Perhutani lakukan identifikasi penyebab banjir bandang Jember
3 Februari 2020 05:35 WIB
Relawan memperbaiki jalan di bantaran Sungai Jompo/Kalijompo yang tergerus banjir bandang dari Pegunungan Argopuro di Desa Klungkung, Sukorambi, Jember, Jawa Timur, Minggu (2/2/2020). ANTARA FOTO/Seno/foc.
Surabaya (ANTARA) - Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Jember bersama Tim Perencanaan Hutan Wilayah V Jember mengidentifikasi data petak-petak hutan diduga sebagai hulu yang menjadi luapan air, pascabanjir bandang menerjang Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Jatim, Sabtu (1/2).
Dari hasil identifikasi tersebut, Administratur Perhutani KPH Jember Rukman Supriatna, mengatakan, hulu dari luapan air yang menerjang Kali Jompo terdapat di Gunung Argopuro bagian paling atas.
"Curah hujan yang tinggi di atas Gunung Argopuro tersebut airnya mengalir deras melalui areal Perkebunan PTPN XII Durjo dan hutan Perhutani petak 74, 59,-63 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Arjasa, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lereng Yang Timur," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Surabaya, Senin.
Ia menjelaskan jalur lintasan air berawal dari puncak Gunung Argopuro menuju kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan Perhutani serta kawasan Perkebunan PTPN XII Durjo.
"Kemudian masuk ke Kali Klungkung sepanjang 14,4 kilometer dan Kali Kemiri sepanjang 13,4 kilometer yang selanjutnya bermuara ke Kali Jompo sepanjang 11,6 kilometer," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim akan kunjungi lokasi banjir bandang di Jember
Menurut dia, luapan air tersebut menyusuri cekungan-cekungan aliran Kali Kemiri dan Kali Klungkung kemudian bermuara ke Kali Jompo dengan membawa material lumpur dan kayu-kayu yang mengarah sebagian ke kebun dan persawahan serta pemukiman.
Berdasarkan hasil identifikasi data berbasis citra, kata Rukman, tutupan lahan Perhutani pada petak-petak tersebut masih cukup baik.
"Dalam Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Bagian Hutan Lereng Yang Selatan periode 2017-2021 pada petak 74,59-63 merupakan kawasan hutan lindung seluas 4.704,4 hektare bertumbuhan rimba alam, seperti glintungan, sapen, bendo, apak, dan kopi yang tumbuh di bawah tegakan," ujarnya.
Ia melanjutkan kawasan hutan produksi hanya seluas 168,7 hektare dengan tumbuhan tanaman mahoni, micillia dan Multi Purpose Tree Species (MPTS).
Ketua Perkumpulan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (PLMDH) Jawa Timur Moh. Nurrohim saat dikonfirmasi di lokasi bekas banjir, menyampaikan tegakan hutan di wilayah Pangkuan Desa LMDH Anugerah Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi petak 62 seluas 113 hektare saat terjadinya banjir, kondisinya sangat baik, dan didominasi hutan produksi jenis mahoni sedang di hutan lindung lebih banyak tanaman jenis rimba campur.
"Tidak ada kegiatan tebangan tersebut baik legal maupun ilegal, termasuk kawasan tersebut tidak ada bekas kebakaran hutan, Besarnya volume air di Kali Jombo memang disebabkan curah hujan yang tinggi di Gunung Argopuro," katanya.
Baca juga: Seribu lebih rumah di Jember terendam banjir
Baca juga: Polres Jember pasang EWS banjir di tujuh titik
Dari hasil identifikasi tersebut, Administratur Perhutani KPH Jember Rukman Supriatna, mengatakan, hulu dari luapan air yang menerjang Kali Jompo terdapat di Gunung Argopuro bagian paling atas.
"Curah hujan yang tinggi di atas Gunung Argopuro tersebut airnya mengalir deras melalui areal Perkebunan PTPN XII Durjo dan hutan Perhutani petak 74, 59,-63 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Arjasa, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lereng Yang Timur," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Surabaya, Senin.
Ia menjelaskan jalur lintasan air berawal dari puncak Gunung Argopuro menuju kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan Perhutani serta kawasan Perkebunan PTPN XII Durjo.
"Kemudian masuk ke Kali Klungkung sepanjang 14,4 kilometer dan Kali Kemiri sepanjang 13,4 kilometer yang selanjutnya bermuara ke Kali Jompo sepanjang 11,6 kilometer," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim akan kunjungi lokasi banjir bandang di Jember
Menurut dia, luapan air tersebut menyusuri cekungan-cekungan aliran Kali Kemiri dan Kali Klungkung kemudian bermuara ke Kali Jompo dengan membawa material lumpur dan kayu-kayu yang mengarah sebagian ke kebun dan persawahan serta pemukiman.
Berdasarkan hasil identifikasi data berbasis citra, kata Rukman, tutupan lahan Perhutani pada petak-petak tersebut masih cukup baik.
"Dalam Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Bagian Hutan Lereng Yang Selatan periode 2017-2021 pada petak 74,59-63 merupakan kawasan hutan lindung seluas 4.704,4 hektare bertumbuhan rimba alam, seperti glintungan, sapen, bendo, apak, dan kopi yang tumbuh di bawah tegakan," ujarnya.
Ia melanjutkan kawasan hutan produksi hanya seluas 168,7 hektare dengan tumbuhan tanaman mahoni, micillia dan Multi Purpose Tree Species (MPTS).
Ketua Perkumpulan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (PLMDH) Jawa Timur Moh. Nurrohim saat dikonfirmasi di lokasi bekas banjir, menyampaikan tegakan hutan di wilayah Pangkuan Desa LMDH Anugerah Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi petak 62 seluas 113 hektare saat terjadinya banjir, kondisinya sangat baik, dan didominasi hutan produksi jenis mahoni sedang di hutan lindung lebih banyak tanaman jenis rimba campur.
"Tidak ada kegiatan tebangan tersebut baik legal maupun ilegal, termasuk kawasan tersebut tidak ada bekas kebakaran hutan, Besarnya volume air di Kali Jombo memang disebabkan curah hujan yang tinggi di Gunung Argopuro," katanya.
Baca juga: Seribu lebih rumah di Jember terendam banjir
Baca juga: Polres Jember pasang EWS banjir di tujuh titik
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: