Bandung (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi berharap seluruh proyek penanganan banjir di kawasan Cekungan Bandung, yang ada di hulu Sungai Citarum dapat selesai dalam waktu yang cepat dan jika hal itu terealisasi, maka pembangunan proyek di hilir Sungai Citarum akan dimulai.

"Kita harapkan dengan selesainya itu, hulunya bisa diselesaikan kemudian kita akan masuk ke hilirnya yang paling bawah," kata Presiden Jokowi seusai meresmikan Terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung, Rabu.

Pembangunan Terowongan Nanjung merupakan salah satu upaya pemerintah guna membenahi Sungai Citarum.

Pemerintah pusat mengambil alih pembangunan terowongan tersebut pada 2018 sebagai bagian dari pembenahan Sungai Citarum dari hulu ke hilir dalam program Citarum Harum.

Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung
Baca juga: Menteri PUPR: Terowongan Nanjung berdampak kurangi banjir Dayeuhkolot

Presiden mengatakan, setelah Terowongan Nanjung, sejumlah infrastruktur pengendali banjir di cekungan Bandung akan kembali dilakukan mulai dari embung, kolam retensi, sampai floodway atau sodetan.

"Ini upaya kita dalam rangka mengatasi genangan banjir yang ada di Kabupaten Bandung dan juga di bawahnya. Jadi program besarnya kita baru menyelesaikan yang di hulu, itu pun belum selesai," kata dia.

"Jadi di sini kalau Terowongan Nanjung rampung, retensi di Cieunteung, Gedebage, Andir, dan Cisangkuy sudah selesai 100 persen, maka genangan ini akan betul-betul terkurangi banyak," lanjut Presiden.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR), Terowongan Nanjung memiliki panjang 230 meter dan diameter delapan meter.

Terowongan mampu meningkatkan kapasitas Sungai Citarum dari 570 meter kubik/detik menjadi 669 meter kubik/detik.

Adapun Terowongan Nanjung menjadi bagian dari Sistem Pengendalian Banjir Sungai Citarum.

Berada di Curug Jompong, terowongan tersebut akan mempercepat arus air Sungai Citarum dengan begitu, genangan banjir di cekungan Bandung akan lebih cepat surut dan berkurang.

Baca juga: Pemulihan DAS Citarum butuh 24 juta bibit pohon
Baca juga: Kepala BNPB ajak masyarakat menjaga ekosistem Sungai Citarum


Salah satu upaya

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Kang Emil mengatakan, Terowongan Nanjung menjadi salah satu upaya untuk menyelesaikan banjir di kawasan Bandung Selatan.

"Berkat Terowongan Nanjung dan Curug Jompong ini biasanya area terdampak banjir itu sekitar 490 km persegi, tahun ini hanya 80 km persegi. Artinya, banjir betul masih ada, tapi pengurangannya sangat signifikan," kata Kang Emil.

"Warga terdampak, baik yang tetap tinggal di rumah dan mengungsi, kalau dulu rutin sekitar 159.000 warga yang terdampak sekarang turun menjadi sekitar 70.000 sekian warga terdampak. Jadi, sudah turun setengahnya," imbuhnya.

Kang Emil menambahkan, selain Terowongan Nanjung, pemerintah akan membangun sejumlah infrastruktur pengendali banjir. Salah satunya adalah Floodway Cisangkuy.

"Terowongan Nanjung dan Curug Jompong ini baru seperempat kekuatan dalam menyelesaikan masalah banjir. Tiga per-empatnya masih berproses yaitu Sodetan Sungai Cisangkuy yang biasa menyuplai banjir, itu kalau Oktober 2020 selesai akan membelokkan aliran menjauhi Dayeuhkolot hampir 95 persen," katanya.

"Yang kedua, kita persiapan pembuatan danau retensi di daerah Andir melengkapi dua danau retensi yang sudah dibangun di Cieunteung dan Gedebage. Ketiganya, ada enam lokasi folder banjir yang akan dibangun 2020," kata dia.

"Insya Allah kalau tiga kegiatan ini berhasil dan lancar di akhir tahun maka akan melengkapi kekuatan Curug Jompong menjadi empat per-empat," lanjut Kang Emil.

Baca juga: Kanal-kanal pengendali banjir Jakarta
Baca juga: Intip cara Anies kelola sampah di Jakarta