Chicago (ANTARA) - Harga emas berbalik turun dari keuntungan sebelumnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena pasar ekuitas rebound menyusul data ekonomi AS yang positif, sementara dolar AS menguat mendekati tertinggi dua bulan menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun 7,60 dolar AS atau 0,5 persen, menjadi menetap di 1.569,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, emas berjangka naik 5,50 dolar AS atau 0,3 persen menjadi ditutup di 1.577,40 dolar AS per ounce.

Baca juga: Ketakutan virus corona, emas naik 5,50 dolar ke tertinggi tiga minggu

Di pasar spot, emas turun 0,8 persen pada 1,568,90 dolar AS per ounce pada pukul 14.16 waktu setempat (19.16 GMT), setelah menyentuh level tertinggi sejak 8 Januari pada Senin (27/1/2020).

Indeks S&P 500 naik lebih dari satu persen, sementara imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS berbalik naik dari dekat level terendah empat bulan. Indeks dolar AS juga menguat ke level tertinggi sejak 2 Desember.

“Sepertinya ada sedikit nada risk-on (pengambilan risiko) di sini. Ketakutan akan virus corona masih melekat di pasar, (tapi) terlepas dari kekhawatiran ini akan ada kontingen yang bersedia melakukan perburuan harga murah,” kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

"Jumlah barang tahan lama lebih baik dari yang diperkirakan, sehingga bisa meningkatkan peluang bahwa Federal Reserve tidak akan dovish dalam pertemuan FOMC dan itu menekan harga-harga."

Pada Desember, pesanan keseluruhan untuk barang tahan lama AS rebound 2,4 persen terhadap peningkatan yang diperkirakan sebesar 0,4 persen.

Namun, pesanan baru untuk barang modal utama AS turun paling banyak dalam delapan bulan, sementara pengiriman lemah menunjukkan bahwa investasi bisnis mengalami kontraksi lebih lanjut pada kuartal keempat.

Pertemuan kebijakan pertama The Fed tahun ini dijadwalkan akan dimulai hari ini, di mana ia secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, kekhawatiran bahwa wabah virus corona dapat menghambat ekonomi global bertahan, mendukung permintaan emas secara keseluruhan, kata Julius Baer,​​ analis di Carsten Menke.

Reaksi terhadap virus yang menyebar sangat berbeda di seluruh pasar-pasar dan penurunan harga minyak menunjukkan perlambatan kegiatan ekonomi di China.

Korban tewas akibat virus mencapai 106 di China dan beberapa pakar kesehatan mempertanyakan apakah Beijing dapat menahannya.

Di tempat lain, paladium naik 1,2 persen menjadi 2.295,53 dolar AS per ounce, setelah jatuh sekitar tujuh persen pada (27/1/2020).

"Kami berasumsi bahwa koreksi akan berlanjut, karena kenaikan sebelumnya dibesar-besarkan menurut pendapat kami," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

Perak turun 3,5 persen menjadi 17,45 dolar AS, sedangkan platinum naik 0,4 persen menjadi 986,91 dolar AS.

Sementara di pasar berjangka, perak untuk pengiriman Maret turun 59,8 sen atau 3,3 persen, menjadi ditutup pada 17,458 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan April naik 3,30 dolar AS atau 0,3 persen, menjadi menetap pada 995,00 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas Antam naik Rp6.000
Baca juga: Mata uang "safe-haven" tetap diminati karena kekhawatiran virus corona