Palembang (ANTARA) - Perusahaan eksplorasi minyak dan gas asal Spanyol, Repsol menargetkan Blok Sakakemang di Kecamatan Bayung Lincir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, beroperasi pada 2023.

Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Jumat, mengatakan bahwa rencana Repsol ini tergolong cepat karena hanya lima tahun setelah penemuan sumber gas di Sakakemang yakni tepatnya pada Februari 2019.

“Informasi terbaru yang kami terima, tidak ada perubahan. Repsol akan memulai eksplorasi pada 2023 atau paling lambat 2024,” kata Dodi.

Dodi mengatakan saat ini Repsol masih melakukan eksplorasi di sekitar penemuan gas di Sumur Kaliberau II untuk semakin meyakinkan jumlah kandungan gas di kawasan tersebut.

Baca juga: Kelola Blok Rokan, Pertamina targetkan 20 sumur minyak

Rencananya, ia melanjutkan, Repsol akan memanfaatkan jalur yang sudah ada (eksisting) untuk membuat blok koridor seperti pada umumnya proses pengeboran migas.

“Pemkab sangat mendukung langkah-langkah yang diambil Repsol, dan sangat berharap eksplorasi segera terwujud,” kata dia.

Penemuan cadangan gas baru di Sumur Kaliberau 2 (KBD2X) Blok Sakakemang disebut-sebut sebagai penemuan terbesar ke empat di dunia pada periode 2018-2019.

Sumur KBD2X di Blok Sakakemang itu diperkirakan memiliki potensi kurang lebih 2 Tcf (trillion cubic feet), atau menjadi temuan terbaik dalam eksplorasi migas di Indonesia dalam kurun waktu 18 tahun.

Penemuan ini berkat keputusan Repsol melakukan pengeboran ke-2 di dalam Blok Sakakemang pada 20 Agustus 2018 dengan dibantu dua anggota konsorsium lainnya, yakni Petronas dan Mitsui Oil Exploration.

Pengerjaan Repsol di wilayah kerja Sakakemang ini dapat dilakukan setelah perusahaan tersebut berhasil membeli operator sebelumnya, Talisman, pada 2015.

Sumur eksplorasi kedua Repsol di Blok Sakakemang ini berlokasi sekitar 60 km dari lapangan gas raksasa Suban, Musi Banyuasin.

Pada awal Februari 2019, Repsol menemukan potensi cadangan gas pada kedalaman sumur 2430 MD.

“Keberhasilan sumur KBD2x akan membuka eksplorasi dari Sumatera Selatan hingga ke Sumatera bagian tengah,” kata Dodi.

Baca juga: Produksi minyak mentah Sumbagut akan lampaui target

Dalam waktu dekat, Dodi mengatakan pemkab akan berkoordinasi dengan SKK Migas untuk membuat peta jalan pengembangan potensi energi di Musi Banyuasin.

Pemda berharap Repsol dapat segera berproduksi dan memberdayakan warga sekitar sesuai bidang dan keahliannya.

Menurut Dodi, temuan tersebut tentu dapat menambah pendapatan negara untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, di samping menambah dana bagi hasil (DBH) migas bagi Muba sebagai daerah penghasil.

“DBH migas itu penting karena akan dimanfaatkan untuk pembangunan daerah Muba, hasil pengelolaan ini harus memberikan kontribusi positif bagi warga Muba,” kata dia.

Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) menjadi daerah penerima dana bagi hasil (DBH) sumber daya alam gas bumi terbesar di Indonesia. Pada 2018, Muba mendapat DBH Gas Bumi senilai Rp913,8 miliar. Sementara itu, dana bagi hasil pemerintah pusat mengalir ke Sumatera Selatan senilai Rp3,194 triliun.

Perekonomian Kabupaten Musi Banyuasin yang diukur menurut besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku 2018 sebesar Rp60,73 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp33 triliun atau lebih dari setengahnya berasal dari sektor pertambangan dan penggalian.