Palembang (ANTARA) - Penyakit gugur daun karet akibat jamur Pestalotiopsis sp yang sempat mewabah di sebagian besar perkebunan di Sumatera Selatan mulai terkendali dengan ditandai adanya peningkatan produksi getah dalam satu bulan terakhir.

Peneliti Pusat Penelitian Karet Sumbawa, Banyuasin, Sumatera Selatan, Tri Rapani Febbiyanti yang dihubungi dari Palembang, Kamis, mengatakan produksi getah karet mulai normal setelah sempat terjadi penurunan produksi getah 30 persen hingga 50 persen.

“Saat ini kondisi tanaman karet mulai membaik, sudah mulai rindang kembali dengan ditandai daun-daun baru sudah tumbuh,” kata dia.

Baca juga: Produksi karet Sumsel melorot 60 persen akibat penyakit gugur daun

Ia mengatakan sebelumnya di kawasan perkebunan karet Sumbawa seluas 1.500 hektare terpapar penyakit gugur daun hingga 90 persen.

“Puncaknya saat musim kemarau tahun lalu karena ada gugur daun alami juga. Kanopi (tutupan daun) tinggal 10 persen saja dan tanaman benar-benar merangas,” kata dia.

Namun, ia mengatakan, kondisi baik saat ini jangan membuat lengah karena Sumsel belum lepas dari ancaman penyakit gugur daun ini.

Ia merujuk Provinsi Jambi karena saat ini justru sedang terjadi penyebaran penyakit gugur daun.

“Justru di Jambi saat ini sedang outbreak, (menyebar), malahan di saat musim penghujan seperti ini yang berbahaya. Penyebaran cepat dan mudah karena melalui udara karena spora diterbangkan angin,” kata dia.

Sebenarnya, Pusat Penelitian Sumbawa sudah mendekteksi adanya penyakit gugur daun ini sejak menerima laporan dari petani pada November 2017, lalu diketahui pada Februari 2018 sudah terjadi pengurangan kanopi sekitar 70 persen.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengolahan Hasil Rudi Aprian mengatakan penyakit gugur daun ini sempat mempengaruhi produksi getah karet Sumsel yang turun hingga 50 persen.

“Kini kondisi sudah membaik, sudah ada peningkatan produksi karet sejak sebulan terakhir,” kata dia.

Menurutnya, upaya yang dilakukan pemerintah terbilang efektif untuk menanggani wabah penyakit gugur daun ini.

Dinas Perkebunan Sumsel memberikan bantuan pupuk untuk 4.000 hektare (ha) kebun karet yang tersebar di tujuh kabupaten.

Ketujuh kabupaten tersebut merupakan sentra karet, yakni Banyuasin seluas 600 ha, Musi Banyuasin 600 ha, Ogan Komering Ilir (OKI) 500 ha, Muara Enim 600 ha, Ogan Ilir 600 ha, Ogan Komering Ulu (OKU) 500 ha dan Kabupaten Musi Rawas 600 ha.

Namun demikian, ia menambahkan, upaya pencegahan dan penanggulangan tidak cukup dengan bantuan pupuk.

“Yang paling efektif adalah dengan gerakan pembersihan gulma secara massal, karena kalau kebun sebelahnya tidak dibersihkan maka inangnya akan kembali lagi. Petani yang kami datangi banyak menerapkan ini dengan membuat lubang di samping tanaman karetnya,” jelas Rudi.

Penyakit gugur daun ini sudah mewabah pada 2019 dengan memapar sebagian besar perkebunan karet di Sumsel dengan luas total 1,3 juta hektare dengan produksi sekitar satu juta ton karet per tahun.

Baca juga: Gapkindo: Perkebunan karet bisa lenyap akibat penyakit gugur daun
Baca juga: Kementan: Harga karet turun picu wabah gugur daun