Palu (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Global Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan bantuan berupa paket sandang kepada 325 Kepala Keluarga (KK) korban banjir rob di Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala.

"Ratusan paket sandang itu kami serahkan kepada para korban banjir rob pada Kamis (30/1) kemarin. Penyerahan bantuan dilakukan di salah satu masjid di wilayah itu dan kemudian dibagikan langsung di rumah-rumah warga," kata Penanggungjawab Program ACT Sulteng, Mustafa di Kantor ACT Sulteng di Palu, Jumat.

Ia menyebut bantuan paket sandang itu terdiri atas pakaian, handuk, selimut maupun pakaian dalam untuk pria dan wanita.

Ia menyatakan bantuan itu sangat layak diberikan karena selama ini tiap banjir rob terjadi, rumah warga di sana selalu diterjang banjir sebab letaknya tepat di bibir pantai.

“Mudah-mudahan bantuan ini dapat meringankan beban mereka yang selama ini menjadi korban banjir rob tersebut. Kami di ACT hingga saat ini masih terus bersama warga di Desa Lompio,” kata Mustafa.

Baca juga: ACT salurkan ratusan paket sandang untuk korban banjir Donggala

Baca juga: Pengungsi bencana Sulteng diimbau jaga dan rawat ICS bantuan ACT

Baca juga: Klub sepakbola divisi utama Jepang hibur pengungsi bencana Donggala


Ia mengungkapkan bahwa ACT tidak hanya menyalurkan paket sandang, namun juga telah membangun masjid permanen, pipanisasi untuk warga dan membangun sekolah permanen, khususnya di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala yang merupakan pusat gempa bermagnitudo 7,4 yang meluluhlantakkan Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala pada 28 September 2018 lalu.

Sukarelawan ACT Sulteng, Tri Eka Putri yang mendampingi korban banjir rob di Desa Lompio mengatakan banjir tersebut kerap melanda Desa Lompio setelah bencana 2018 lalu itu.

Saat ini korban banjir rob tersebut telah mengungsi ke dataran lebih tinggi. Namun, sebagian warga tetap memilih bertahan di rumah mereka.

“Ribuan warga Desa Lompio itu korban banjir rob. Mereka kini tinggal di pondok di kebun yang berada di dataran lebih tinggi dan sebagian memilih bertahan di rumah mereka yang terletak di bibir pantai," ujarnya.

Eka juga menambahkan banjir tidak hanya merendam rumah warga, tapi juga badan jalan.

"Akses jalur utama yang menghubungkan kabupaten Tolitoli dan Buol melalui jalan di desa itu tidak bisa dilalui saat banjir terjadi," katanya.*

Baca juga: Selama Ramadhan ACT targetkan Rp800 juta bangun masjid di Donggala

Baca juga: Putri: "Mama deng papa sudah di surga"

Baca juga: ACT kembali bangun hunian nyaman terpadu di Sigi