2020, GAPKI siap tingkatkan bauran B30
3 Februari 2020 19:11 WIB
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj
Jakarta (ANTARA) -- Ketua umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono menyatakan siap mendukung komitmen pemerintah untuk meningkatkan bauran biodiesel 30 persen atau B30 menjadi B40 pada 2020. Pasalnya, B30 telah sukses diterapkan di seluruh Indonesia per 1 Januari 2020.
"Saat ini, kami tengah mendiskusikan hal tersebut. Kami optimistis dapat mencapai target itu, mengingat pada 2020 ada perusahaan yang berkomitmen menambah kapasitas biodiesel," ungkapnya di Jakarta, Senin.
Joko melanjutkan, selain adanya komitmen untuk menambah kapasitas pengolahan biodiesel, juga tidak sedikit perusahaan kelapa sawit yang siap untuk membangun pabrik biodiesel. Dengan demikian, total volume produksi biodiesel pada 2020 diprediksi mendapat tambahan 3,6 juta kilo liter.
"Pada 2019, penggunaan biodiesel di pasar domestik sebesar 5,67 juta kilo liter, yang mampu menghemat impor solar hingga 3,8 miliar dolar AS. Jika pada 2020, volume biodiesel sampai 9,6 juta kilo liter, maka dapat menghemat sekitar 5,4 miliar dolar AS," tambahnya.
Di tengah positifnya tren pertumbuhan biodiesel, industri kelapa sawit masih harus menghadapi sejumlah tantangan dalam hal perluasan dan retensi pasar, yakni peningkatan kualitas produk biodiesel, melonjaknya kebutuhan transportasi bersertifikasi karena volume melonjak hingga 50 persen, dan tuntutan penambahan kapasitas pelabuhan.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menuturkan, seluruh pemangku kepentingan industri kelapa sawit, khususnya biodiesel, sepakat untuk memprioritaskan kebutuhan pasar domestik, sambil tetap menjaga laju ekspor ke pasar mancanegara.
"Dengan adanya perang dagang AS-Tiongkok dan tuntutan standar sustainability Uni Eropa, kami berharap pasar tetap stabil, walau kita semua tahu cenderung volatil," katanya.
Lebih lanjut, GAPKI dan segenap asosiasi industri kelapa sawit dan turunannya mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berfokus pada peningkatan produktivitas melalui penanaman kembali (replanting), mendorong percepatan implementasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), mendorong pengembangan ekspor, dan meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sawit Indonesia.
"Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang paling kontributif bagi perekonomian bangsa. Oleh karena itu, ini menjadi tugas semua pihak," tutupnya.
"Saat ini, kami tengah mendiskusikan hal tersebut. Kami optimistis dapat mencapai target itu, mengingat pada 2020 ada perusahaan yang berkomitmen menambah kapasitas biodiesel," ungkapnya di Jakarta, Senin.
Joko melanjutkan, selain adanya komitmen untuk menambah kapasitas pengolahan biodiesel, juga tidak sedikit perusahaan kelapa sawit yang siap untuk membangun pabrik biodiesel. Dengan demikian, total volume produksi biodiesel pada 2020 diprediksi mendapat tambahan 3,6 juta kilo liter.
"Pada 2019, penggunaan biodiesel di pasar domestik sebesar 5,67 juta kilo liter, yang mampu menghemat impor solar hingga 3,8 miliar dolar AS. Jika pada 2020, volume biodiesel sampai 9,6 juta kilo liter, maka dapat menghemat sekitar 5,4 miliar dolar AS," tambahnya.
Di tengah positifnya tren pertumbuhan biodiesel, industri kelapa sawit masih harus menghadapi sejumlah tantangan dalam hal perluasan dan retensi pasar, yakni peningkatan kualitas produk biodiesel, melonjaknya kebutuhan transportasi bersertifikasi karena volume melonjak hingga 50 persen, dan tuntutan penambahan kapasitas pelabuhan.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menuturkan, seluruh pemangku kepentingan industri kelapa sawit, khususnya biodiesel, sepakat untuk memprioritaskan kebutuhan pasar domestik, sambil tetap menjaga laju ekspor ke pasar mancanegara.
"Dengan adanya perang dagang AS-Tiongkok dan tuntutan standar sustainability Uni Eropa, kami berharap pasar tetap stabil, walau kita semua tahu cenderung volatil," katanya.
Lebih lanjut, GAPKI dan segenap asosiasi industri kelapa sawit dan turunannya mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berfokus pada peningkatan produktivitas melalui penanaman kembali (replanting), mendorong percepatan implementasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), mendorong pengembangan ekspor, dan meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sawit Indonesia.
"Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang paling kontributif bagi perekonomian bangsa. Oleh karena itu, ini menjadi tugas semua pihak," tutupnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020
Tags: