini Deswita.
Bayi leopard tersebut diselamatkan Ditreskrimsus Polda Riau dari tangan sindikat perdagangan satwa dilindungi, di Pekanbaru pada 14 Desember 2019. Selain Leopard, polisi juga menyelamatkan empat ekor bayi singa afrika berusia 4-6 bulan dan 58 kura-kura Indian Star.
Polisi juga sudah menangkap dua orang pelaku yang diduga terlibat perdagangan satwa tersebut.
Seluruh satwa endemik Afrika tersebut kemudian dititipkan di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar. Bayi Leopard ditempatkan di kandang terpisah dan diberi minum susu menggunakan botol.
Baca juga: Bayi macan tutul selundupan mati di Kebun Binatang Kasang Kulim
Baca juga: Riau jadi pintu penyelundupan satwa sindikat internasional
Baca juga: Populasi macan tutul di Gunung Prangrango terancam punah
Baca juga: Macan Tutul terekam kamera di kawasan Taman Nasional Bromo
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: